Psikologi eksperimental

Eksperimen tebing visual NIH (dipotong).png Deskripsi:Keterangan asli: "Seorang ibu mendesak anaknya dari seberang tebing visual yang dalam. Meskipun permukaan transparan menutupi tebing, anak itu ragu untuk bergerak maju."

Psikologi eksperimental adalah salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji tentang prosedur penelitian eksperimen dalam konteks penelitian psikologi. Ruang lingkup pembahasannya meliputi tahapan, jenis-jenis desain dan rancangan, validitas dan etika dari penelitian eksperimen yang berkaitan dengan psikologi. Psikologi eksperimental juga mencakup pengendalian variabel non-eksperimental di bidang psikologi.[1] Pengujian validitas dan realibilitas dari metode eksperimen di dalam psikologi ekperimental dilakukan dari aspke pengajaran, interaksi maupun administrasi. Pelaksanaan penelitian pada psikologi eksperimental dapat dilakukan di lingkungan laboratorium maupun di lingkungan masyarakat dan fasilitas umum.[2]

Psikologi eksperimental mulai dirintis sebagai sebuah disiplin ilmiah oleh Wilhelm Wundt (1832–1920).[3]

Ciri kelimuan

Perbedaan antara psikologi eksperimental dengan bidang ilmu psikologi yang lainnya tidak terletak sepenuhnya pada jenis metode penelitian yang digunakan. Clifford Thomas Morgan menjelaskan bahwa para psikolog di bidang psikologi eksperimental utamanya meneliti dengan metode penelitian yaitu eksperimen yang terkendali. Metode ini juga digunakan oleh para psikolog di bidang psikologi sosial khususnya pada dampak penekanan kelompok terhadap perilaku individu. Pembeda yang jelas antara psikologi eksperimental dengan bidang ilmu psikologi yang lainnya adalah jenis pembahasan yang dipelajari di dalam penelitiannya. Psikologi eksperimental secara khusus membahas mengenai proses fundamental dari pembelajaran dan memori, sensasi dan persepsi, dan motivasi. Selain itu, psikologi eksperimental juga membahas mengenai dasar-dasar psikologi atau biologi dari perilaku.[4]

Lokasi penelitian

Laboratorium

Uji coba pada hewan

Di dalam laboratorium, sebagian besar penelitian di bidang psikologi menggunakan sampel percobaan berupa hewan. Topik yang umum dikaji dengan menggunakan hewan sebagai sampelnya antara lain mengenai motivasi dan metode pembelajaran. Pemilihan hewan sebagai sampel penelitian psikologi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku hewan sambil membuatnya menjadi hewan yang dapat dilatih dan dikendalikan perilakunya. Penelitian psikologi pada hewan juga dilakukan untuk memililih dan memperbaiki perilaku dari suatu spesies tertentu. Kelebihan lain dari percobaan menggunakan hewan sebagai sampelnya yaitu banyak faktor yang dapat dikendalian sehingga jenis percobaan dapat berbeda-beda. Pada aspek ini, penelitian psikologi utamanya digunakan untuk menentukan faktor yang membedakan antara hewan dan manusia. Dari segi hukum dan moral, penggunaan hewan sebagai sampel bertujuan untuk menghindari penggunaan sampel berupa manusia.[2]

Pada psikologi eksperimental terdapat beberapa spesies hewan yang telah dijadikan sebagai sampel penelitian yang utama. Masing-masing spesies hewan ini dijadikan sebagai sampel oleh seorang psikolog. Beberapa diantaranya yaitu anjing (Ivan Pavlov), kucing (Edward Lee Thorndike), kecoa (Robert Yerkes), monyet (Wolfgang Köhler), dan tikus (Burrhus Frederic Skinner).[5]

Metode

Metode psikofisika

Metode psikofisika merupakan metode ilmiah tertua yang digunakan di dalam psikologi eksperimental. Perintisnya ialah Gustav Theodor Fechner. Cara kerja yang ada di dalam metode psikofisika mengikuti cara kerja dari ilmu pengetahuan alam.[6]

Pengembangan

Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri dan organisasi muncul sebagai hasil perpaduan keilmuan antara psikologi eksperimental, psikologi umum dan psikologi khusus. Penerapan psikologi industri dan psikologi organisasi dimulai pada periode tahun 1930-an. Psikologi industri kemudian menjadi sebuah disiplin ilmiah yang mandiri pada beberapa aspek sejak berlangsungnya Perang Dunia II. Aspek ini meliputi penelitian ilmiah tentang perilaku manusia dalam organisasi dan perilaku organisasi, pengujian kebenaran dan pengembangan teori-teori, serta penerapan penemuan-penemuan baru.[7]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Saifuddin, Ahmad (2019). Psikologi Agama: Implementasi Psokologi untuk Memahami Perilaku Agama (edisi ke-1). Jakarta Timur: Kencana. hlm. 8. ISBN 978-602-422-747-0. 
  2. ^ a b Taufiq 2006, hlm. 230.
  3. ^ Prasetyo, dkk. 2020, hlm. 2.
  4. ^ Saleh 2018, hlm. 37-38.
  5. ^ Taufiq 2006, hlm. 231.
  6. ^ Saleh 2018, hlm. 32.
  7. ^ Izzati, U. A., dan Mulyana, O. P. Psikologi Industri dan Organisasi (PDF). Surabaya: Penerbit Bintang Surabaya. hlm. 6–7. ISBN 978-602-6534-22-4. 

Daftar pustaka