Protes Universitas Manchester (2020-2021) yang terjadi pada awal tahun 2020 dan berlanjut hingga tahun 2021 merupakan protes berantai dan mogok sewa yang dilakukan oleh para mahasiswa di Universitas Manchester di Manchester, Britania Raya.
Protes ini terjadi sebagai dampak dari kesalahan penanganan pandemi COVID-19 oleh pihak manajemen universitas dan isu yang lebih luas tentang marketisasi pendidikan tinggi di Britania Raya. Mereka mendapatkan dukungan nasional yang signifikan dan liputan pers sehingga menghasilkan beberapa kemenangan berantai yang penting dan dipercaya sebagai kemenangan mogok sewa terbesar di Britania Raya.[1]
Pada tanggal 5 November 2020, para mahasiswa merobohkan pagar baja yang dibangun oleh pihak universitas di sekitar tempat tinggal mereka. Pagar baja ini dibangun tanpa melakukan pemberitahuan sebelumnya sehingga perobohan pagar terjadi sebagai bentuk protes..[2]
Selain melakukan mogok sewa dan perobohan pagar, para mahasiswa juga menduduki Menara Owens Park selama dua minggu sejak tanggal 12 November 2020 hingga 25 November 2020.[3] Pendudukan gedung ini berakhir dikarenakan pihak universitas memberikan sebuah konsesi uang sewa sesuai dengan tuntutan mereka.[1]
Tindakan merobohkan pagar
Pada tanggal 5 November 2020, universitas mendirikan pagar penghalang dari baja di sekitar Kampus Fallowfield tanpa melakukan pemberitahuan kepada para mahasiswa sebelumnya.[4] Pada jam 8 malam di hari yang sama, lebih dari 1.000 mahasiswa berkumpul di pusat kampus untuk memprotes melawan pembangunan pagar. Setelah beberapa saat, para mahasiswa mulai merobohkan pagar di sekitar kampus[5] yang tidak mendapatkan perlawanan dari pihak keamanan kampus dan mengklaim hal ini merupakan "pilihan terakhir".[6]
Niat awal pendirian pagar bermula karena "kekhawatiran yang meningkat terkait keamanan".[7] Akhirnya, pihak universitas meminta maaf atas keputusan ini dan sebuah investigasi oleh pihak universitas mengidentifikasi masalah ini sebagai "kesalahan dalam proses dan pengambilan keputusan sebagai penyebab peristiwa yang terjadi.[8]
Peristiwa dan aksi yang dilakukan oleh pihak universitas dilaporkan secara mendalam oleh media.[9][10][4] dan dikutuk oleh banyak orang, termasuk seorang selebritis, seperti Liam Gallagher.[11]
Mogok sewa
Peristiwa ini dimulai pada bulan Oktober[12] ketika sewa mencapai tenggat waktu untuk para mahasiswa yang tinggal di akomodasi milik universitas. Para mahasiswa mulai mengorganisir kegiatan secara kolektif untuk menahan pembayaran uang sewa mereka kepada pihak universitas sampai beberapa permintaan yang mereka ajukan dipenuhi. Beberapa masalah juga disampaikan, seperti banjir,[13] gerombolan tikus,[14] tingginya harga sewa, kurangnya akses terhadap fasilitas karena karantina walayah dan kurangnya dukungan untuk para mahasiswa selama isolasi sebagai bagian permintaan mereka.[15] Pihak universitas juga menyesatkan para mahasiswa untuk percaya bahwa pembelajaran tatap muka akan dilakukan. Namun, pada akhirnya dirubah dan diganti semuanya menjadi pembelajaran daring.[16]
Kelompok yang dikenal dengan nama UoM Rentstrike terbentuk dan mengorganisir ratusan mahasiswa untuk menahan pembayaran uang sewanya. Pada awalnya, pihak universitas menolak bertemu atau memenuhi permintaan para mahasiswa. Namun, setelah tekanan yang terus meningkat bersamaan dengan cecaran media serta pendudukan yang terjadi. Pada akhirnya, pihak universitas menyerah dan memberikan potongan sewa sebesar 30% untuk semua mahasiswa yang tinggal di wilayah tersebut dari bulan September hingga Januari.[1] Konsesi ini akhirnya diperluas dengan memasukkan potongan harga sebesar 100% untuk masa saat para mahasiswa tidak bisa kembali ke aula tempat tinggal mereka pada bulan Januari yang menjadi karantina wilayah nasional.[17][18]
Kemenangan yang diraih di Manchester ini menyebar dan menyebabkan puluhan kelompok lain terbentuk di banyak negara. Pada puncaknya, gerakan mogok ini telah diikuti lebih dari 55 universitas.[19]
Pendudukan
Pada tanggal 12 November 2020, sekitar 10 mahasiswa yang terlibat dalam aksi mogok sewa pindah dan menduduki menara Owens Park yang berlokasi di Kampus Fallowfield.[20] Pada hari pertama pendudukan, pihak universitas mencoba untuk menghentikan pengiriman makanan menuju para mahasiswa yang menduduki menara dan mematikan Wi-Fi di gedung. Tindakan ini dihentikan setelah mendapatkan intervensi dari anggota parlemen daerah Manchester Gorton, Afzal Khan.[21] Para mahasiswa yang menduduki menara tersebut menarik perhatian dan inspeksi media[3][22][23] terhadap universitas dengan mengantung spanduk di sekitar gedung yang menargetkan pihak universitas dan wakil kanselirnya, Nancy Rothwell.[24]
Mereka bersumpah untuk terus melanjutkan pendudukan hingga permintaan mogok sewa mereka dipenuhi. Pendudukan ini berakhir pada tanggal 25 November 2020, setelah pihak universitas mengumumkan pemotongan uang sewa sebesar 30%.[25]
Pemrofilan ras
Pada tanggal 16 November 2020, seorang mahasiswa bernama Zac Adan difilmkan mendapatkan pemrofilan ras oleh pihak keamanan kampus.[26] Peristiwa tersebut sekali lagi menarik perhatian media terhadap universitas sehingga pihak kampus terpaksa memberhentikan beberapa anggota keamanan mereka [27]
Salah satu dampak dari peristiwa tersebut, akhirnya Nancy Rothwell muncul di tayangan BBC Newsnight untuk membahas masalah ini dan isu yang lebih luas tentang apa yang terjadi di universitas tersebut. Selama wawancara, dia menolak bertemu dengan Zac Adan, tetapi mengklaim bahwa dia telah menulis permintaan maaf kepada Adan. Akantetapi, faktanya Rothwell tidak pernah melakukan permintaan maaf tersebut dan sekali lagi dipaksa untuk melakukan permintaan maaf di publik serta melakukan koreksi terhadap apa yang dia nyatakan.[28]
Referendum
Semua peristiwa dan protes di kampus mencapai puncaknya dengan melakukan voting tidak percaya untuk meminta referendum terhadap manajemen Nancy Rothwell dan para staf senior oleh para mahasiswa. Referendum ini akan berlangsung dari tanggal 8–11 Maret 2021 dengan hasil yang akan diumumkan pada tanggal 12 Maret.[29] Hasil referendum menyatakan bahwa hasil referendum hanya 13% dari populasi sehingga pihak universitas masih percaya terhadap Rothwell untuk terus melanjutkan kepemimpinannya.[30]