28 November 1928; 96 tahun lalu (1928-11-28), sebagai Voetbalbond Boemipoetera (V.B.B.) 30 Juni 1929; 95 tahun lalu (1929-06-30), sebagai Voetbal Indonesische Jacatra (V.I.J.) Mei 1942; 82 tahun lalu (1942-05), sebagai Persidja[1]
Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (atau biasa disebut sebagai Persija Jakarta, atau hanya Persija saja)[a] adalah klub sepak bola profesional Indonesia yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Klub ini didirikan pada 28 November 1928 dengan nama Voetbalbond Boemipoetera. Klub ini terkenal dengan julukan Macan Kemayoran. Klub ini sekarang bermain di Liga 1 Indonesia.
Persija Jakarta merupakan klub dengan jumlah gelar terbanyak di Indonesia dengan total 9 gelar juara era Perserikatan dan 2 gelar era Liga Indonesia Profesional. Persija (VIJ) juga klub yang ikut serta dalam membentuk federasi sepak bola Indonesia PSSI pada tahun 1930. Persija juga merupakan klub yang belum pernah ter-degradasi di sejarah persepakbolaan Indonesia bersama dengan Persib Bandung dan PSM Makassar.
Persija termasuk klub dengan finansial paling sulit di Indonesia, hal ini dikarenakan sulitnya sponsor yang mendukung klub ini.[2][3]
Sejarah
Pada zaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra).[4]
Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Saat masih bernama VIJ, markas Persija berada di Stadion VIJ. Sejumlah nama ikut membesarkan klub ibu kota ini. Diantaranya tercatat dalam sejarah Persija Jakarta nama M.H. Thamrin, yang diakui sebagai pahlawan nasional. Selain itu ada juga nama Habib Ali Kwitang, yang tercatat ikut membesarkan Persija.
Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch-Indische Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada.
Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO.
Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. Dalam perkembangannya, VBO bergabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija "baru" itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa. Inilah hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
Lahir di Tanah Abang oleh Soeri dan Allie, Persija yang dulu bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) pertama kali menggunakan lapangan di daerah Petojo. Lapangan Petojo di Pulo Piun, Laan Trivelli itu bisa dibilang menjadi lapangan pertama Persija. Nama lama Persija, yakni VIJ sudah 23 tahun menggunakan lapangan tersebut untuk kepentingan kompetisi internal hingga pertandingan berskala nasional.
Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (IKADA) adalah stadion kedua Persija yang dulunya adalah lapangan tim nasional Indonesia. PSMS Medan adalah salah satu klub yang pernah merasakan atmosfer stadion ini kala bertanding dengan Persija pada tahun 1945. Di Stadion IKADA, Persija pernah merasakan gelar juara pada tahun 1954. Para pemain legendaris Persija layaknya, Tan Liong Houw, Tjoa Wim Pie, Kwiee Kiat Sek, Van der Vin, Thio Him Tjiang, Chris Ong, Djamiat Dalhar hingga Soetjipto Soentoro pernah merasakan berlatih dan bertanding di stadion ini.
Tak berselang lama Persija mendapatkan stadionnya sendiri di kawasan Menteng pemberian Presiden RI Soekarno pada tahun 1961. Dahulu stadion itu bernama stadion VIOS, pemilik klub Hindia Belanda bernama VIOS (Voorwaarts Is Ons Streven), Stadion VIOS dibangun pada tahun 1921. Setelah Persija resmi merumput di VIOS Batavia, mereka mengganti namanya menjadi stadion Persija atau Menteng. Saat bermarkas di Menteng, 4 kali Macan Kemayoran sukses meraih gelar juara Perserikatan di 1964, 1973, 1975 dan terakhir di 1979. Sayang, kemesraan Menteng dan Persija berakhir pada 26 Juli 2006. Stadion yang penuh kenangan itu harus roboh setelah Gubernur DKI kala itu, Sutiyoso mengingstruksikan untuk menggusur stadion tersebut dan berubah menjadi Taman Menteng.
Selanjutnya Persija juga pernah bermarkas di Stadion Sanggrahan Pelita Jaya atau dikenal sebagai stadion Lebak Bulus setelah berganti nama. Di sini Persija lebih dikenal dengan barisan Jakmanianya yang mampu menggetarkan nyali lawan saat pertandingan digelar. Salah satunya, terjadi pada tahun 2005, saat itu digelar pertandingan Copa Indonesia yang menemukan duel sarat gengsi antara Persija dan Persib Bandung. Lebak Bulus yang hanya muat menampung 12.500 penonton itu diisi oleh lebih dari sekitar 25.000 Jak Mania. Kesempatan Persija untuk kembali bermain di Lebak Bulus pun harus sirna seiring keputusan mantan Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, untuk menjadikan stadion Lebak Bulus sebagai Depo MRT Lebak Bulus. Pada tahun 2015, stadion Lebak Bulus akhirnya harus rata dengan tanah. Setelah angkat kaki dari Lebak Bulus.
Persija diketahui pindah ke Stadion Utama Gelora Bung Karno. SUGBK sendiri punya kenangan manis bagi Persija di tahun 2001 maupun 2018. Karena di stadion itu Persija memastikan gelar juara. Terutama di 2018 beberapa kali Persija menggunakan SUGBK, mereka sulit dihentikan. Bahkan saat bermain di kompetisi Asia, ribuan Jakmania hadir membuat lawan menjadi ciut.
Sebelum menetap di SUGBK, Persija menggunakan stadion yang lebih kecil di sekitar Jakarta sebagai kandang mereka. Untuk Liga 1 2017 dan Liga 1 2018, Persija harus pindah-pindah stadion dan menggunakan Stadion Patriot Chandrabhaga, Stadion Wibawa Mukti, Stadion Pakansari, Stadion PTIK, ketika SUGBK menjalani renovasi untuk Asian Games 2018.
Di tahun 2019, Persija juga sempat menggunakan Stadion Madya, Senayan. Saat itu stadion itu menjadi saksi Persija menang atas Kalteng Putra dengan skor 3-0.
Kini Persija menyambut stadion lainnya yang saat ini sudah hampir jadi. Stadion yang dimaksud adalah Jakarta International Stadium (JIS), di Taman BMW yang stadion ini dibangun pada 2019 dengan dimulainya Kick Off pembangunan JIS oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 14 Maret 2019 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Stadion ini akan menampung kurang lebih 82.000 penonton, memiliki 3 tingkatan tribun. Selain itu terdapat tribun VIP, dan tribun khusus untuk disabilitas.
Per pertandingan yang dimainkan pada 20 December 2024. Sumber: Liga 1 2024–25 Kriteria penentuan peringkat: 1) Poin; 2) Poin head-to-head; 3) Selisih gol head-to-head; 4) Gol yang dicetak head-to-head; 5) Selisih gol; 6) Gol yang dicetak; 7) Poin fair-play; 8) Undian.
12 – Pada era Sutiyoso, atau tepatnya saat Macan Kemayoran di manajeri I.G.K. Manila, Salah satu bentuk menghormati loyalitas suporter, Persija mempensiunkan nomor 12 sebagai tanda penghormatan kepada The Jakmania, yang dianggap sebagai pemain ke-12 di lapangan.[5] 20 – Bambang Pamungkas, atau yang akrap disapa Bepe identik dengan Jersey nomor 20. Nomor punggung itu sudah menjadi saksi sejarah perjalanan panjang Bepe, selama 20 tahun berkarier sebagai atlet sepak bola. Setelah memutuskan pensiun, manajemen Persija resmi mengistirahatkan nomor 20.[6]
Persija Fans Club atau sekarang dikenal dengan nama The Jakmania ialah kelompok supporter terbesar & fanatik dari Persija Jakarta. Anggota Jakmania terdiri dari pemuda-pemudi Betawi khususnya dan warga Jakarta umumnya.[7]
Jakmania berdiri sejak era Ligina IV tepatnya pada tanggal 19 Desember 1997. Ide berdirinya The Jakmania pertama kali dicetuskan oleh manajer Persija waktu itu Diza Rasyid Ali.[8] Ide ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang kemudian diangkat sebagai pembina Persija Jakarta.[butuh rujukan]
Lagu Anthem Persija, Satu Jiwa dan Persija Menyatukan Kita Semua ciptaan Jakmania sering dinyanyikan lagu ini sesaat usai laga pertandingan Persija berakhir dan diikuti para pemain Macan Kemayoran yang berkumpul di tengah lapangan dan ikut bernyanyi bersama.
Persija kembali menjadi sang juara setelah penantian panjang 17 tahun (2001). Macan Kemayoran sukses meraih trofi di akhir Liga 1 2018. Ini pembuktian bahwa tahun 2018, Persija mendatangkan orang-orang yang kompeten dalam membina sepakbola Indonesia dan juga managemen yang solid seperti salah satu pengusaha properti, Gede Widiade dan sosok pengusaha muda yang punya ide dan konsep yang cemerlang dalam bisnis, sponsorship dan marketing, M Rafil Perdana. Dan inilah bukti kongretnya bahwa keduanya telah memberikan 3 tropy sekaligus dalam kurun satu tahun lamanya.
Artikel spesial Story of 95 kali ini menyuguhkan 10 momen penting saat Persija meraih juara Liga 1 2018. Simak deretan momen-momen tersebut berikut ini:
Dua Gelar Pramusim
Sebelum meraih trofi Liga 1 2018, Persija sudah lebih dulu mendapatkan dua gelar pramusim. Pertama, Piala Presiden 2018, dan kedua, Boost Sports Super Fix 2018 di Malaysia.
Kemenangan Beruntun
Keberhasilan Persija menjuarai Liga 1 2018 tak lepas dari performa apik di pengujung musim. Kala itu Macan Kemayoran meraih empat kemenangan beruntun. Pertama menang 3–0 atas Persela, 3-2 atas Sriwijaya, 2–1 atas Bali United, dan terakhir menang 2–1 atas Mitra Kukar.
Rohit Chand
Gelar individu didapat gelandang Persija asal Nepal, Rohit Chand, di akhir musim 2018. Ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga 1 2018.
Stefano “Teco” Cugurra
Setelah nyaris diberhentikan pada Liga 1 2017, Teco membuktikan diri di musim 2018 bahwa ia memang layak dipertahankan. Ujungnya, ia membawa Persija juara sekaligus dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik.
Bambang Pamungkas
Meraih gelar Liga 1 2018 menjadi kali kedua bagi legenda hidup Persija, Bambang Pamungkas. Gelar perdana didapat di Liga Indonesia 2001.
Lini Pertahanan Paling Tangguh
Di Liga 1 2018 Persija tercatat menjadi tim paling tangguh dalam menggalang pertahanan. Andritany Ardhiyasa dkk. hanya kebobolan 36 gol dari 34 laga.
Lima Stadion
Dalam perjalanannya mendapatkan gelar Liga 1 2018, Persija menjalani laga berstatus kandang di lima stadion, yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion PTIK (Jakarta), Stadion Patriot (Bekasi), Stadion Wibawa Mukti (Cikarang), dan Stadion Sultan Agung (Bantul).
Pemain
Total ada 33 jasa pemain yang dimaksimalkan oleh pelatih Stefano “Teco” Cugurra dalam perjalanan Persija di musim 2018.
2619 Menit
Bek asal Brasil, Jaimerson da Silva dan striker asal Kroasia, Marko Simic, menjadi dua pemain paling banyak bermain di Liga 1 2018. Total keduanya dimainkan adalah 2.619 menit (43,65 jam) dari 30 pertandingan.
Simic dan Riko Simanjuntak
Marko Simic menjadi pemain tersubur di tim dengan 18 gol. Sementara Riko Simanjuntak tercatat memiliki assist terbanyak dengan sembilan assist.