Perpecahan Tiongkok-Soviet adalah memburuknya hubungan secara bertahap antara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan Uni Republik Sosialis Soviet (URSS) selama Perang Dingin. Hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan doktrin yang muncul dari interpretasi dan penerapan praktis Marxisme–Leninisme yang berbeda, yang dipengaruhi oleh geopolitik masing-masing selama Perang Dingin pada tahun 1947-1991.[1] Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, perdebatan Tiongkok-Soviet tentang interpretasi Marxisme ortodoks menjadi perselisihan khusus tentang kebijakan de-Stalinisasi nasional Uni Soviet dan koeksistensi damai secara internasional dengan Blok Barat, yang dikecam oleh pemimpin Tiongkok, Mao Zedong, sebagai revisionisme. Dengan latar belakang ideologi tersebut, Tiongkok mengambil sikap agresif terhadap dunia Barat, dan secara terbuka menolak kebijakan Uni Soviet untuk hidup berdampingan secara damai antara Blok Barat dan Blok Timur.[2] Selain itu, Beijing membenci hubungan Uni Soviet yang semakin dekat dengan India karena faktor-faktor seperti sengketa perbatasan Tiongkok-India, dan Moskow khawatir Mao terlalu acuh tak acuh terhadap kengerian perang nuklir.[3]