Roberts masuk ke sekolah itu sekitar pk. 9.51 pagi dengan sebuah senapan, sebuah pistol, kawat, rantai, paku, dan tali plastik yang digunakannya untuk mengikat lengan dan kaki para sanderanya, dan beberapa lembar papan kayu yang kuat yang digunakannya untuk membuat barikade bagi dirinya sendiri.[7] Polisi menemukan sebatang kayu yang lebarnya 5x15 cm dengan sepuluh pasang kait metal, yang diduga dimaksudkan untuk mengikat sepuluh orang sandera. Perlengkapan untuk kemungkinan tinggal hingga esok harinya, seperti lilin, kertas tisu wc, dan pakaian ganti ditemukan di tempat kejadian perkara. Dua tube pelicin seksual juga belakangan ditemukan di tempat yang sama. Roberts menyebutkan kepada istrinya lewat telepon bahwa ia pernah bermimpi tentang melecehkan anak-anak, namun polisi tidak menemukan tanda-tanda bahwa hal itu terjadi terhadap para sandara.[5] Ia memerintahkan para sandera untuk berbaris menghadap papan tulis, dan mengizinkan pergi seorang perempuan yang sedang hamil dan ke-15 siswa laki-laki. Seorang siswi berhasil lolos: Emma Fisher yang berusia 9 tahun (sementara kakaknya yang dua tahun lebih tua tertinggal di dalam).[8] Lelaki bersenjata itu, seorang ayah dengan tiga orang anak (dua lelaki dan satu perempuan) tetap tinggal di dalam gedung sekolah bersama ke-10 siswi. Guru sekolah itu, Emma Mae Zook,[9] menghubungi polisi setelah berhasil lolos sekitar pk. 10.36 pagi[7] Petugas-petugas polisi pertama tiba sekitar 9 menit kemudian dan berusaha berkomunikasi dengan Roberts lewat pengeras suara di dalam mobil polisi mereka.[7]
Ketika mendengar tembakan polisi menerobos melalui jendela.[2] Si penembak membunuh lima anak perempuan dan kemudian membunuh dirinya sendiri. Anak tertua, Marian Fisher (13 tahun), memohon kepada Roberts agar dialah yang pertama ditembak, dalam upaya menyelamatkan anak-anak yang lebih muda, demikian dikatakan oleh adiknya yang selamat. Adiknya, Barbie, juga memohon kepadanya agar dialah yang ditembak berikutnya. Ia terluka di tangan, kaki, dan bahunya.[10] Tiga orang anak tewas di tempat dan dua orang lagi meninggal pagi-pagi esok harinya, sementara lima anak lainnya masih tetap berada dalam keadaan kritis. Tiga orang anak dikirim ke Pusat Medis Penn State Milton S. Hershey, empat ke Rumah Sakit Anak Philadelphia dan seorang ke RS Christiana di Newark, Delaware, kata polisi.[11] Sekurang-kurangnya lima orang anak masih tetap dirawat di rumah sakit, tiga dalam keadaan kritis dan dua orang sedikit lebih membaik dan kondisinya dinyatakan serius pada Selasa 3 Oktober2006.[12][5]
Laporan-laporan mengatakan bahwa kebanyakan dari anak-anak itu ditembak seperti dalam sebuah eksekusi, di belakang kepala mereka.[11][13] Seorang siswi ditembak di punggung dan bahunya. Ia diharapkan akan sembuh. [butuh rujukan] Usia para korban antara 6 hingag 13 tahun.[5]
Roberts terakhir dilihat oleh istrinya pada pk. 8.45 pagi ketika mereka mengantarkan anak-anak mereka ke tempat pemberhentian bus sebelum berangkat. Ketika istrinya pulang ke rumah pk. 11.00 pagi, ia menemukan empat catatan bunuh diri — yang satu ditujukan kepada istrinya dan tiga lainnya untuk masing-masing anaknya. Roberts konon telah menghubungi istinya ketika masih di gedung sekolah dan menyatakan bahwa ia telah melecehkan dua orang sanaknya perempuan (antara 3-5 tahun) 20 tahun sebelumnya, dan telah berkhayal tentang pelecehan lagi. Sebuah catatan yang ditinggalkan Roberts menunjukkan perasaan tertekannya tentang anak perempuannya sendiri yang meninggal tak lama (sekitar 20 menit) setelah kelahirannya, sembilan tahun yang lalu, dan menyatakan dengan cara rahasia bahwa ia "telah bermimpi selama beberapa tahun tentang apa yang pernah dilakukannya 20 tahun yang lalu dan ia bermimpi mengulanginya lagi", demikian kata Komisaris Polisi negara bagian Jeffrey B. Miller, tampaknya merujuk kepada pengakuannya kemudian di telepon bahwa ia pernah melecehkan dua anggota keluarganya ketika ia masih muda.
Pada 4 Oktober, dua kerabat yang menurut Roberts pernah ia lecehkan 20 tahun yang lalu mengatakan kepada polisi bahwa hal itu tidak pernaht erjadi, sehingga menambah misteri tentang motif si penembak dan kesehatan mentalnya pada waktu penembakan terjadi.[14]
Miller said there was no evidence any of the Amish children had been molested.[15]
Roberts adalah penduduk Georgetown, sebuah daerah yang belum berpemerintahan sendiri di Bart Township yang tidak jauh dari tempat kejadian.[16]
Semua korban yang terluka dirawat di rumah sakit. Pada 6 Oktober diumumkan bahwa seorang anak lagi kemungkinan akan dicabut semua mesin penopang hidupnya.[23]
Gadis 6 tahun (diyakini sebagai Rosanna King)[1]Diarsipkan 2007-09-26 di Wayback Machine. dicabut alat pendukung hidupnya di Pusat Medis Penn State Milton S. Hershey dan dibawa pulang atas permintaan keluarganya pada 4 Oktober 2006. Namun, sebuah laporan menyatakan bahwa anak itu memperlihatkan tanda-tanda kepulihan dan dikirim kembali ke rumah sakit.[21][24]
Gadis berusia 8 tahun (diyakini sebagai Rachel Ann Stoltzfus)[25]
Gadis berusia 10 tahun (diyakini sebagai Barbara Stoltzfus "Barbie" Fisher) [26]
Gadis 12 tahun
Gadis 13 tahun
Amish menjawab dengan pengampunan
Pdt. Robert Schenck melaporkan bahwa kakek dari salah seorang gadis Amish yang terbunuh itu mengatakan tentang si pembunuh itu pada hari pembunuhan itu: "KIta tidak boleh berpikiran jahat tentang orang ini."
Jack Meyer, seorang anggota komunitas Brethren yang tinggal dekat orang-orang Amish di Kabupaten Lancaster, menjelaskan: "Saya rasa tak ada seorangpun yang mau melakukan sesuatu selain mengampuni dan tidak hanya menjangkau kepada mereka yang kehilangan anggota keluarganya karena tragedi ini tetapi juga menjangkau kepada keluarga orang yang melakukan tindakan ini," katanya kepada CNN.[27]
Warga Amish telah menghubungi keluarga Roberts. Dwight Lefever, seorang juru bicara keluarga Roberts mengatakan bahwa seorang tetangga Amish menghibur keluarga Roberts beberapa jam setelah penembakan itu dan menyampaikan pengampunan kepada mereka.
Sebuah artikel di sebuah koran Kanada, National Post, menyatakan bahwa orang-orang Amish telah membentuk sebuah dana amal untuk keluarga si penembak.
Orang Amish biasanya tidak menerima bantuan amal, tetapi karena sifat tragedi ini yang ekstrem, mereka menerima sumbangan-sumbangan. Richie Lauer, direktur Yayasan Anabaptist, mengatakan bahwa komunitas Amish, yang keyakinan agamanya melarang mereka mengambil asuransi kesehatan, kemungkinan sekali akan menggunakan sumbangan-sumbangan itu untuk membayar biaya medis dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit.[28]
Beberapa penembakan di sekolah lainnya baru-baru ini
Ini adalah penembakan di sekolah ke-24 pada tahun 2006 di Amerika Serikat, menurut catatan Dinas Keamanan dan Pengamanan Sekolah nasional.[3] Pemerintahan Bush telah memperhatikan kejadian-kejadian kekerasan baru-baru ini di sekolah-sekolah dan merencanakan untuk mengadakan sebuah konferensi untuk membahas masalahnya.[29]
Sekolah-sekolah di seluruh AS telah memperketat pengamanannya dengan, dalam sejumlah kasus, perwira-perwira taktis dalam seragam hijau azaitun, dengan sarung pistol taktis di paha.
Ini juga merupakan setidaknya kejadian penembakan di sekolah ketiga di mana murid-murid perempuan menjadi target khusus, bukan sebagai individu, melainkan karena gender mereka. Penembakan di SMA Platte Canyon, kurang dari seminggu sebelumnya, melibatkan seorang penembak yang hanya mengambil sandera perempuan, dan salah satunya dibunuhnya ketika polisi menyergap. Pembunuhan di École Polytechnique pada 1989 melibatkan seorang penembak sekolah di Montreal, Quebec, yang secara spesifik mengincar dan membunuh 14 mahasiswi dan secara sembaragnan melukai 13 orang lainnya, empat di antaranya adalah laki-laki.
^Stauffer, Cindy (6 Oktober 2006). "Hope for Healing". Lancaster New Era. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-21. Diakses tanggal 6 Oktober 2006.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)