Insiden ini membakar amarah publik kepada monarki Prancis sebagai institusi dan juga raja dan ratu sebagai individu. Upaya pelarian ini membuat raja dan ratu didakwa dengan tuduhan pengkhianatan yang pada akhirnya mengakibatkan penghukuman mati mereka pada tahun 1793.
Kegagalan rencana ini disebabkan oleh berbagai kesalahan, keterlambatan, dan pengambilan keputusan yang buruk.[1] Sebagian besar disebabkan oleh ketidaktegasan raja; ia berkali-kali menunda jadwalnya dan membiarkan masalah kecil menjadi masalah yang besar. Selain itu, ia mengira bahwa rakyat masih mendukung monarki tradisional dan hanya kaum radikal di Paris yang mengobarkan revolusi. Ia bahkan merasa bahwa para petani di pedesaan dan rakyat jelata mencintai dirinya, walaupun keyakinan ini pada akhirnya terbukti salah.[2] Upaya pelarian raja memicu kekhawatiran, kekerasan dan panik. Semua orang sadar bahwa intervensi asing akan segera terjadi. Selain itu, mereka sadar bahwa raja telah menolak gerakan revolusi, padahal sebelumnya mereka masih menganggapnya sebagai seorang raja yang berniat baik dan memerintah atas kehendak Tuhan. Faham republikanisme yang tadinya hanya dibincangkan di kedai-kedai kopi kini menjadi gagasan utama para pemimpin revolusi.[3]
Catatan kaki
^Thompson, J. M. (James Matthew) (1943), The French Revolution, Oxford, diakses tanggal 5 April 2017
^Timothy Tackett, When the King Took Flight (2003) bab. 3
^Timothy Tackett, When the King Took Flight (2003) hlm. 222
Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.