Atletangkat besi (1989–2017) Pelatih di PABSI Kabupaten Bogor (2015–2016) Pelatih di Tim Pelatda PON Angkat Berat Jabar (2020–2021) Pelatih di PABSI Kabupaten Bekasi (2020–sekarang)
Patmawati Abdul Hamid (Patmawati Abdul Wahid) atau Patmawati, kadang dituliskan Fatmawati (LontaraMakassar: ᨄᨈᨙᨆᨓᨈᨗ, transliterasi: Patémawati) atau biasa dipanggil Patma (lahir 18 Februari 1972)[6] adalah purna olahragawan/atletangkat besi (lifter) wanita nasional berkebangsaan Indonesia yang aktif pada 1989 hingga 2017. Ia adalah peraih medali emas kategori putri kelas 59 kg pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 1997 di Chiang Mai, Thailand[7]. Saat ini, ia bekerja sebagai pelatih cabang olahraga angkat besi di PABSI Kabupaten Bekasi.
Kehidupan pribadi
Pada tahun 1994, ia dinikahi oleh Suwito Daryanto, Komandan Peleton I Kompi Angpor Kodam V Brawijaya. Mereka telah dikaruniai tiga orang putra, yakni Kelvin Yudha Pratama, Muhammad Yusuf Oksaputra Daryanto, dan Muhammad Mario Putra Daryanto.
Perjalanan karier
Latar belakang
Sebelum menggeluti dunia angkat besi, Patmawati Abdul Hamid menggeluti beberapa cabang olahraga seperti renang, balap sepeda, dan jenis olahraga seni bela diri. Hengky Irawan dan Charlie Depthios (mantan atlet angkat besi nasional Olimpiade 1968 dan 1972) menyarankan ke Patmawati Abdul Hamid untuk menggeluti angkat besi karena fisik yang mumpuni. Di GOR MattoangingMakassar, Patmawati Abdul Hamid mulai menekuni angkat besi dengan proses latihan fisik. Ia memendam keinginan pergi ke Jakarta. Saat itu ia mendengar Ibu Kota cuma dari menonton televisi. Karena itu, mendengar iming-iming dari Hengky Irawan dan Charlie De Tios, tanpa banyak membantah ia lantar menekuni cabang olahraga yang di Indonesia saat itu masih belum populer untuk wanita tersebut. Pilihan Patma ternyata tak salah. Dengan prestasinya di bidang angkat besi, ia bukan sekadar bisa ke Jakarta, tapi bisa keliling dunia membawa nama Indonesia.[8]
Patmawati Abdul Hamid sebenarnya tidak pernah berpikiran bahwa dirinya akan menjadi seorang lifter angkat besi yang andal di Tanah Air. Selain sikapnya yang agak tomboy juga faktor ekonomi menjadi penyebab utama dia terjun ke cabang olahraga angkat besi. Namun demikian, prestasinya di tingkat nasional sudah tidak bisa dihitung lagi. Mulai dari PON 1989 sampai 2016 di PON Jawa Barat. Bukan saja di tingkat nasional juga internasional. Awalnya dia mengenal angkat besi pada tahun 1989 berkat ajakan ayahnya. Uniknya, baru dua bulan berlatih dia langsung ikut PON dan berhasil pula meraih medali emas. Selain dorongan ayahnya, faktor ekonomi juga menjadi salah satu pendorong Patmawati Abdul Hamid untuk terjun sebagai atlet. Dia memang memilih menjadi atlet angkat besi karena sejak kecil suka mengangkat barang-barang berat. Di lingkungan keluarganya, Patmawati Abdul Hamid memang dikenal sedikit tomboy. Meski dilahirkan sebagai seorang wanita, dia tidak jarang mengerjakan pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh kaum pria. Ketika sudah total menjadi atlet angkat besi, Patmawati Abdul Hamid sebetulnya hanya memiliki cita-cita sederhana yakni ingin hidup mandiri. Tanpa harus membebani orangtua. Meski materi yang diperolehnya belum sebanyak yang diterima oleh atlet bulutangkis, tenis atau cabang olahraga lainnya yang lebih mudah mendatangkan uang.[3]
Motivasi atlet
Mungkin banyak orang menilai Patmawati sebagai atlet egois. Dengan sifat egois itu ia merasa pantang menyerah dan tidak mau kalah dalam bertanding. Kekalahan membuat dirinya ingin bersembunyi dari muka bumi, malu dan gagal mengemban tanggung jawab. Sama seperti kegagalan pada SEA Games 1997 ketika Patmawati tak mampu mempersembahkan medali emas bagi Indonesia. Patmawati mengakui termotivasi menjadi atlet angkat besi karena ingin mencari kehidupan. Dengan menekuni dunia angkat besi, ia bisa memperoleh sedikit penghasilan untuk menambah dapur orangtuanya. Setelah berhasil menjadi juara SEA Games Manila 1991, Patmawati baru menyadari bahwa dirinya dibutuhkan negara. Karena itu Patmawati semakin termotivasi untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa. Ia ingin berprestasi lebih tinggi. Jadi jangan heran kalau Patmawati memang getol latihan angkat besi. Ada atau tidak ada pelatih, Patmawati tetap berlatih serius. Patmawati tidak bisa meninggalkan latihan, hingga saat hamil enam bulan pun ia memaksakan diri berlatih. Ia malah terbiasa dengan latihan tanpa didampingi pelatih. Sebab, sejak awal menekuni angkat besi, ia berlatih sendiri. Dengan peralatan yang ada, ia bisa melakukan latihan angkat besi. Karena itu, fisik Patma memang seperti laki-laki. Patma adalah sosok yang tegas. Ia tidak mau mencampuradukan masalah pribadi dengan latihan. Agar konsentrasi latihan tidak buyar, ia selalu mencoba menjadikan masalah pribadi sebagai motivator latihan sehari-hari. Pujian dan penghargaan terus mengalir ketika lifter putri Patmawati meraih medali emas Kejuaraan Angkat Besi Dunia Senior 1997. Ia diterima Presiden Soeharto dan mendapat hadiah sebuah mobil Timor dari Kantor Menpora serta bonus Rp50 juta.
Single event
Kejuaraan Nasional
Kejuaraan Asia
Kejuaraan Dunia
Multi event
PON
Selama berkarier sebagai atlet angkat besi, Patmawati Abdul Hamid telah berpartisipasi sebanyak 7 kali pada Pekan Olahraga Nasional (PON). Dari 7 PON tersebut, ia mencatatkan raihan 6 medali emas dan 1 medali perak pada berbagai kelas putri. Ia memulai debutnya di usia 17 tahun pada PON 1989 mewakili Sulawesi Selatan. Pada PON tersebut, ia berlaga di kelas 56 kg dan berhasil meraih medali emas. Pada tahun 1992, ia pindah dan berdomisili ke Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Atas dasar tersebut, ia harus diskorsing oleh PABBSI selama 2 tahun (1992-1994) untuk tidak mengikuti berbagai perlombaan angkat besi periode tersebut, termasuk harus alpa pada PON 1993. Setelah terbebas dari masa skorsing, ia kembali melanjutkan petualangannya di PON dengan mewakili Jawa Barat, yakni PON 1996 (kelas 59 kg) dan PON 2000 (kelas 58 kg). Kedua PON tersebut diraih dengan medali emas. Pada tahun 2002, ia mendapatkan tawaran yang menggiurkan untuk mewakili Riau pada PON 2004. Tawaran tersebut diterimanya dengan senang hati dan pada PON 2004 ia sukses mempersembahkan medali emas untuk Riau di kelas 56 kg putri. Berlanjut pada PON 2008, PON 2012 (kelas 63 kg), dan PON 2016 (kelas 58 kg), ia berturut-turut mempersembahkan 2 medali emas dan 1 medali perak untuk Riau. PON 2016 merupakan PON terakhirnya dengan usia 44 masih bisa mempersembahkan medali perak walau saat itu ia juga dilanda cedera hamstring.
SEA Games
Asian Games
Selama kariernya, Patmawati Abdul Hamid telah berpartisipasi dua kali di Asian Games, yakni Asian Games Beijing 1990 dan Asian Games Hiroshima 1994. Pada Asian Games Beijing 1990, ia hanya kalah dari atlet tuan rumah Tiongkok, Ma Na dan ia pun meraih medali perak di kelas 60 kg putri. Sementara pada Asian Games Hiroshima 1994, ia hanya kalah dari atlet Tiongkok, Zhang Juhua dan atlet India, Karnam Malleswari dan ia pun meraih medali perunggu di kelas 54 kg putri.
Olimpiade Athena 2004
Sebelum menuju Olimpiade Athena 2004, Patmawati Abdul Hamid harus terlebih dahulu melewati Pra-Olimpiade tahun 2003 berupa Kejuaraan Dunia Angkat Besi. Pra-Olimpiade tersebut dilaksanakan di Vancouver, Kanada. Di sini ia mendapat tiga perak. Dengan bekal prestasinya, Patmawati Abdul Hamid akhirnya dikirim ke Olimpiade Athena[8].
Penghargaan
Penghargaan Parama Krida Madya dari Presiden Soeharto (1991)
Penghargaan dan pemberian hadiah mobil Timor serta bonus uang tunai sebagai Atlet Berprestasi Kancah Internasional dari Presiden Soeharto (1997)
Nominasi Women of The Year Kategori Olahraga dari ANTV (2004)
Nominasi Atlet Putri Terbaik dari SIWO PWI Riau Awards (2009)
Trofi penghargaan sebagai Atlet Angkat Besi Berdedikasi dari PABBSI (2016)
Piagam penghargaan sebagai Pelaku Olahraga Berprestasi dari Kemenpora RI (2020)
Organisasi
Indonesia Olympians Association (IOA)
Rekor
Patmawati Abdul Hamid pernah memegang beberapa rekor selama aktif sebagai atlet angkat besi kelas putri.
Pada 1992 hingga 1994, Patmawati Abdul Hamid diskors karena sebelumnya pindah dari Sulawesi Selatan ke Jawa Barat. Dengan demikian, pada Pekan Olahraga Nasional 1993 di Jakarta, Patmawati Abdul Hamid tidak dapat berpartisipasi karena menjalani masa skorsing.
Indisipliner
Walaupun prestasi Patmawati Abdul Hamid yang telah ditorehkan sebelumnya adalah luar biasa, tetapi sering bermusuhan dengan pelatih dan pembinanya. Ia pun acap dinilai kurang disiplin dan sukar diatur. Karena sikapnya inilah Patmawati Abdul Hamid tidak dikirim ke Olimpiade 2000 di Sydney, Australia. Padahal ia merupakan atlet angkat besi putri yang belum ada tandingannya saat itu di dalam negeri.
[8]
Kasus hukum
Pada 19 Januari 2011, Patmawati Abdul Hamid dibebaskan dari segala tuntutan hukum dari Pengadilan Negeri Bekasi. Sebelumnya dia dituntut hukuman dua tahun penjara oleh jaksa karena dinilai terbukti melakukan penggelapan dan penipuan.[19]