Pangian merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar. Nagari Pangian adalah salah satu empat nagari yang berada dalam wilayah Lintau Buo.
Sejarah
Etimologi
Dari tuturan mulut ke mulut dan dikuatkan dengan beberapa versi cerita rakyat yang berbeda-beda, nama Pangian berasal dari beberapa sebutan.[2]
Versi pertama berpendapat bahwa sewaktu nenek moyang orang Pangian bermukim di dalam sebuah gua, mereka menamakan gua tersebut sebagai Gua Pangunian. Dan dari kata Pangunian ini terjadi perubahan menjadi kata Pangian.
Versi kedua ialah dari kata panangian atau panangisan. Cerita ini mengisahkan pada suatu ketika, nenek moyang orang Pangian sedang bersedih. Sebab bersedih tersebut tidak pernah dijelaskan, hanya mereka menangis bersama-sama di sana. Maka dengan adanya peristiwa itu, maka mereka memberi nama gua tersebut menjadi Gua Panangian. Dan dari kata inilah kelak berubah menjadi kata Pangian.
Versi ketiga adalah kisah seorang raja (kemungkinan besar raja Pagaruyung) yang berkunjung ke gua ini dan raja itu beristirahat, yang disebut peranginan. Dan oleh karena itu, nenek moyang orang Pangian menamakan gua tersebut menjadi Gua Peranginan. Raja mana yang datang berkunjung juga tidak pernah disebutkan dalam literatur manapun, tetapi kata peranginan kemudian berubah menjadi Pangian.
Pangian terletak pada ketinggian 600–700 m di atas permukaan laut. Luas nagari sekitar 2169 Ha, dengan luas sawah 425 Ha, sedangkan tanah kering (lading) untuk lahan perkebunan 250 Ha dan sisanya untuk perumahan dan perkampungan.[4]
Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari Pangian dibentuk sebagai badan legislatif dan perwakilan rakyat nagari Pangian. Badan ini dianggotai oleh sembilan orang.[5]
Kerapatan Adat Nagari
Seperti nagari-nagari di Sumatera Barat pada umumnya, Pangian mempunyai kerapatan adat nagari tersendiri yang dianggotai oleh para ninik-mamak, alim ulama, cerdik pandai, imam khatib, manti dubalang dan bundo kanduang se-nagari Pangian. Kerapatan ini dianggotai 13 orang, diketuai JS Mangkuto Garang dari suku Pangian Kociek.[6]
Pariwisata
Di Pangian terdapat sebuah tempat wisata terkenal, yaitu Ngalau Indah Pangian yang berjarak dua kilometer dari Pangian.[7] Ngalau Pangian berupa lorong-lorong goa yang terbentuk akibat perubahan suhu yang cukup lama pada permukaan batu yang berhawa lembap, sehingga mulut gua bermunculan bebatuan stalaktit dan stalaknit. Dari mulut gua mengalir sebuah anak sungai yang memiliki air yang cukup bersih. Namun saat ini, kondisinya amat memprihatinkan. Kunjungan wisatawan ke sana sudah amat berkurang, kecuali anak-anak sekolah di sekitar Lintau pada musim liburan. Ngalau Pangian merupakan aset pemerintahan nagari yang pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga. Namun lantaran keuangan nagari yang sangat terbatas, tidak memungkinkan mengalokasikan anggaran untuk melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan.[8]
Budaya
Pangian merupakan tempat berasalnya Silek Pangian, sejenis silat Minangkabau. Silat Pangian ini terkenal di Kabupaten Kuantan Singingi di Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian Batino. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan. Di Pangian sendiri terdapat sebuah perguruan silat yang bernama perguruan silat Batang Sinamar.[9]