Pandemi COVID-19 di BermudaPenyakit | COVID-19 |
---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
---|
Lokasi | Bermuda |
---|
Kasus pertama | 18 Maret 2020 |
---|
Tanggal kemunculan | 18 Maret 2020 (4 tahun, 8 bulan dan 5 hari) |
---|
Kasus terkonfirmasi | 713 (1 Maret 2021) |
---|
Kasus dirawat | 19 (1 Maret 2021) |
---|
Kasus sembuh | 684 (1 Maret 2021) |
---|
Kematian | 12 (1 Maret 2021) |
---|
Tingkat kematian | 1.68% |
---|
Kasus COVID-19 di Bermuda dikonfirmasi terjadi pertama kali pada Rabu, 18 Maret 2020 setelah beberapa orang datang dari Britania Raya dan Amerika Serikat di sana pada tanggal 4 dan 6 Maret 2020. Meski waktunya telah diketahui, beberapa pihak percaya bahwa sebagian orang di Bermuda telah mengalami Covid-19 sebelumnya tanpa terdeteksi dan gejala sama sekali.[1]
Sampai 1 Maret 2021, total kasus positif Covid-19 yang terjadi di Bermuda mencapai 713 kasus dengan 19 orang di antaranya masih aktif.[2]
Tanggapan
Sebagai respon dari kasus Covid-19 yang terjadi, pemerintah Bermuda kemudian melakukan antisipasi agar penyebarannya tidak meluas dengan cara memberlakukan karantina wilayah dengan nama program "Shelter in Place". Dalam kegiatan ini, pemerintah meminta masyarakat untuk tetap di rumah selama 14 hari 24 jam, terhitung sejak 4 April 2020. Masyarakat boleh keluar rumah namun hanya terbatas untuk membeli bahan makanan, obat-obatan atau perlengkapan medis. Pada 14 April 2020, pemerintah setempat memperpanjang kegiatan ini selama 14 hari ke depan.[3]
Garis waktu
Pada 11 Maret 2020, pemerintah Bermuda memberikan informasi terkait persiapan Bermuda dalam menghadapi Covid-19 kepada publik via CITV dan kanal youtube CITV Bermuda. Semula tidak disiarkan secara rutin. Namun dari 30 Maret 2020 hingga 18 April 2020, sosialisasi ini dilakukan setiap hari.[4] Keesokkan harinya, pemerintah Bermuda memberlakukan larangan perjalanan dari dan ke sejumlah negara yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 seperti Tiongkok, Iran, Italia dan Korea Selatan khususnya untuk wilayah Daegu dan Cheongdo.[5]
Pada 18 Maret 2020, Perdana Menteri Bermuda mengumumkan melalui konferensi pers bahwa ada dua warga Bermuda yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dalam laporan ini, diketahui bahwa mereka datang ke Bermuda dari luar negeri. Seseorang datang dari Miami, Florida, Amerika Serikat pada 4 Maret 2020 sedangkan seseorang lainnya terbang dari London, Inggris pada 6 Maret 2020.[1][6] Untuk mengurangi penyebaran, pemerintah setempat kemudian bergerak cepat dengan menutup sekolah serta layanan bis dan kapal feri.[7]
Kasus Covid-19 yang terjadi kemudian membuat para petugas bea cukai di bandara khawatir tertular sehingga sebagian dari mereka memutuskan untuk mogok bekerja. Menanggapi hal tersebut, pemerintah kemudian memberikan perhatian dengan cara melakukan tindakan pencegahan agar para petugas bea cukai dapat bekerja dengan aman. Salah satu tindakan antisipasi yang dilakukan adalah dengan menutup Bandar Udara Internasional L. F. Wade. Bandara ditutup dalam jangka waktu dua minggu untuk semua penumpang, terutama untuk bukan penduduk setempat.[8]
Pada 20 Maret 2020, pemerintah menunjukkan laporan situasi yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia.[9] Mereka juga kian memperketat larangan perjalanan dengan cara menutup pintu masuk Bermuda bagi siapapun.[10]
Demi kepentingan kesehatan masyarakat, pemerintah lalu menutup berbagai tempat publik berikutnya seperti kolam renang yang ada di hotel dan tempat penginapan, bar, klub malam, toko retail tertentu, tempat kebugaran, salon kecantikan, bioskop, spa, layanan makan di tempat di restoran, tempat pangkas rambut, layanan gereja (kecuali pemakaman) konser hingga aktivitas olahraga dengan anggota lebih dari 10 orang. Aturan ini efektif berlaku dari tanggal 23 hingga 30 Maret 2020, yang mengacu pada bagian 88 pada Undang-undang Kesehatan Masyarakat Bermuda tahun 1949.[11]
Pada 27 Maret 2020, pemerintah Bermuda menetapkan 'jam malam' yang membatasi aktivitas masyarakat pada malam hari. Pembatasan ini berlaku dari pukul 8.00 malam hingga 6.00 pagi waktu setempat.[12] Tindakan ini dilanjutkan dengan program Shelter in Place yang dimulai pada 29 Maret 2020.[13]
Memasuki bulan April, pemerintah menerapkan kebijakan bekerja dari rumah melalui Peraturan Sementara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Covid-19) 2020.[14] Pada 6 April 2020, kasus kematian akibat Covid-19 di Bermuda pertama kali terjadi dengan jumlah korban jiwa sebanyak dua orang. Guna mengurangi penyebaran, pemerintah memperpanjang Shelter in Place hingga 18 April 2020 pukul 6.00 waktu setempat.[15]
Pada 2 Mei 2020, Menteri Kesehatan Bermuda Kim Wilson JP MP mengumumkan bahwa kasus kematian akibat Covid-19 di Bermuda meningkat menjadi 7 orang dari total 114 kasus positif.[16] Memasuki tahun 2021, jumlah ini kian bertambah meskipun tidak berlangsung secara drastis. Pada 7 Januari 2021, total kasus kematian mencapai 12 orang dari total 641 kasus positif.[2]
Vaksinasi
Pemerintah Bermuda melakukan vaksinasi Covid-19 untuk pertama kali pada 11 Januari 2021. Para tenaga medis dan sejumlah tokoh penting seperti Perdana Menteri David Burt, pemimpin oposisi Cole Simons, Menteri Kesehatan Kim Wilson dan Dr. Carika Weldon menjadi beberapa orang yang divaksin paling awal. Pada hari yang sama, pemerintah Bermuda juga memberlakukan tes kepada warganya. Dari sebanyak 150.982 tes yang dilakukan, 150.326 orang dinyatakan negatif sementara 656 terkonfirmasi positif.[2]
Setelah berhasil mengadakan vaksin tahap pertama, Bermuda lalu melanjutkan vaksinasi tahap kedua pada 3 Februari 2021 dengan jumlah orang yang divaksin sebanyak 5.000 orang.[2]
Dampak pandemi
Pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak pada pembatalan atau penundaan acara-acara besar yang rencananya diadakan pada 2020, mulai dari Parade Hari Bermuda,[17] Cup Match Classic[18] hingga karnaval Bermuda.[19]
Selain itu, pandemi juga berdampak pada sektor ekonomi. Salah satunya adalah restoran The Swizzle South Shore yang telah berdiri sejak 2006. Adanya kebijakan pemerintah berupa larangan penjualan alkohol untuk dibawa pulang berpengaruh pada keuangan The Swizzle South Shore. Minimnya pemasukan yang tidak sebanding dengan besarnya pengeluaran selama pandemi akhirnya membuat pemilik bisnis Jay Correia memutuskan untuk menutup tempat usahanya.[20]
Serupa dengan The Swizzle, dampak yang sama juga dirasakan oleh toko sepatu Hamilton. Akibat pandemi, pengelola bisnis mengobral produk-produk dagangannya dengan harga murah sebelum akhirnya memutuskan untuk tutup.[21]
Pranala luar
Berikut adalah beberapa pranala resmi terkait laman pemerintahan dan media daring Bermuda yang berperan dalam menginformasikan berita tentang Covid-19.
Referensi