Pandan laut, pandan pasir atau pandan pudak duri (Pandanus odorifer) adalah sejenis pandan besar yang sering dijumpai di pantai berpasir atau berkarang, anggota sukuPandanaceae. Bunga jantannya (Jw.: pudak) berbau harum dan tahan lama disimpan; dipergunakan untuk mengharumkan ruangan, pakaian, dan makanan. Sebutan yang lainnya, di antaranya, pandan kayu ache (Ogan); pandan pasir (Jw.); pandan laut, pandan samak laut, pandan pudak (Sd.); pandan pudak duri (Btw.); pandan bau-bau, pandan nipah (Amb.); ponèlo (Gor.); bokungo (Buol); banga (Mak., Bug.); lata banga (Sawu); hénak (Rote); yaäl (Tanimbar); buro-buro (Ternate).[8] Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai fragrant screwpine.
Deskripsi
Pandan laut adalah pohon atau perdu yang tumbuh tegak, selalu hijau, dengan tinggi mencapai 15 m. Banyak bercabang-cabang hingga tampak seperti wadah lilin; percabangan dikotomus (bercabang dua berulang-ulang), trikotomus, atau tak beraturan. Akar tunjang banyak dan tebal, muncul dari batang bagian bawah. Batang yang terbuka biasanya cokelat keabu-abuan pucat atau kusam, dengan cincin-cincin luka bekas melekatnya daun. Tengah-tengah batangnya berongga.[9] Batangnya berdaging, kokoh dan dapat menahan stres air selama periode panjang.[10]
Daun-daun berbentuk seperti pedang, 1–2 m × 4-7 cm, berkumpul rapat di ujung ranting, dalam 3 baris yang tersusun spiral. Daun-daun yang tua dan agak tua dengan ujung, kurang lebih hingga sepertiga bagian, yang tertekuk dan menjuntai ke bawah; memberikan tampilan yang khas pandan. Ujung helaian daun panjang meruncing serupa cambuk. Sisi bawah helaian daun dengan sepasang jalur hijau pucat, di kiri kanan tulang daun utama. Tepi helaian daun dan sisi bawah ibu tulang daun dengan duri-duri sepanjang 3-5 mm, putih atau dengan ujung kehitaman, ramping, agak melengkung. Duri-duri di bawah ibu tulang daun itu mengarah ke bawah (dalam) di sebelah pangkal dan mengarah ke luar di setengah daun yang ujung.[9]
Berumah dua (dioesis), bunga-bunga jantan berukuran kecil, putih, sangat harum, tersusun dalam tongkol, yang selanjutnya terangkai dalam malai yang menggantung; tongkol terlindung oleh seludang besar yang putih atau kekuningan, menyolok. Bunga jantan layu dalam sehari, keseluruhan perbungaan layu setelah 3-4 hari. Bunga-bunga betina berkumpul dalam bongkol bulat, serupa nanas. Buah majemuk (dikenal sebagai cephalium) bervariasi bentuknya: bulat telur (ovoid), menjorong (elipsoid), hampir bulat, dan serupa bola; tersusun oleh buah-buah batu yang berdaging (disebut falang, phalanges), berbentuk baji, yang berjejalan pada porosnya. Bagian kulit buah (eksokarp) berwarna hijau, menjadi jingga, merah, atau merah terang (vermilion) bila masak; daging buah (mesokarp) putih menyerabut dan berisi udara di bagian ujung, namun berserat dan berdaging di pangkalnya, bagian yang biasa dimakan orang. Endokarp yang melingkungi biji keras dan membatu.[9]
Pandan laut umumnya tumbuh liar, meski ada pula budidaya yang berhasil dilakukan di beberapa negara seperti India. Budidaya tumbuhan ini hampir tidak memerlukan perhatian khusus, kecuali penyiraman selama beberapa bulan di awal penanaman. Tumbuhan ini juga tidak memerlukan pupuk, tetapi pohon tua berusia lima tahun ke atas perlu dipangkas agar tetap tegak. Pandan laut berbunga tiga kali dalam setahun, yakni pada April-Mei, Juli-September, dan Desember-Februari. Musim puncak berbunga terjadi pada bulan Agustus-September. Pandan laut mulai berbunga sejak usia lima tahun dan mampu bertahan selama bertahun-tahun; dalam setahun satu pohon dapat menghasilkan sekitar 200 kuntum bunga.[10]
Sebagaimana kerabat dekatnya, pandan duri, pandan laut umumnya tumbuh di tepi pantai, di belakang formasi pes caprae. Meskipun lebih jarang, pandan ini juga ditemukan di wilayah pedalaman yang jauh dari air laut.
Manfaat
Sebagaimana namanya (odorifer; Lat.: odor, bebauan, fere, membawa), pandan ini terutama dimanfaatkan malai bunga jantannya yang berbau wangi, untuk mengharumkan ruangan; pakaian; minyak wangi; dan juga makanan. Setiap bagian tanaman ini—mulai dari bunga, batang, akar, hingga dedaunan—dapat dimanfaatkan. Serat dari akar dapat dimanfaatkan untuk membuat tali, terutama di negara bagian Andhra Pradesh dan Tamil Nadu, India. Batangnya dapat digunakan untuk pembuatan kandang ternak. Daunnya dapat digunakan sebagai anyaman untuk membuat jaring, matras, topi, keranjang, dompet, tas, dan alat rumah tangga lainnya. Pepohonannya dapat mencegah erosi tanah pada lahan pertanian, menstabilkan gundukan pasir, dan pelindung alami dari badai dan hujan lebat.[10]Seludang bunganya yang wangi itu dipotong dan diletakkan di lemari atau kopor pakaian, harumnya dapat bertahan hingga sebulan.[8]Rumphius juga mencatat salah satu varietas dari Ternate yang kuncup bunganya dapat dijadikan sayuran, seperti tebu telur (dalam bahasa Rumphius: sajor truba, sayur (telur) terubuk).[12]
Dari seludang bunganya itu diekstrak semacam minyak harum yang dinamai kewra atau kia.[13] Kewra menjadi penopang utama perekonomian di wilayah Ganjam, India. Bahkan seluruh perekonomian desa di wilayah ini bergantung pada kewra, sehingga dijuluki "emas lokal" oleh penduduk setempat. Di distrik ini, terdapat sekitar 65 unit penyulingan kewra di Chhatarpur Block Kewra Union. Permintaan kewra semakin meningkat di dalam maupun luar negeri seiring meningkatnya kebutuhan akan kewra untuk pengolahan makanan, parfum, dan obat-obatan.[10]
Di Maladewa, buahnya merupakan sumber pangan yang penting, khususnya di musim paceklik. Buah ini dimakan segar, dijadikan sup, diambil sari buahnya, serta diolah menjadi kue-kue dan manisan. Daunnya dianyam menjadi tikar, sementara batangnya yang berongga namun keras di bagian luarnya dijadikan bahan bangunan dan ramuan rumah.[9]
Pandan laut umumnya tumbuh liar; sejauh ini budidayanya kemungkinan baru dilakukan di India.[16]
Jenis yang serupa
Pandan duri (Pandanus tectorius) mempunyai perawakan yang mirip dengan pandan laut; demikian pula, habitatnya kurang lebih serupa dan juga umum dijumpai di ekosistem pantai berpasir. Sedikit perbedaannya, di antaranya, P. tectorius memiliki duri (pada daun) yang berukuran lebih kecil dan cenderung berwarna hijau (duri P. odorifer berukuran lebih besar, berwarna putih atau hijau pucat).[17] Juga, pada pangkal sisi bawah daun P. tectorius tidak ada pita hijau pucat di sebelah menyebelah ibu tulang daun.[18] Malai bunga jantan P. tectorius menguarkan bau harum yang keras, akan tetapi hanya bertahan 2-3 hari (malai P. odorifer harumnya bertahan hingga sebulan).[8]
Para ahli umumnya belum bersepakat mengenai status taksonomi kedua jenis tersebut. Sebagian pakar memandang bahwa P. odorifer hanyalah variasi atau anak jenis dari P. tectorius.[17][19]
^Rheede tot Draakestein, H. van 1679. Hortus Indicus Malabaricus :continens regni Malabarici apud Indos cereberrimi onmis generis plantas rariores, ..pars II: 3,fig 6. Amstelaedami :sumptibus Johannis van Someren, et Joannis van Dyck, 1678-1703.
^ abcHeyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia1: 124-5 (di bawah nama Pandanus tectorius, var. littoralis dan var. verus). Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda-1922- I: 68-73).
^ abcdShiva, Vandana (2023). Berdamai dengan Bumi: Kejahatan Korporasi dan Masa Depan Sumber Daya, Tanah & Pangan. Yogyakarta: Penerbit Independen.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Allen, D.J. 2011. Pandanus odorifer. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.2. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 14 October 2014.
^Ilanchezhian, R. & J.C. Roshy. 2010. Hepatoprotective and hepatocurative activity of the
traditional medicine ketaki (Pandanus odoratissimus Roxb.) - An experimental evaluation. Asian J. Trad. Med.5(6): 212-8.Diarsipkan 2022-04-17 di Wayback Machine.