Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. Anda dapat membantu untuk menyuntingnya.
Oka Rusmini lahir di Jakarta pada 11 Juli 1967. Ia merupakan penulis puisi, novel, cerita anak, cerita pendek, dan esai, serta wartawan (editor) yang tinggal di Denpasar, Bali. Oka Rusmini menjadi salah satu sastrawan perempuan di Indonesia yang turut meramaikan semaraknya sastra Indonesia. Karya-karya Oka mengangkat isu-isu mengenai perempuan dengan menggunakan latar belakang sosial budaya perempuan Bali. Tradisi (adat) dan agama merupakan isu yang banyak memberatkan perempuan dalam novel yang ditulis oleh Oka Rusmini[1]. Selain menjadi penulis, sejak tahun 1990 sampai kini, dia juga bekerja sebagai wartawan Bali Post di Denpasar, Bali.
Penghargaan
Selama berkecimpung di dunia penulisan, Oka Rusmini memperoleh berbagai penghargaan, antara lain:
Terpilih sebagai Ikon Berprestasi Indonesia Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila kategori Seni dan Budaya (2017).
Menerima CSR Indonesia Awards kategori Karsa Budaya Prima (2019).
Selain penghargaan-penghargaan di atas, Oka Rusmini juga beberapa kali berkesempatan menghadiri forum sastra nasional maupun internasional, di antaranya yaitu Festival Sastra Winternachten di Den Haag dan Amsterdam, Belanda. Dia juga pernah menjadi penulis tamu di Universitas Hamburg, Jerman (2003); Universitas Napoli, Italia (2015); Singapore Writers Festival di Singapura (2011); OZ Asia Festival di Adelaide, Australia (2013); Fankfurt Book Fair di Frankfurt, Jerman (2015); dan Asian Literature Creative Workshop di Seoul Art Space Yeonhui, Korea Selatan, 2017.
Karya
Monolog Pohon (puisi, 1997)
Tarian Bumi (novel, 2000)
Sagra (cerpen, 2001)
Kenanga (novel, 2003)
Patiwangi (puisi, 2003)
Warna Kita (puisi, 2007)
Pandora (puisi, 2008)
Tempurung (novel, 2010)
"Akar Pule" (kumcer,2012)
"Saiban" (puisi,2014)
"Men Coblong" (2019)
"Koplak" (2019)
Novelnya yang berjudul Tarian Bumi telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul Earth Dance, dan bahasa Jerman dengan judul Erdentanz.