Raja Melewar atau Raja Malewa adalah seorang Raja atau Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan pertama di Semenanjung Malaya. Ia merupakan keturunan Yang Dipertuan Pagaruyung, yang diutus langsung dari Kerajaan Pagaruyung minangkabau untuk menjadi raja di Negeri Sembilan.[1]
Biografi
Nama lengkapnya adalah Yang Dipertuan Besar Sri Paduka Raja Tuanku Mahmud Syah ibni al-Marhum Sultan 'Abdu'l Jalil, Yang diPertuan Besar Negeri Sembilan. Raja Melewar memerintah dari tahun 1773 sampai 1795.
Para pemukim Minangkabau sudah berdiam di Negeri Sembilan sejak abad ke-15. Pada awalnya mereka berada di bawah perlindungan Malaka, dan kemudian Johor. Pada abad ke-18 Johor yang melemah tak mampu lagi melindungi Negeri Sembilan dari serangan orang-orang Bugis. Karena itu para pemuka Negeri Sembilan meminta diberikan raja dari Pagaruyung untuk memerintah mereka. Raja Pagaruyung saat itu, Sultan Abdul Jalil, mengabulkan permohonan itu dan mengutus Raja Melewar untuk menjadi raja di Negeri Sembilan.
Sebelum Raja Melewar bertolak ke Negeri Sembilan, raja Pagaruyung telah memerintahkan seorang kerabat diraja bernama Raja Khatib untuk pergi lebih awal membuat persiapan menyambut Raja Melewar di Negeri Sembilan. Namun sesampainya Raja Khatib di Seri Menanti, dia telah mengaku sebagai anak raja yang dihantar dari Pagaruyung. Penghulu Seri Menanti bernama Penghulu Naam lalu mengawinkan anak perempuannya dengan Raja Khatib.
Sementara itu angkatan Raja Melewar berangkat dari Pagaruyung menuju Tanah Melayu. Bagaimanapun sebelum ke Negeri Sembilan, Raja Melewar terlebih dahulu menghadap Sultan Johor yang kemudiannya menganugerahkan cap mohor dan diberikan kuasa untuk memerintah semua tanah jajahan di Negeri Sembilan.
Selepas pelantikan itu Raja Melewar dan angkatannya berangkat menuju ke Negeri Sembilan melalui Naning. Sampai di Naning, angkatan Raja Melewar telah berpapasan dengan angkatan perang Bugis pimpinan Daeng Kemboja. Pertempuran terjadi dan akhirnya angkatan Bugis dikalahkan dan Daeng Kemboja terpaksa melarikan diri.
Raja Melewar kemudiannya meneruskan perjalanan sehingga sampai di Rembau dan ditabalkan menjadi Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan di Kampung Penajis. Tempat bersemayam Raja Melewar ini sampai sekarang diberi nama Kampung Astana Raja.
Selepas pertabalan itu Raja Melewar memimpin satu angkatan perang untuk menyerang Raja Khatib di Seri Menanti. Penghulu Naam memberontak menentang Yang Dipertuan Besar Raja Melewar. Dalam peperangan itu Penghulu Naam kalah dan dia-pun dihukum pancung. Dengan itu selesailah ketegangan dalam pemerintahan Negeri Sembilan ketika itu.
Pada tahun 1795, Raja Melewar digantikan oleh Tuanku Raja Hitam sebagai Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan berikutnya, yang bertahta dan memerintah dari tahun 1795 sampai 1808. Sebagai Raja ke-II, Tuanku Raja Hitam juga masih diutus langsung dari Kerajaan Pagaruyung.
Rujukan