Malangbang atau melambang adalah sebuah jenis kapal layar abad pertengahan dari Indonesia. Ia disebutkan terutama pada Hikayat Banjar. Nama "malangbang" dianggap berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu malabong (malaboṅ) yang berarti jenis perahu tertentu.[1]:1092[2] Malangbang adalah salah satu dari kapal perang utama Majapahit setelah jong dan kelulus.[3][4][5] Tidak banyak yang diketahui dari jenis kapal ini, selain dari fakta bahwa kapal itu juga menggunakan dayung selain layarnya untuk bergerak,[6][7] lebar dan berlambung datar,[8] dan merupakan kapal berukuran "sedang", antara ukuran jong dan kelulus, lebih besar dari pilang (pelang).[9]
Sebuah malangbang digunakan ketika Lambu Mangkurat, raja Kuripan[10] bepergian melalui laut ke Majapahit[11] untuk meminta pendamping berdarah kerajaan untuk seorang putri setempat. Dia menyiapkan armadanya, bersama dengan malangbang negara bernama Si Prabayaksa (yang juga merupakan nama dalem agengkeraton Jawa Tengah), yang didekorasi dengan sangat berlebihan.[12] Kutipan dari Hikayat Banjar:
Dia berlayar dengan kondisi penuh di atas kapal pesiarnya (transkipsi asli: malangbang) bernama Prabayaksa, memanfaatkan lambang kerajaan yang ditinggalkan oleh ayahnya Ampu Jatmaka: dua pita vertikal dihiasi dengan emas, dua tongkat rumbai dihiasi dengan emas, empat pennon dihiasi dengan cat emas, pita kepang yang tampak seperti kelabang yang disulam dengan benang emas dan dua puluh tombak dengan jumbai bulu merah yang dihiasi rintik emas; tombaknya memiliki bilah biring bertatahkan emas, galah mereka di mana dihiasi dengan cat merah gelap dan emas, belum lagi dua payung negara dihiasi dengan cat emas, dua tombak negara berbentuk seperti tunas kamboja, bertatahkan emas dan dengan poros mereka diikat dengan emas. Dan malangbang itu bertatah emas, layarnya sachlat ainalbanat, tali bubutan dan tamberang dan tali klatnya mastuli, sama berumbai-umbaikan mutiara, kemudinya tembaga suasa, dayungnya hulin bertabu-tabukan emas, tali sauhnya besi malila. Dan banawa yang mengikut itu masing-masing sama memasang perhiasannya.[13]:294-297[7][14]
^Adam (2019). h. 128: "Setelah itu maka disuruh baginda musta'ibkan segala kelengkapan dan segala alat senjata peperangan akan mendatangi negeri Pasai itu; sekira-kira empat ratus jong yang besar-besar; dan lain daripada itu banyak lagi daripada melangbang [melambang] dan kelulus."
^Nugroho (2011). h. 286, mengutip Hikayat Raja-Raja Pasai", 3: 98: "Sa-telah itu, maka di-suroh baginda musta'idkan segala kelengkapan dan segala alat senjata peperangan akan mendatangi negeri Pasai itu, sa-kira-kira empat ratus jong yang besar-besar dan lain daripada itu banyak lagi daripada malangbang dan kelulus.". Juga lihat Hill (Juni 1960), h. 98 dan 157: Then he directed them to make ready all the equipment and munitions of war needed for an attack on the land of Pasai - about four hundred of the largest junks, and also many barges (malangbang) and galleys.
^Nugroho (2011). h. 299, mengutip HikayatBanjar, 6.2: "Dan malangbang itu bertatah emas, layarnya sachlat ainalbanat, tali bubutan dan tamberang dan tali klatnya mastuli, sama berumbai-umbaikan mutiara, kemudinya tembaga suasa, dayungnya hulin bertabu-tabukan emas, tali sauhnya besi malila."
^ abManguin (Januari 2001). h. 7: And that malangbang was adorned with marquetry of gold; its sails were of the finest cloth; the clew-lines, the stays and the sheets were of silk and had tassels of pearls; the rudder was of timbaga suasa (a copper and gold alloy), the oars of iron-wood with bands of gold and the anchor gear of undamascened steel. The ships sailing behind her were also fully dressed.
^Ras (1968). h. 234, mengutip HikayatBanjar, 1.2: "Maka Ampu Djatmaka pun berlayar-layar dengan perahu yang sama mengikutkan itu. Kapal dan pilang itu tiada sama lajunya seperti Si Prabayaksa itu; besarnya dan panjangnya serta rupanya terlebih Si Prabayaksa itu.". Juga Nugroho (2011). h. 290.
^Ras (1968), h. 292, mengutip Hikayat Banjar: "Suruh baiki malangbang Si Prabayaksa namanya dan itu dan gurap dan gali, galiut dan galiung, tongkang dan talamba dan lambu dan pargata. Aku hendak ke Majapahit mencari seperti mimpiku itu.". Juga Nugroho (2011). h. 290.
^Manguin, Pierre-Yves. "Shipshape Societies: Boat Symbolism and Political Systems in Insular Southeast Asia". Dalam buku Southeast Asia in the 9th to 14th Centuries, ed. David G. Marr and A. C. Milner. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1986.
^Ras, J. J., 1968, Hikayat Bandjar. A Study in Malay Historiography. The Hague (Bibliotheca Indonesica, 1)
^Ras (1968), h. 294–296: "Sudah itu maka Lambu Mangkurat bartulak, manunggang malangbang barnama si Prabayaksa sarta parhiasannya, mamakai tahta karajaan yang paninggal ayahnya Ampu Jatmaka itu: umbul-umbul dua diparmas, tatunggul dua diparmas, kakenda dua diparmas, kakenda dua diparmas, lalayu ampat bartulis air mas dan kakalabangan saparti lalipan barsulam air mas dan kumbala rajasa barkakitir amas dua puluh; tumbaknya biring bartatah amas, gagangnya sama bartulis galuga dangan air mas; dan payung bawat dua bartulis air mas, dan awinan dua kudup campaka bartatah amas, gagangnya tabu-tabu dangan dangan amas. Dan malangbang itu bartatah amas, layarnya sakhlat `ainalbanat, tali bubutan dan tamberang dan tali klatnya mastuli, sama barumbai-rumbaikan mutiara; kamudinya timbaga suasa; dayungnya hulin bartabu-tabukan amas; tali sauhnya basi malila. Dan banawa yang maikut itu masing-masing sama mamasang parhiasannya," Lihat juga transliterasinya di Malay Concordance Project.
Bacaan lanjutan
Adam, Ahmat (2019). Hikayat Raja Pasai. Petaling Jaya: Strategic Information and Research Development Centre.
Hill, A. H. (Juni 1960). "Hikayat Raja-Raja Pasai". Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society. 33: 1–215.