Liang Chongyi

Liang Chongyi (Hanzi: 梁崇义, ?-781) adalah seorang panglima perang pada pertengahan Dinasti Tang. Ia adalah salah satu dari enam gubernur militer pembangkang, daerah kekuasaannya meliputi jalur timur Shannan yang kini merupakan wilayah Xiangfan, Hubei. Setelah Kaisar Tang Dezong naik tahta, Liang melakukan pemberontakan namun pada akhirnya dikalahkan oleh jenderal pro-pemerintah, Li Xilie. Ia bunuh diri setelah markasnya jatuh ke tangan pasukan Tang.

Kehidupan awal

Liang Chongyi lahir di ibu kota Dinasti Tang Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi). Ia terkenal akan kekuatan fisiknya yang konon katanya mampu membengkokkan batangan emas dan meluruskan kait metal dengan tangan kosong. Liang memulai karier militernya sebagai pemanah dalam pasukan pengawal istana, ia dikenal seorang yang pendiam dan disenangi rekan-rekannya sesama tentara. Setahap demi setahap ia naik pangkat menjadi perwira. Belakangan ia bergabung dengan pasukan di bawah komando jenderal Lai Tian, gubernur militer jalur timur Shannan. Ketika meletus Pemberontakan Anshi, Liang turut bersama atasannya berjuang melawan kaum pemberontak. Hubungan Lai yang tidak akur dengan kasim-kasim korup yang berkuasa di istana, terutama Li Fuguo, membuatnya jarang melakukan kunjungan rutin untuk memberi penghormatan pada kaisar di ibu kota

Tahun 762, Kaisar Tang Suzong mangkat. Penerusnya, Kaisar Tang Daizong, di bawah pengaruh Li Fuguo (yang mengepalai pasukan pengawal istana dan berkuasa di ibu kota), berusaha untuk menyingkirkan Lai dari daerah kekuasaannya dan memindahkannya ke Huaixi (sekarang Zhumadian, Henan). Lai tidak menerima mutasi itu, ia dan pasukannya memilih tetap di jalur timur Shannan. Kaisar Daizong akhirnya menerima alasannya dan membiarkannya tetap berkuasa di sana. Pada akhir tahun itu juga, Li Fuguo didepak dari jabatannya dan Lai diberikan jabatan sebagai menteri pertahanan dan penasehat. Untuk itu ia wajib berkunjung ke Chang’an untuk melapor pada kaisar. Ketika berkunjung ke ibu kota, Lai terlibat perselisihan dengan musuh lamanya, kasim Cheng Yuanzhen, kepala pengawal istana yang baru. Cheng lalu memerintahkan kroninya, pejabat Wang Zhongsheng, memfitnah Lai terlibat persekongkolan dengan kaum pemberontak semasa Pemberontakkan Anshi. Akibatnya, Lai dicabut seluruh jabatannya dan diasingkan. Di tengah perjalanan ke pengasingan, ia dipaksa melakukan bunuh diri.

Sebelum meninggalkan basisnya untuk berkunjung ke Chang’an, Lai telah lebih dulu menempatkan sejumlah perwira kuncinya di berbagai wilayah jalur timur Shannan. Ketika para perwira itu, termasuk Liang (yang saat itu sedang berada di Nanyang, Henan), mendengar berita kematian Lai yang tragis, mereka segera meninggalkan pos masing-masing untuk bertolak ke Xiangzhou, ibu kota jalur timur Shannan. Liang dan dua perwira Lai lainnya, Li Zhao dan Xue Nanyang, saling mengklaim hak atas komando tertinggi. Para prajurit mendukung Liang dan mengangkatnya sebagai komandan yang baru. Segera setelah berkuasa, Liang mempersalahkan Li dan Xue atas kekacauan pasca kematian Lai dan menghukum mati keduanya. Pasca Pemberontakan Anshi, kekuasaan kaisar atas daerah-daerah di luar ibu kota sudah sangat lemah, yang berkuasa sebenarnya adalah para gubernur militer, sehingga ketika itu pun Kaisar Daizong tidak dapat berbuat apapun terhadap tindakan Liang bahkan mengakuinya sebagai gubernur militer jalur timur Shannan. Liang mengambil jenazah Lai dan memakamkannya dengan penuh kehormatan, sebuah kuil dibangun untuk didedikasikan padanya. Liang juga menolak menggunakan kantor dan aula utama Lai sebagai ungkapan rasa hormatnya pada atasannya itu.

Sebagai gubernur militer

Liang kini berkuasa atas jalur timur Shannan, wilayahnya merupakan daerah semi-independen dari pemerintah pusat. Ia bersekutu dengan lima gubernur militer lainnya yaitu Tian Chengsi, Li Zhengji, Li Baochen, Li Huaixian, dan Xue Song untuk menuntut hak waris jabatan sebagai gubernur militer terhadap keturunan mereka. Pemerintah pusat yang lemah tidak mampu berbuat banyak menghadapi mereka. Liang membawahi enam prefektur, tetapi wilayahnya dikelilingi oleh wilayah-wilayah yang setia pada pemerintah pusat, tentaranya pun paling lemah dibanding kelima gubernur militer sekutunya. Karena itulah ia cenderung lebih tunduk pada pemerintah dan secara rutin menuruti titah kaisar. Pada tahun 779, Kaisar Daizong mangkat, para kerabat Liang menyarankannya agar pergi ke ibu kota untuk memberi penghormatan pada Kaisar Dezong yang baru naik tahta, namun Liang malah berkata,

Tuan Lai telah berjasa besar bagi negara. Ketika periode Shangyuan (masa pemerintahan Kaisar Suzong) dia difitnah oleh para kasim jahat itu sehingga ragu untuk datang memberi penghormatan pada kaisar. Begitu Kaisar Daizong naik tahta, dia datang mengunjungi kaisar tanpa perintah, tetapi ia dan keluarganya malah dibantai. Bagaimana mungkin aku, yang telah menanggung banyak kesalahan ini, melakukan hal yang sama?

Kematian

Tahun 781, masalah menjadi semakin pelik setelah meninggalnya dua sekutu Liang, Li Zhengji dan Li Baochen. Kaisar Dezong menolak putra-putra mereka, Li Na dan Li Weiyue, mewarisi jabatan gubernur militer ayah-ayah mereka. Penolakan itu itu menyebabkan keduanya, bersama dengan Tian Yue (penerus Tian Chengsi) angkat senjata melawan istana. Liang bergabung dengan mereka karena permusuhannya dengan Li Xilie, gubernur militer Huaixi, yang pernah beberapa kali meminta persetujuan istana untuk menyerangnya. Ketika seorang pejabat bernama Guo Xi, menuduh Liang memberontak, demi menenangkan Liang, kaisar menjatuhi Guo hukuman pukul dengan tongkat dan diasingkan, kemudian mengutus seorang pejabat bernama Li Zhou ke Xiangzhou untuk bernegosiasi dengan Liang. Kedatangan Li membuat Liang gelisah sebab dalam misi sebelumnya menghadapi Liu Wenxi, seorang jenderal pemberontak lainnya, Li berhasil memprovokasi pasukan Liu sehingga mereka berbalik melawan dan membunuhnya. Sejak itu muncul desas-desus bahwa Li memiliki kemampuan mengarahkan para bawahan melawan atasan mereka. Karena itu ketika Li tiba di berbatasan Shannan, Liang melarangnya masuk ke wilayahnya dan meminta istana mengutus pejabat lain. Saat itu kaisar sedang sibuk mempersiapkan perang melawan Li Na dan Li Weiyue sehingga tidak ingin membuka front baru dengan Shannan, karena itulah diutus seorang pejabat lain, Zhang Zhuo ke Shannan. Liang dianugerahi jabatan penasehat, istrinya mendapat gelar kehormatan, istana juga memberinya plakat besi yang menjamin dirinya bebas dari hukuman mati, serta mengundangnya ke Chang’an. Selain itu, kaisar juga menyetujui rekomendasi Liang atas pejabat kesayangannya, Lin Gao, untuk diangkat sebagai kepala daerah Dengzhou (sekarang Nanyang). Namun setelah Zhang tiba di Xiangzhou, Liang malah ragu apa yang harus dilakukannya, demikian pula Lin, yang tidak berani menerima jabatan itu tanpa persetujuan Liang. Setelah mempertimbangkannya, Liang memohon dan menangis di depan Zhang namun tetap menolak datang ke Chang’an

Menanggapi ketidakpatuhan Liang, Kaisar Dezong mengangkat Li Xilie sebagai Pangeran Nanping dan memberinya tanggung jawab penuh atas operasi militer melawan Liang. Sebelum Li bergerak, Liang telah melakukan serangan pendahuluan terhadap Jiangling dengan pertimbangan didudukinya kota itu akan membuka jalan ke selatan. Namun pasukannya mengalami kekalahan di Siwang (sekarang Hubei) sehingga terpaksa harus mundur kembali ke Xiangzhou. Liang mengkonsolidasi pasukannya dan mengkonsentrasikannya di Xiangzhou dan Dengzhou. Sementara itu, Li Xilie juga telah menghimpun pasukannya dan mengarahkannya ke utara menyeberangi Sungai Han menuju Xiangzhou. Liang menyerang pasukan Li yang ditempatkan di Linhan (dekat Xiangzhou), mengalahkan dan membantai mereka. Namun ketika pasukan inti Li tiba, Liang mengalami kekalahan berturut-turut di Sungai Man (yang mengalir di Xiangfan) dan Shukou (juga berada di wilayah Xiangfan). Dua jenderalnya, Zhai Hui dan Du Shaocheng, menyerah pada Li yang segera memerintahkan keduanya memimpin pasukan mereka ke Xiangyang (ibu kota Xiangzhou). Liang memerintahkan pasukannya untuk bertahan, tetapi mereka malah membuka gerbang kota dan berlarian ke luar. Merasa sudah tidak ada jalan keluar lagi, Liang bersama keluarganya melakukan bunuh diri dengan menceburkan diri ke sumur. Li Xilie mengeluarkan jasadnya dari sumur, memotong kepalanya, lalu membawanya ke Chang’an. Li juga membantai seluruh kerabat dan teman-teman Liang beserta 3000 prajurit yang terlibat dalam Pertempuran Linhan

Referensi