Labu dan Labi

Labu dan Labi adalah film komedi Melayu yang disutradarai dan dibintangi oleh P. Ramlee pada tahun 1962. Film ini mengisahkan tentang Labu dan Labi, dua pelayan dari seorang pengusaha tekstil yang pelit bernama Haji Bakhil, dengan impian besar mereka. Film ini digayakan seperti pementasan pantomim dengan campuran humor dan karakter yang kadang-kadang berbicara langsung dengan penonton. Film ini memiliki sekuel berjudul Nasib Si Labu Labi.

Sinopsis

Labu (M. Zain) dan Labi (P. Ramlee) adalah pelayan Haji Bakhil (Udo Omar), seorang pria tua yang sangat pelit dengan istrinya yang sabar dan setia serta anak perempuan mereka yang cantik, Manisah (Mariani). Labu dan Labi sering dimarahi, dimaki, dan dipaksa melakukan hukuman fisik oleh Haji Bakhil, tetapi mereka tetap bertahan bekerja dengannya karena diam-diam mereka berdua jatuh hati pada Manisah.

Suatu malam ketika mereka hendak tidur di beranda rumah Haji Bakhil seperti biasa, mereka mulai bercerita tentang impian masing-masing.

Kelab Malam

Labi bercerita seandainya mereka kaya dan memiliki pelayan sendiri. Labi membayangkan dirinya sebagai seorang hakim yang ingin ke kelab malam untuk bertemu dengan Labu, yang membayangkan dirinya sebagai seorang dokter. Dalam khayalan ini, Haji Bakhil (yang dalam adegan ini belum menunaikan haji) muncul sebagai pelayan untuk mengambil pesanan mereka, dan Labi membalas dendam dengan juga memarahi Haji Bakhil. Labu dan Labi kemudian menyaksikan pertunjukan Saloma dan grup Panca Sitara yang juga diikuti oleh suaminya, P. Ramlee, dengan lagu "Bila Larut Malam". Setelah pertunjukan, Aziz Sattar yang menjadi pembawa acara malam itu mempersembahkan peragaan busana, dan salah satu modelnya adalah Sarimah.

Setelah pertunjukan, Labu menuju ke belakang panggung untuk menemui Sarimah di ruang ganti, tetapi saat dia berbincang dengan Sarimah, Labi muncul dengan tujuan yang sama. Labu dan Labi mulai bertengkar, dan pertengkaran mereka sangat keras hingga mengejutkan Haji Bakhil yang berteriak menyuruh mereka kembali tidur.

Tarzan Malaya

Sementara itu, Labu mengatakan bahwa dia tidak ingin tinggal di kota, melainkan ingin tinggal di hutan (tapi disindir Labi, "Mau jadi Sang Rajuna Tapa?"). Labu mengatakan dia ingin menjadi Tarzan yang bisa memerintah semua binatang di hutan (kecuali babi hutan). Dia membayangkan dirinya sebagai Tarzan Melayu yang menggunakan keris. Dalam adegan ini, Haji Bakhil menjadi Chita, sepupu Haji Bakhil yang merupakan seekor monyet tanpa ekor. Saat Labu membuat sambal belacan karena bosan dengan buah-buahan, Labi muncul sebagai harimau yang juga tidak berekor. Labi ingin memakan Labu, dan perkelahian dimulai hingga kali ini, Haji Bakhil muncul dan memarahi mereka.

Di Wild-West

Setelah tenang kembali, Labu bertanya kepada Labi apakah dia suka tinggal di hutan atau tidak. Labi mengatakan dia lebih suka menjadi koboi yang bisa menangkap penjahat dan mendapatkan banyak hadiah. Dia membayangkan dirinya sebagai sheriff, sedangkan Labu menjadi Jesse Labu, adik bungsu Jesse James. Haji Bakhil sekali lagi muncul, dan kali ini dia menjadi cucu Haji Bakhil yang menjadi pelayan bar (dengan meminjam seragam dapur Labu). Labu dan Labi memulai pertempuran tembak-menembak, dan suara pistol dari mulut mereka membangunkan lagi bos mereka. Haji Bakhil mengarahkan mereka bangun pagi-pagi dan bekerja lebih awal sebagai hukuman.

Makan JACK

Pagi harinya, Labu pergi ke hutan mencari kayu bakar seperti yang diperintahkan Haji Bakhil. Saat itu, dia melihat sekelompok pria yang mencurigakan memasuki sebuah ruang rahasia di dalam bukit kecil. Setelah mereka pergi, Labu memasuki ruangan tersebut dan menemukan sejumlah harta yang banyak di situ (kemungkinan besar hasil curian). Labu mengambil harta itu dan menghilang.

Di rumah Haji Bakhil, mereka bersedih karena kehilangan Labu. Namun, mereka dikejutkan dengan kedatangan rombongan peminangan Labu terhadap Manisah. Haji Bakhil (yang saat ini diketahui nama lengkapnya adalah Haji Bakhil bin Lebai Kedekut) menolak pinangan tersebut, dan Labu menemui seorang dukun untuk menyihir Manisah, menyebabkan dia tidur dan tidak bangun-bangun. Labu mengirim pesan bahwa dia akan menyembuhkan Manisah jika Haji Bakhil menerima pinangannya.

Setelah melihat hal tersebut, Labi menemui seorang pendeta yang memberinya batu ajaib, yang apabila dicelupkan ke dalam air akan membuat air tersebut menjadi obat untuk semua penyakit dan sihir. Labi menggunakan batu tersebut untuk menyembuhkan Manisah. Haji Bakhil gembira lalu membiarkan Labi menikahi Manisah.

Pada hari pernikahan, Labu datang ke rumah Haji Bakhil dan menggunakan mantra yang menyebabkan semua orang tertidur. Namun, Labi tidak terpengaruh mantra dan menggunakan batu ajaib untuk membangunkan Manisah lagi. Labu masuk ke rumah untuk menculik Manisah, tetapi Labi menghalanginya, dan perkelahian dimulai hingga Labu mengambil kapak dan memukul kepala Labi.

Namun semua itu hanya mimpi, dan Labu sebenarnya memukul bantal di kepala Labi. Labu masih tidak sadar dengan lamunannya meski disiram air oleh Haji Bakhil. Labu yang masih bingung antara mimpi dan kenyataan memarahi Haji Bakhil. Manisah muncul di jendela meminta Labi mengeluarkan sepeda, tetapi Labu meraih jendela dan membujuk Manisah meninggalkan Labi dan menikah dengannya. Manisah yang merasa aneh mengatakan bahwa Labu masih bermimpi, dan kini Labu baru sadar.

Haji Bakhil, yang masih marah karena mereka berdua mengganggu tidurnya sepanjang malam, menghukum mereka dengan ketuk-ketampi.

Lagu

  • Yang Mana Satu Idaman Kalbu nyanyian P. Ramlee dan Saloma
  • Bila Larut Malam nyanyian Saloma & Pancha Sitara
  • Singapura Waktu Malam nyanyian Saloma

Referensi