Santa Katarina dari Aleksandria (bahasa Yunani: Ἁγία Αίκατερίνη, Hagía Aíkateríni) adalah seorang Santa yang dianggap sebagai pelindung Universitas Sorbonne, para filsuf, pustakawan, dan gadis-gadis yang ingin menikah.[3] Tidak ada data historis yang jelas mengenai Katarina, namun namanya terukir dalam legenda.[3][4] Meskipun demikian, kisah kehidupan Katarina telah menjadi inspirasi bagi para Santa lainnya, seperti Katarina dari Siena, Katarina dari Swedia, Katarina Laboure, dan lain-lain.[3]
Riwayat hidup
Menurut hagiografinya, kisah Katarina dimulai ketika Katarina hendak menikah dan mencari seorang calon suami.[3] Ia bertekad untuk menikah dengan seorang pria yang lebih pandai, lebih kaya, dan lebih berkuasa dari dirinya.[3] Hal itu sulit, sebab Katarina adalah seorang putri bangsawan yang kaya dan pandai.[3] Suatu kali, ia pergi menemui seorang rahib yang bijaksana dan meminta petunjuknya.[3] Rahib itu lalu bercerita tentang Yesus sebagai seorang pria yang melebihi semua kriteria Katarina.[3] Akhirnya, Katarina berkomitmen untuk mengabdi kepada Yesus dan menjadi Kristen.[3] Komitmen Katarina sebagai seorang Kristen begitu kuat, sehingga ia pernah berdebat melawan 50 filsuf yang dipanggil kaisar Maxentius dan memenangkan perdebatan tersebut. Beberapa di antara mereka terkesima dengan argumen Katarina dan menyatakan kepercayaan mereka akan kekristenan. Pernyataan tersebut berakibat fatal, karena tidak lama kemudian mereka dihukum mati oleh sang kaisar.[3]
Kaisar Maxentius lalu menitahkan Katarina untuk dimasukkan ke dalam penjara dan disiksa. Sepanjang pengurungannya, Katarina dibantu oleh burung merpati yang memberinya makanan dan malaikat yang memberinya salep untuk menyembuhkan lukanya. Katarina juga didatangi oleh Yesus yang menguatkan hatinya agar tidak menyerah dan mengingatkan bahwa jiwanya akan kekal abadi. Sekitar 200 orang—termasuk seorang ratu yang menurut tradisi merupakan istri dari sang kaisar, Valeria Maximilla—mengunjunginya untuk menerima kekristenan, namun mereka semua disiksa hingga tewas.[3]
Lelah dengan kegigihan Katarina, sang kaisar lalu mencoba untuk menikahinya. Namun, Katarina bersaksi bahwa ia sudah menikah dan suaminya adalah Yesus Kristus dan ia telah mengikrarkan kaul keperawanan. Kaisar Maxentius terbakar amarah dan ia memerintahkan Katarina untuk dihukum dengan roda kematian, tetapi roda tersebut langsung pecah saat Katarina menyentuhnya. Sang kaisar akhirnya memutuskan untuk memenggal Katarina. Katarina menyetujuinya dan ia pun dipenggal. Hidup Katarina berakhir sebagai seorang martir.[3][4]
Referensi