Kelas Aoba awalnya direncanakan menjadi bagian dari kelas Furutaka. Akan tetapi permasalahan pada kelas Furutaka menyebabkan Aoba dan saudarinya, Kinugasa dirombak desainnya termasuk penambahan turet laras ganda dan katapel pesawat terbang sehingga diklasifikasikan menjadi kelas baru.
Aoba memiliki panjang 185,17 meter dan berat 9000 ton. Ia mampu mencapai kecepatan 36 knot. Ia membawa 1 pesawat apung serta 6 buah meriam 203mm/kal. 50.
Masa dinas
Ia menjadi kapal bendera di Divisi Penjelajah ke-6 selama kariernya. Pada awal perang, ia yang dipimpin oleh Rear Admiral Aritama Gotou tergabung ke dalam Divisi Penjelajah ke-6 yang beranggotakan Aoba, Kinugasa, Kako, Furutaka. Mereka terlibat dalam Invasi Guam dan Invasi Pulau Wake.
Pada tanggal 7 Mei 1942, mereka terlibat dalam Pertempuran Laut Koral. Di pertempuran itu Shōhō tenggelam dan Shōkaku rusak berat. Kako dan Aoba mengawal penarikan pasukan dari invasi Port Moresby sedangkan Furutaka dan Kinugasa mengawal Shōkaku pulang.
Kemudian Aoba dipindahkan ke Armada ke-8 yang dipimpin oleh Laksamana Madya Mikawa Gunichi. Pada 7 Agustus 1942, Armada Mikawa terlibat dalam pertempuran yang dikenal dengan Pertempuran Pulau Savo. Pada pertempuran yang disebut sebagai salah satu kemenangan terbesar Jepang, USS Astoria, Quincy, Vinnes dan HMAS Canberra tenggelam dan USS Chicago, Ralph Talbot dan Patterson mengalami kerusakan berat. Dan Chōkai terkena tembakan tiga kali, Kinugasa dua kali, Aoba sekali, dan Furutaka tidak terkena. Akan tetapi Kako tenggelam sepulang dari pertempuran setelah ditorpedo oleh S-44. Sedangkan Aoba tidak mengalami kerusakan dari serangan tersebut.
Karier Aoba berlanjut di Pertempuran Tanjung Esperance. Pertempuran ini juga disebut sebagai Pertempuran Pulau Savo kedua. Armada Amerika Serikat saat itu berhasil membuat formasi T terhadap Armada Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Admiral Gotou yang memimpin Aoba membuat kesalahan dengan mengira ia terkena friendly fire. Akibat keputusannya, Furutaka dan Fubuki tenggelam. Sedangkan Aoba mengalami kerusakan dan Goto terbunuh.
Selesainya dari pertempuran tersebut, ia kembali ke Kure untuk diperbaiki. Dan kariernya selanjutnya menjadi pengawal konvoi dan menghindari maut beberapa kali, antara lain:
3 April 1943. Ia dibombardir oleh pesawat B-17. Ia harus berlabuh di pantai untuk menghindari tenggelam.
11 Oktober 1944. Ia bertabrakan dengan Kinu dan mengalami kerusakan ringan.
12 hari berikutnya, ia ditorpedo oleh kapal selam USS Bream. Ia dibawa ke Manila untuk diperbaiki.
Belum selesai diperbaiki, ia dibom oleh pesawat dari Task Force 38 pada tanggal 28 Oktober 1944. Akibatnya ia harus dibawa ke Jepang.
Ketika perjalanan ke Jepang, ia diserang oleh 4 kapal selam sekaligus di Luzon pada tanggal 6 November 1944. Dari serangan kapal selam tersebut dua diantaranya mengenai Kumano[nb 2] dan Aoba berhasil menyelamatkan diri.
Ketika sampai di Kure, ia dicek dan dinyatakan tidak dapat diperbaiki. Setelah itu pada tanggal 25 April 1945 Kure dibombardir oleh Amerika. Aoba mengalami kerusakan lebih lanjut.
Setelah dibombardir lagi pada tanggal 24 dan 28 Juli 1945, Aoba sudah berwujud bangkai kapal yang rusak berat dan tenggelam di perairan dangkal di Kure. Pada tanggal 20 November 1945 ia dicoret dari daftar angkatan laut dan dibongkar pada tahun 1946-1947.[2]