Susan Pigott menyatakan bahwa wanita tersebut (alih-alih Eli atau Samuel) yang "menyuarakan rasa keluh kesah seluruh orang Israel" saat tabut tersebut direbut.[1]Robert Alter menyatakan bahwa perebutan Tabut tersebut "lebih berdampak kepadanya ketimbang kematian suaminya".[2] Namun, Yairah Amit tak sepakat dan berpendapat bahwa peristiwa dari sudut pandang wanita tersebut adalah kematian suaminya, namun penyunting pada masa berikutnya "berniat untuk menunjukkan bahwa wanita tersebut lebih peduli dengan tabut tersebut ketimbang nasibnya sendiri."[3]
Referensi
^Pigott, Susan M. (2002). "Wives, Witches and Wise Women: Prophetic Heralds of Kingship in 1 and 2 Samuel". Review & Expositor. 99: 148.
^Robert Alter, The David Story (New York: W. W. Norton, 2000), 25.
^Amit, Yairah (2003). "Progression as a Rhetorical Device in Biblical Literature". JSOT. 28: 14.