Ineos memiliki sekitar 20 unit bisnis independen yang masing-masing memiliki direksi sendiri, dan beroperasi secara independen. Walaupun begitu, Ratcliffe dan koleganya sesekali menjadi direksi di unit-unit bisnis tersebut.[2]
Nama
Ineos merupakan singkatan dari nama perusahaan ini sebelumnya, yakni Inspec Ethylene Oxide Specialities.[3] Ineos juga berasal dari satu kata dalam bahasa Latin dan dua kata dalam bahasa Yunani yang Ratcliffe dan kedua anaknya temukan saat sedang mencari nama baru untuk perusahaannya. "Ineo" merupakan bahasa Latin untuk "permulaan baru", sementara "Eos" dalam bahasa Yunani berarti "dewi pagi", dan "neos" dalam bahasa Yunani berarti "sesuatu yang baru dan inovatif". Secara umum, Ineos menyatakan bahwa namanya berarti "terbitnya sesuatu yang baru dan inovatif".[3]
Sejarah
Pada tahun 1992, Inspec dibentuk oleh Sir Jim Ratcliffe, yang sebelumnya merupakan direktur dari Advent International, dan John Hollowood, untuk melaksanakan management buy-in terhadap bisnis kimia milik BP.[4][5]
Pada tahun 1995, Inspec membeli bisnis produksi etilena oksida dan glikol milik BP dengan harga £78 juta, sehingga terbentuklah Inspec Ethylene Oxide Specialities.[6]
Pada tahun 1998, Ratcliffe mendirikan Ineos untuk membeli pabrik etilena oksida milik Inspec di Antwerp, Belgia.[7][8] Pembelian senilai £84 juta ini didanai oleh Murray Johnstone (£10 juta), manajemen Ineos (£1,5 juta), dan BT Alex Brown (£72,5 juta, didapat melalui obligasi sampah).[6][7][9][10]
Perusahaan ini lalu tumbuh pesat dengan mengakuisisi bisnis kimia komoditas milik sejumlah perusahaan besar, seperti BP, ICI, dan BASF.
Ada tiga tahap pertumbuhan Ineos.[11] Tahap pertama adalah antara 1998 dan 2008, di mana Ineos mengakuisisi 22 perusahaan, antara lain Innovene, salah satu anak usaha BP pada bulan Oktober 2005 dengan harga $9 milyar,[12] dan bisnis kimia komoditas dari ICI pada tahun 2001.
Tahap kedua adalah antara tahun 2008 dan 2010 di mana Ineos berupaya mengatasi dampak resesi global. Dengan menurunnya produksi barang konsumsi, mobil, dan konstruksi pada periode ini, Ineos juga mengalami penurunan penjualan dan pendapatan. Pada periode ini, kompetitor Ineos, LyondellBasell bahkan harus mengajukan kebangkrutan.[13]
Tahap ketiga adalah pada tahun 2011, di mana perusahaan ini terus tumbuh melalui pembentukan sejumlah perusahaan patungan strategis.
Pada bulan Juni 2011, Ineos resmi membentuk Petroineos bersama PetroChina. Petroineos menggabungkan kilang Ineos di Grangemouth, Skotlandia dan di Lavéra dekat Martigues, Prancis dengan akses ke bahan mentah hulu yang dimiliki oleh PetroChina.[14]
Pada bulan Juni 2011, Ineos dan BASF menggabungkan bisnis stirena mereka untuk membentuk Styrolution.[15]
Ineos pun mengembangkan produksinya di Amerika Serikat dan Tiongkok. Ineos juga membentuk sebuah perusahaan patungan dengan Solvay untuk menggabungkan bisnis produksi polivinil klorida milik keduanya yang berada di Eropa.[16]
Bisnis Ineos banyak yang merupakan hasil pembelian dari perusahaan besar lain, seperti Amoco, BASF, Bayer, Borealis, BP, Degussa, Dow Chemical Company, Enichem, Erdölchemie, Hoechst, ICI, Innovene, Lanxess, Monsanto, Norsk Hydro, dan Solvay. Ineos dibentuk pada tahun 1998 untuk melaksanakan management buy-in terhadap bekas aset petrokimia milik BP di Antwerp, Belgia.[17] Sejak saat itu, Ineos berkembang dengan membeli sejumlah bisnis lain. Sejumlah divisi Ineos sebelumnya dimiliki oleh BP, sementara divisi lainnya ada yang berasal dari Amoco, BASF, ICI, Dow Chemical, Solvay, dan UCB. Pada bulan Oktober 2005, Ineos setuju untuk membeli Innovene, salah satu anak usaha BP, yang pada tahun 2005 omsetnya diperkirakan mencapai US$25 milyar, dengan harga $9 milyar.[18] Pembelian ini selesai pada tanggal 14 Desember 2005, dan berhasil meningkatkan omset Ineos sebanyak empat kali lipat dari yang sebelumnya hanya sekitar $8 milyar.
Pada tahun 2007, Ineos membentuk Ineos ABS bersama Lanxess, untuk menggabungkan bisnis produksi akrilonitril butadiena stiren milik Lanxess yang berlokasi di Tarragona. Ineos membayar €35 juta pada tahap pertama.[19] Pada bulan Maret 2010, Ineos Healthcare menghentikan program pengembangan obatnya karena alasan komersial.
Pada bulan Februari 2011, Ineos Bio melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik biofuel canggih di Florida.
"Kilang INEOS Bio ini akan mampu memproduksi 8 juta galon etanol dan 6 megawatt (bruto) listrik per tahun." "INEOS Bio dapat memproduksi ethanol dan energi terbarukan dari sejumlah bahan baku non-makanan, seperti limbah rumah tangga, konstruksi, kehutanan, dan limbah pertanian."[20] Pada bulan Juli 2013, Ineos Bio mengumumkan bahwa pabriknya di Florida akan memproduksi etanol selulosik pada skala komersial dan mengklaim sebagai yang pertama dalam menggunakan teknologi baru.[21]
Pada tanggal 23 Oktober 2013, Ineos mengumumkan penutupan pabrik petrokimianya di Grangemouth, Skotlandia,[22] pasca terjadinya perselisihan dengan serikat pekerja Unite mengenai pensiun dan upaya untuk menunda pembayaran upah dan mengajukan kontak baru pada para pekerja. Namun, pada tanggal 25 Oktober 2013, serikat membatalkan ancaman penutupan pabrik, dan setuju dengan semua permintaan Ineos sehingga pabrik tetap dapat beroperasi dan tidak akan ada lagi mogok kerja hingga tiga tahun ke depan.[23] Pada bulan September 2016, Ineos menyelesaikan pembangunan kantor pusat baru di Grangemouth sebagai bagian dari "rencana pembaruan pabrik".[24]
Pada bulan April 2017, Ineos membeli sistem jalur pipa Forties di Laut Utara dari BP dengan harga $250 juta. Pembelian ini meliputi terminal di Dalmeny dan Kinneil, sebuah lokasi di Aberdeen, dan Forties Unity Platform.[25]
Pada bulan April 2020, selama Pandemi COVID-19, terjadi kekurangan pasokan penyanitasi tangan. Ineos pun membangun pabrik baru untuk memproduksi penyanitasi tangan menggunakan bahan kunci yang sebelumnya Ineos pakai untuk memproduksi polimer. Ineos lalu membagikan produk penyanitasi tangannya secara gratis ke sejumlah rumah sakit.[27][28][29] Pabrik milik Ineos dapat memproduksi jutaan botol penyanitasi tangan dalam sebulan.[30]
Pada bulan Juni 2020, Ineos menyatakan niatnya untuk membeli unit petrokimia dari BP dengan harga $5 milyar. Unit tersebut fokus pada aromatik dan asetil, dan memiliki saham pada 14 pabrik di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Unit tersebut berhasil mencatatkan produksi sebesar 9,7 juta metrik ton pada tahun 2019. Pembelian ini diharapkan selesai pada akhir tahun 2020.[31]
Pasar
Ineos menyediakan produk untuk sejumlah pasar, antara lain Bahan Bakar dan Pelumas (23,3%), Kemasan dan Makanan (18,5%), dan Konstruksi (16,1%). Pasar lainnya meliputi Otomotif & Transportasi, Perabot Rumah Tangga & Barang Tahan Lama, Farmasi & Agrokimia, serta Tekstil.[32]
Mayoritas pendapatan Ineos berasal dari Jerman (16,8%), Amerika Serikat (16,1%), Britania Raya (12,3%), Prancis (11,6%), dan Benelux (10,8%).[32]
Ineos juga merupakan salah satu pelopor terkemuka dalam pengembangan energi berkelanjutan berbahan limbah.[33]
Ineos dikabarkan menjalankan bisnisnya dengan sedikit arahan dari kantor pusat, karena merasa bahwa "tim kerja" lebih cocok untuk menangani operasi sehari-hari perusahaan, tanpa adanya manajemen tengah.[34]
Pada bulan November 2014, Ineos mengumumkan rencananya untuk berinvestasi hingga £640 juta untuk keperluan eksplorasi gas serpih di Britania Raya. Ineos berencana menggunakan gas sebagai bahan mentah untuk pabrik kimianya, seperti di Grangemouth dekat Falkirk.[35] CEO Ineos, Jim Ratcliffe lalu mengkritik kebijakan pembatasan rekahan hidraulis di Britania Raya.[36]
^Clark, Michael (15 April 1998). "Finance sector leads index to another record high". The Times. London. hlm. 26.
^Luce, Edward (29 April 1998). "EDC in $500m five-year deal". Financial Times. London. hlm. 44.
^Iain Dey in Geneva (12 May 2013). "What Jim Ratcliffe did next". The Sunday Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 23 August 2013.