Ida Bagus Gde Parwita merupakan lulusan Sarjana Pendidikan yang juga dikenal sebagai penyair yang murah senyum. Ia lahir dan dibesarkan di Klungkung, 19 November 1960. Ia yang merupakan pengajar aktif di SMP PGRI dan SMA Pariwisata PGRI Klungkung sejak tahun 1980-an ini sudah aktif menulis puisi dan menularkan kemampuannya dibidang sastra melalui Sanggar Binduana.
Tidak hanya menulis puisi, Parwita juga menulis esai sastra, cerita bersambung dan juga sesekali menulis laporan tentang kegiatan sastra di Bali,terutamanya di Klungkung. Ialah orang yang pertama kali melapor kepada media nasional tentang keberadaan Sang Presiden Malioboro, Umbu Lnadu Pranggi, yang hijrah diam-diam dari Yogyakarta ke Bali.
Karya-karya Beliau sudah tersebar di berbagai media daerah dan nasional diantaranya Bali Post, Nusa Tenggara, Karya Bhakti, Burat Wangi, Canang Sari ,Bali Orti, dan Berita Buana. Karya Parwita juga dimuat dalam beberapa buku antologi puisi bersama penyair lainnya seperti Pintu Ilalang, Spektrum, Teh Gingseng, Puisi Indonesia 87, API 1997, dan Nuansa Tata Warna Batin.
beberapa tahun terakhir, parwita yang kini tinggal di Dusun Tihingan, Kecamatan Banjarangkang, Klungkung ini aktif menulis dalam bahasa Bali. Karyanya yang berbahasa Bali pertama kali dibukukan dalam antologi puisi yang berjudul Pupute Tan Sida Puput (2001). Novel berbahasa Bali yang ditulisnya dimuat oleh mingguan Prima (sekarang Bisnis Bali) sebagai cerita bersambung yang berjudul Satwa Sutasoma.[1]
Referensi