Hikikomori (引きこもり, ひきこもり, atau 引き籠もりcode: ja is deprecated , arti harfiah: menarik diri, mengurung diri) adalah istilah Jepang untuk fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Istilah hikikomori merujuk kepada fenomena sosial secara umum sekaligus sebutan untuk orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok sosial ini.
Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, definisi hikikomori adalah orang yang menolak untuk keluar dari rumah, dan mengisolasi diri mereka dari masyarakat dengan terus menerus berada di dalam rumah untuk satu periode yang melebihi enam bulan.[1] Menurut psikiater Tamaki Saitō, hikikomori adalah "Sebuah keadaan yang menjadi masalah pada usia 20-an akhir, berupa mengurung diri sendiri di dalam rumah sendiri dan tidak ikut serta di dalam masyarakat selama enam bulan atau lebih, tetapi perilaku tersebut tampaknya tidak berasal dari masalah psikologis lainnya sebagai sumber utama."[2] Pada penelitian lebih mutakhir, enam kriteria spesifik diperlukan untuk "mendiagnosis" hikikomori:
Menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari dan hampir setiap hari tanpa meninggalkan rumah
Secara jelas dan keras hati menghindar dari situasi sosial.
Simtom-simtom yang mengganggu rutinitas normal orang tersebut, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau kegiatan sosial, atau hubungan antarpribadi.
Merasa penarikan dirinya itu sebagai sintonik ego.
Durasi sedikitnya enam bulan.
Tidak ada gangguan mental lain yang menyebabkan putus sosial dan penghindaran.[3]
Meski tingkatan fenomena ini bervariasi, bergantung kepada individunya, sejumlah orang bertahan mengisolasi diri selama bertahun-tahun atau bahkan selama berpuluh-puluh tahun. Hikikomori sering bermula dari enggan sekolah (istilah Jepang futōkō (不登校code: ja is deprecated ) atau istilah sebelumnya: tōkōkyohi (登校拒否code: ja is deprecated ).
Data statistik
Menurut penelitian yang dilakukan NHK untuk acara Fukushi Network, penduduk hikikomori di Jepang pada tahun 2005 mencapai lebih dari 1,6 juta orang.[4] Bila penduduk semi-hikikomori (orang jarang keluar rumah) ikut dihitung, maka semuanya berjumlah lebih dari 3 juta orang.[4] Total perhitungan NHK hampir sama dengan perkiraan Zenkoku Hikikomori KHJ Oya no Kai sebanyak 1.636.000 orang.[5]
Menurut survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 1,2% penduduk Jepang pernah mengalami hikikomori; 2,4% di antara penduduk berusia 20 tahunan pernah sekali mengalami hikikomori (1 di antara 40).[6] Dibandingkan perempuan, laki-laki hikikomori jumlahnya empat kali lipat.[6] Satu di antara 20 anggota keluarga yang orang tuanya berpendidikan perguruan tinggi pernah mengalami hikikomori.[6] Tidak ada hubungannya antara keluarga berkecukupan atau tidak berkecukupan secara ekonomi:
jumlah laki-laki hikikomori lebih banyak daripada perempuan
kebanyakan berasal dari golongan berusia 20-29 tahun (ada pula kasus dari orang berusia 40 tahunan)
kebanyakan berasal dari orang tua berpendidikan perguruan tinggi.[6]
Referensi
^Itou, Junichirou. 2003. Shakaiteki Hikikomori Wo Meguru Tiiki Seisin Hoken Katudou No Guide-line (Guideline on Mental Health Activities in Communities for Social Withdrawal)." Tokyo: Ministry of Health, Labor, and Welfare.
^Saitō, Tamaki. 2012. Social Withdrawal: Adolescence without End. Trans. Jeffrey Angles. Minneapolis: University of Minnesota Press.
^Teo, Alan R and Albert Gaw. 2010. Hikikomori, a Japanese Culture-Bound Syndrome of Social Withdrawal? A Proposal for DSM-5." Journal of Nervous and Mental Disease 198(6): 444–449.