Hayono memasuki pendidikan TK di sekolah Ibu Kasur. Mengikuti kepindahan ayahnya sebagai duta besar, Hayono bersekolah SD berpindah-pindah dari Myanmar, Thailand, dan Kairo.[4] Ia menamatkan SD pada 1967, SMP pada 1970, dan SMA Negeri 9 Jakarta (kini bernama SMA Negeri 70 Jakarta) pada 1973.[6][7] Pada masa SMA ia bertemu dengan Setya Novanto (mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2014–2015 dan 2016–2017) yang dikemudian hari menjadi titik tolak upaya politik Setya.[8][9]
Hayono belajar di New England College, Britania Raya pada 1978.[6] Ia meraih gelar Sarjana dari Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara Jakarta pada 2007.[1]
Karier politik Orde Baru
Hayono mulai bergabung menjadi anggota Golongan Karya pada 1978. Di tahun itu juga ia bergabung dalam Departemen Usahawan Muda Generasi Muda Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro). Tiga tahun kemudian, ia diangkat menjadi Wakil Bendahara Generasi Muda Kosgoro. Pada 1985, ia menjadi Ketua Umum Generasi Muda Kosgoro.[6]
Pada 1980, Hayono mulai menjadi pemegang saham dan Direktur PT Nusam Irian Jaya. Tiga tahun kemudian, ia menjabat direktur utama perusahaan itu. Pada 1982, Hayono menjadi pemegang saham PT Elmi Perdana dan PT Percetakan Garda. Di tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Direktur Utama PT Elmi Perdana dan Komisaris Utama PT Percetakan Garda.[6]
Pada 1983, Hayono menjabat Ketua Departemen Jasa dan Konstruksi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia DKI Jakarta Raya. Pada tahun berikutnya, ia menjadi Anggota dan Ketua Umum Koperasi Pengusaha Muda Indonesia Jaya. Pada 1985, ia menjabat Ketua Bidang Pengembangan Koperasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Di tahun selanjutnya, ia menjadi Bendahara Asosiasi Pengebor Minyak Indonesia.[6]
Pada 1990, Hayono menjabat Ketua DPP Generasi Muda Kosgoro serta Dewan Penasihat Pusat Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri ABRI (FKPPI). Tiga tahun berikutnya, ia menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). Pada 2000, ia terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro.[1]
Karier reformasi
Pada 15 Desember 1998, Hayono ikut mendirikan Partai Keadilan Persatuan sebagai pecahan Partai Golongan Karya bersama beberapa tokoh lainnya yang dipimpin oleh kelompok Jenderal Edi Sudradjat. Pada 15 Januari 1999, ia ditunjuk menjadi sekretaris jenderal partai mendampingi ketua umum Edi Sudrajat.[12][13]
Pada 2003 Hayono resmi bergabung dengan Partai Demokrat. Pada 2005, ia mencoba mencalonkan diri sebagai ketua umum partai, tetapi tidak memenuhi syarat pencalonan.[14][15]
Pada 2009, 2014, dan 2019, Hayono terpilih sebagai Ketua Umum Forum Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) tiga periode.[19][20] FORMI berganti nama menjadi Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) pada 2020.[21]
Pada pemilihan umum 2014, Hayono mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari Partai Demokrat untuk daerah pemilihan DKI Jakarta I tetapi tidak berhasil terpilih.[22]
Pada tahun 2016, Hayono Isman resmi mengundurkan diri dari Partai Demokrat.[23] Pada tahun berikutnya, ia bergabung dengan Partai NasDem dan diangkat menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Partai Nasional Demokrat.[24]
Pada pemilihan umum 2019, Hayono mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari Partai NasDem untuk daerah pemilihan Jawa Timur I, tetapi tidak berhasil terpilih.[25]
Kehidupan pribadi
Hayono menikah dengan Poppy Puspitasari dan memiliki tiga orang anak bernama Baroto Ario Isman, Handara Putri Isman, dan Mandira Isman.[3]