Gusmen Heriadi lahir di Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1974. Dia menyelesaikan Pendidikan Seni di Sekolah Menengah Seni Rupa Sumatera Barat pada tahun 1994. Dia melanjutkan studinya hingga mendapatkan gelar Sarjana di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sejak tahun 1995 hingga sekarang berdomisili di Yogyakarta.
2017 - Best Works BAKABA #6 Sakato Art Community, Yogyakarta, Indonesia
2006 - Special Appreciation of Jakarta Art Award, Indonesia
2003 - CP BIENNALE OPEN, Jakarta, Indonesia
2002 - Finalist of Indofood Art Award, Indonesia
2000 - Finalist of Philip Morris Art Award, Indonesia
1998 - Finalist of Philip Morris Art Award, Indonesia
1997 - The Best Acrylic Painting, ISI Yogyakarta, Indonesia
1996 - The Best Watercolor Painting, ISI Yogyakarta, Indonesia
Pada tahun 1999, Gusmen Heriadi dan lima rekannya; Febri Antoni (almarhum), Yon Indra, Saftari, Ardison dan Zulfa Hendra mendirikan kelompok seni rupa yang bernama Genta. Dan pada tahun yang sama (1999) Gusmen Heriadi, Dedy Sufriadi, Hayatudin, dan Zulfa Hendra juga membentuk kelompok seni rupa; Solusi 4. Tercatat semenjak 2012 hingga saat ini Gusmen Heriadi menjadi Tim Divisi Seni Kelompok Seni Rupa Sakato yang berbasis di Yogyakarta, bersama; Handiwirman Saputra, Rudi Mantofani, dan Doni Fitri. Selain itu, dimulai pada tahun 2015 Gusmen Heriadi mendirikan ruang seni alternative bernama RuangDalam Art House ruangdalamart.comDiarsipkan 2021-11-28 di Wayback Machine. di Yogyakarta. Sebuah ruang seni yang memiliki visi sebagai “ruang-inkubasi” karya seni, dialog seni dan aktivitas – aktivitas seni lainnya bagi seniman – seniman lintas generasi, khususnya seniman – seniman muda.[1][2]
Dalam perspektif karya seni; Gusmen Heriadi dikenal sebagai seniman yang memiliki kemampuan, atau skill teknik penciptaan karya seni rupa yang baik. Ide dan gagasannya selalu menggelitik, bersifat eksploratif, kritis dan sekaligus auto-kritik terhadap berbagai dinamika di-realitas kehidupan yang dia jalani. Hal – hal tersebut dia “Tarik” dalam lingkar “personal-sosial” yang dapat saja bersifat induktif dan deduktif, ataupun induktif-deduktif, ataupun juga sebaliknya. Seperti contoh; pada pameran tunggalnya tahun 2018 yang bertajuk Deep Skin – Skin DeepDiarsipkan 2019-04-22 di Wayback Machine. yang dikuratori oleh Emmo Italiaander dan Sujud Dartanto. Dua curator ini memberikan catatan, bahwasanya; Gusmen Heriadi memberikan perhatian pada sebuah fenomena social yang terkait dengan lingkungan,- khususnya kulit binatang. Daripada itu, Ia kemudian mengeksplorasi kebanggaan akan identitas manusia, khususnya bagaimana rasa “kebanggaan” tersebut sering kali abai, dan atau berdampak pada lingkungan dan kehidupan yang komprehensif (manusia dan makhluk lainnya). Yang diawali oleh “pengecilan” definisi ataupun makna terhadap status dan essensi kita sebagai manusia, demi memuaskan ego dan status social kemudian menganggap binatang atau lainnya hanya sebagai barang komoditas dan konsumsi. (lihat lukisan Gusmen yang berjudul Lingkaran Bangga dan Menggaris Diri). Pun demikian, sesungguhnya dalam berkarya seni Gusmen Heriadi membebaskan dirinya untuk menciptakan karya seni dalam teknik visualitas yang menurut dia sesuai dengan ide dan gagasannya. Sekarang ini dia menjelajahi tekstur dan abstrak.