Gerbang Titus telah menjadi model umum bagi banyak gerbang kemenangan yang didirikan sejak abad ke-16—mungkin yang paling terkenal adalah sebagai ilham bagi Arc de Triomphe yang dibangun pada tahun 1806 di Paris, Prancis, dan diselesaikan pada tahun 1836.
Sejarah
Berdasarkan gaya pemahatan, arsitek kesayangan Domitian, Rabirius, yang diyakini membangun Colosseum, juga dipercaya membangun gerbang ini. Tanpa adanya dokumentasi pada zaman itu, sulit untuk memastikan kebenaran informasi pembangunan pada zaman Romawi hanya dari pengamatan gaya pembuatan.
Pemerian
Gerbang itu berukuran besar dengan kolom-kolom fluted maupun unfluted, yang terakhir merupakan hasil restorasi dari abad ke-19.[2]Spandrel di bagian atas kiri dan kanan gerbang itu memuat personifikasi kemenangan sebagai perempuan-perempuan bersayap. Di antara spandrel-spandrel itu terdapat keystone, di mana berdiri seorang perempuan pada sisi timur dan seorang laki-laki pada sisi barat.[2]
Soffit pada axial archway dihiasi penuh dengan ukiran-ukiran dari apotheosis Titus di tengah-tengah. Program sculptural juga meliputi dua panel ukiran yang berderet dalam jalur jalanan gerbang. Keduanya memperingati perayaan kemenangan dari Titus dan ayahnya Vespasian pada musim panas tahun 71 M.
Panel selatan menggambarkan jarahan-jarahan yang diambil dari Bait Suci diYerusalem. "Golden Candelabra" atau Menorah menjadi fokus utama dan diukir dengan dalam. Barang-barang suci lain yang diarak dalam prosesi itu adalah "Terompet-terompet Emas" (Gold Trumpets) dan "Meja Persembahan Roti" (Table of Shew bread).[2] These spoils were likely originally colored gold, with the background in blue.[2] In 2012 the Arch of Titus Digital Restoration Project discovered remains of yellow ochre paint on the menorah relief.[3]
^ abcdArt and Architecture of the Roman Empire. Bellona Books. 2006. hlm. 45–48. ISBN978-0-9582693-1-5.Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)
^Bromiley, Geoffrey W., "The international standard Bible encyclopedia", pg. 98 "Usually associated with the báma are the cult objects known as massébá and séra".