Duski Samad

Duski Samad
دوسق صمد
Potret sebagai anggota Konstituante RI, 1956
Anggota Konstituante
Masa jabatan
9 November 1956 – 5 Juli 1959
KetuaWilopo
Grup parlemenMajelis Syuro Muslimin Indonesia
Daerah pemilihanSumatra Tengah
Informasi pribadi
Lahir
Dusqu Samad

23 September 1905
Maninjau, Hindia Belanda
Meninggal3 Mei 1985(1985-05-03) (umur 79)
Jakarta, Indonesia
MakamTaman Pemakaman Umum Karet Bivak
Partai politikMasyumi
Afiliasi politik
lainnya
Persatuan Muslimin Indonesia (1930–1935)
Suami/istri
(m. 1928; c. 1932)

Sab'atun Adam
(m. 1936)
HubunganAhmad Rasyid (kakak)
Anak
Dari Rasuna Said
    • Darwin Duski
    • Auda Zaschkya Duski
Dari Sab'atun Adam
    • Azimah Duski
    • Amna Duski
    • Ashim Duski
    • Yusra Duski
    • Silmi Duski
    • Zulfa Duski
Orang tua
  • Abdul Samad Al Kusai (ayah)
  • Siti Abbasyiyah (ibu)
AlmamaterSumatera Thawalib
Profesi
  • Ulama
  • politisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Buya Duski Samad (bahasa Arab: دوسق صمد, nama lahir: Dusqu Samad; 23 September 1905 – 3 Mei 1985)[1] adalah ulama, politisi, dan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang merupakan anggota Muhammadiyah. Ia memulai kiprah politiknya di Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) selama lima tahun sebelum akhirnya bergabung dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Partisipasinya dalam Pemilu 1955 turut mendorongnya untuk menjadi anggota Konstituante pada 1956.

Kehidupan awal

Duski Samad dilahirkan dengan nama Dusqu Samad di Kampung Air Hangat (bahasa Minangkabau: Kampuang Aie Angek), Onderfadeeling Danaudistricten en Matoer, Tanjung Raya, Afdeeling Agam pada hari Kamis, 23 September 1905 pukul lima sore (dalam biodata Konstituante tertulis kelahirannya tanggal 23 Agustus 1905).[2][3] Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara, yaitu Ahmad Rasyid, Abdul Wahab, Abdul Aziz, Abdul Razak, dan Fatimah.[4] Ayahnya adalah seorang ulama bernama Haji Abdul Samad Al Kusai dan ibunya bernama Siti Abbasyiyah atau lebih dikenal dengan Uncu Lumpur yang merupakan istri kedua dari Abdul Samad.

Nama Dusqu Samad merupakan pemberian sang ayah yang berasal dari nama "Dasuqi" (bahasa Arab: دسوق), seorang penulis kitab tentang aqidah Islamiyah. Ketika menjadi pelajar di suatu perguruan Islam di Padang Panjang, ia mengubah namanya sendiri menjadi "Dusqi Samad" untuk meringkaskan pelafalan dan memudahkan panggilannnya.[2]

Pendidikan

Pendidikan Duski Samad dimulai ketika bersekolah di Sekolah Kelas Dua (setara dengan Sekolah Rakyat). Setelah lulus, ia meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Islam Sumatera Thawalib.[3] Ketika di Thawalib, ia sempat terpengaruh propaganda komunis (tahun 1926); namun setelah jelas bahwa komunis memusuhi agama, ia keluar dan bergabung dengan Permi, dan kemudian Muhammadiyah.[5][6]

Kiprah

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Duski Samad bekerja sebagai seorang guru di Sumatra Thawalib dari tahun 1928 hingga 1930.[3] Setelah itu, ia mulai terlibat aktif dalam dunia politik melalui Persatuan Muslimin Indonesia selama lima tahun, hingga akhirnya memutuskan istirahat berpolitik untuk menjadi mubalig atau pendakwah pada 1935 sampai 1945. Keterlibatannya dalam organisasi tetap diteruskan. Setelah masa pendudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1942, ia bergabung dengan Muhammadiyah.[6]

Pada 25 Desember 1945, Duski bersama dengan Malik Ahmad membentuk barisan pemuda yang dikenal dengan nama Laskar Hizbullah.[7] Selama perang kemerdekaan Indonesia, ia diangkat sebagai Pimpinan Tertinggi Hizbullah Fi-Sabilillah untuk daerah Sumatra Tengah dari 1945 sampai 1949. Ia juga membentuk barisan putri Sabil Muslimat.[5] Ia pernah pergi mencari bantuan persenjataan ke Aceh bersama Mayor Maksum.[8] Ia kembali ke gelanggang politik dan diangkat sebagai anggota Partai Masyumi sejak 1946 hingga 1947.[3] Duski turut bersama para mubalig lainnya mengadakan tablig melawan penyebaran surat berantai propaganda komunis di Sumatera Tengah, menyusul kegagalan Pemberontakan PKI (Musso) tahun 1948.[5]

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia, Duski kembali melanjutkan karier sebagai pendakwah di Sumatra Tengah pada tahun 1950. Pada Pemilu 1955, ia terpilih dan duduk sebagai anggota Konstituante dari Partai Masyumi untuk daerah pemilihan Sumatra Tengah. Pada 1958, ia bergabung dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI),[9] sehingga ia bersama pemimpin PRRI, Ahmad Hussein ditahan di Jakarta.[10][11]

Duski dan para pimpinan PRRI lainnya mengalami karantina politik tanpa proses pengadilan selama bertahun-tahun, dan ditempatkan secara terpisah-pisah.[11] Ia bersama Moh. Natsir, Maludin Simbolon, serta keluarga mereka dipindahkan ke kota Batu, Malang, Jawa Timur.[11][12] Selama berada di Jawa Timur, Duski tetap aktif beraktifitas sebagai mubalig.[10] Keadaan tersebut berlangsung hingga ia memperoleh kebebasan dari penguasa Orde Baru, yang berkuasa setelah kegagalan Pemberontakan G30S/PKI.[12]

Kehidupan pribadi

Kalau mengecap kemerdekaan itu hanya dengan oto bagus, rumah cantik, dan melagakkan harta benda negara untuk kesenangan sendiri, benarlah apa yang tuan katakan [Tuan tidak mengecap rasa kemerdekaan]... Saya berlindung kepada Allah, janganlah saya mengecapnya. Tetapi kalau kemerdekaan itu adalah kemerdekaan jiwa mengingat Tuhan dan hidup bersama rakyat yang tulus ikhlas, yang berani mengorbankan jiwa untuk mempertahankan agama Allah, maka boleh saya katakan bahwa sayalah yang terpilih dahulu merasai kemerdekaan.

— Duski Samad[5]

Pada 1928,[13] atau sebagian besar menulis 1929, Duski Samad menikahi Rasuna Said, yang kelak menjadi pahlawan nasional Indonesia. Duski Samad adalah guru dan mentor bagi Rasuna Said di Sumatra Thawalib. Mereka bertemu sebagai sesama anggota Permi.[14] Awalnya, pernikahan ini ditentang oleh keluarga dari Rasuna Said karena perbedaan status sosial-ekonomi keluarga.[15][16] Selain itu, Rasuna juga sudah direncanakan akan dijodohkan dengan kerabatnya yang terpandang dan kaya. Pada akhirnya, mereka menikah dengan amat sederhana, ketika itu Duski Samad berusia 24 tahun, sedangkan Rasuna Said berusia 19 tahun.[17]

Pasangan suami dan istri ini dikaruniai seorang putra bernama Darwin Duski (lahir di Maninjau pada 1929) dan disusul seorang putri bernama Auda Zaschkya Duski (lahir di Maninjau pada 1931).[18][19] Darwin meninggal dunia saat masih kecil, sehingga tinggal Auda anak satu-satunya.[20] Akibat kesibukan masing-masing dalam perjuangan kemerdekaan, mereka jarang bertemu satu sama lain sehingga mereka memutuskan untuk bercerai.[21] Mereka bercerai pada tahun 1932.[13]

Pada 1936, Duski Samad menikahi Sab'atun Adam, seorang wanita bersuku Melayu. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai anak bernama Azimah (lahir di Padang pada 1939),[22] Amna (lahir di Padang Panjang pada 1947),[23] Ashim (lahir di Padang Panjang pada 1952),[24] Yusra (lahir di Padang Panjang pada 1954),[25][26] Silmi (lahir di Padang Panjang pada 1956), dan Zulfa (lahir di Maninjau pada 1959).[27]

Meninggal dunia

Duski Samad meninggal dunia pada 3 Mei 1985 di Jakarta. Hamka mengenang Duski sebagai "mubalig ulung yang telah menyediakan segenap tenaganya menegakkan agama".[5]

Referensi

  1. ^ Serial media dakwah. Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia. 1984. 
  2. ^ a b Samad, Duski (1986). Autobiografi Duski Samad selaku perintis kemerdekaan. Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejah teraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. 
  3. ^ a b c d "Duski Samad - Masjumi - Profil Anggota". Konstituante.Net. Diakses tanggal 2021-07-18. 
  4. ^ Autobiografi perintis kemerdekaan. Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Keperintisan. 1992. 
  5. ^ a b c d e Subarkah, Muhammad (2020-06-27). "Hamka dan Kilas Balik Beberapa Pengalaman dengan Komunis". Republika Online. Diakses tanggal 2022-04-26. 
  6. ^ a b Hamka (1974). Muhammadiyah di Minangkabau. Yayasan Nurul Islam. 
  7. ^ https://books.google.co.id/books?id=USWlCgAAQBAJ&pg=PR9&dq=istri+Duski+samad&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiU-NjFlMPxAhVJ7HMBHcV8D9MQ6AEwCHoECAQQAw#v=onepage&q=istri%20Duski%20samad&f=false
  8. ^ Pejuang kemerdekaan Sumbar-Riau: pengalaman tak terlupakan. Yayasan Pembangunan Pejuang 1945 Sumatra Tengah. 2001. 
  9. ^ Zubir, Zusneli; Rismadona (2014). Sumpur Kudus Dalam Perjalanan Sejarah Minangkabau 1942-1965 (PDF). Padang: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 187. 
  10. ^ a b Abidin, Mas'oed (2005). Ensiklopedi Minangkabau. Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau. ISBN 978-979-3797-23-6. 
  11. ^ a b c Zed, Mestika (2001). Ahmad Husein: perlawanan seorang pejuang. Pustaka Sinar Harapan. ISBN 978-979-416-721-2. 
  12. ^ a b Abidin, Buya Masoed (2008-04-09). "Jejak Ulama Zuama di Minangkabau". blog Buya Mas'oed Abidin. Diakses tanggal 2024-02-19. 
  13. ^ a b Bunga rampai nilai-nilai perjuangan perintis kemerdekaan di DKI Jakarta. Dinas Sosial, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1987. 
  14. ^ Hamka (2020-04-24). Ayahku. Gema Insani. ISBN 978-602-250-701-7. 
  15. ^ M.Pd, Saiful Amri, M. Pd | Endah Lastiany, S. Pd | Mamat Irawan, M. Pd | Mohamad Sidik | Taryuni, S. Pd , M. M. | Deuis Srihidayati, M. M. Pd | Imas Susilayanti, S. Pd | Arenarita | Ariek Pujiana, S. Pd | Sri Yamini, S. Pd | Dede Rostiana | Majayus Irone | Nurilatih | Mira Djajadiredja | Hamrin | Diat Ahadiat | Siti Nurjanah, S. Pd , M. Pd I. | Hj Ida Saidah, M. Pd | Isnaini Nasuka R. , M. Pd | Ika Dahliawati, S. Pd | Neneng Hendriyani (2020-11-27). Nubar - Tokoh Pendidikan Dunia (Jabar #58) Jilid 1. Rumah Media Grup. ISBN 978-623-6932-08-7. 
  16. ^ Nuralia, Lia; Imadudin, Iim (2010-01-01). Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia. Ruang Kata. ISBN 978-602-8389-21-1. 
  17. ^ Burhanuddin, Jajat (2002). Ulama perempuan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-686-644-1. 
  18. ^ "Bunga rampai nilai-nilai perjuangan perintis kemerdekaan di DKI Jakarta". Dinas Sosial, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 16 Agu 1987. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books. 
  19. ^ Samad, Duski (16 Agu 1986). "Autobiografi Duski Samad selaku perintis kemerdekaan". Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejah teraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books. 
  20. ^ Nurjanah, Esti. (2017). Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia Diarsipkan 2018-11-01 di Wayback Machine.. Risalah, 4(6).
  21. ^ R24; R24 (2017-04-16). "Srikandi Bermulut Tajam". PinterPolitik.com. Diakses tanggal 2021-07-18. 
  22. ^ Bunga rampai nilai-nilai perjuangan perintis kemerdekaan di DKI Jakarta. Dinas Sosial, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1987. 
  23. ^ "Bunga rampai nilai-nilai perjuangan perintis kemerdekaan di DKI Jakarta". Dinas Sosial, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 16 Agu 1987. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books. 
  24. ^ Samad, Duski (16 Agu 1986). "Autobiografi Duski Samad selaku perintis kemerdekaan". Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejah teraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books. 
  25. ^ Samad, Duski (16 Agu 1986). "Autobiografi Duski Samad selaku perintis kemerdekaan". Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejah teraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books. 
  26. ^ "Bunga rampai nilai-nilai perjuangan perintis kemerdekaan di DKI Jakarta". Dinas Sosial, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 16 Agu 1987. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books. 
  27. ^ Samad, Duski (16 Agu 1986). "Autobiografi Duski Samad selaku perintis kemerdekaan". Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejah teraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. Diakses tanggal 16 Agu 2024 – via Google Books.