Dataran Kewu

Candi Sojiwan dan kompleks percandian Prambanan di tengah Dataran Kewu yang subur ditinjau dari bukit Ratu Boko.

Dataran Kewu atau disebut juga sebagai Dataran Prambanan (bahasa Jawa: ꦢꦠꦫꦤ꧀ꦏꦼꦮꦸ, translit. Dataran Kewu) adalah dataran vulkanik subur yang membentang antara lereng Gunung Merapi dan Merbabu di utara serta Pegunungan Sewu di selatan; antara lembah Sungai Bengawan Solo di timur dan Sungai Progo di barat. Dataran Kewu mencakup wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dan Kota Surakarta di Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan catatan sejarah, kawasan ini dikenal sebagi wilayah pusat pemerintahan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno dalam kurun abad ke-8 hingga ke-10 M. Selama lebih dari seribu tahun kawasan ini berperan penting dalam sejarah dan kebudayaan Jawa, karena memiliki banyak peninggalan sejarah yang sangat penting. Jika setiap candi dihitung cacah, maka periode Jawa Tengah abad ke-9 telah menghasilkan ribuan candi yang tersebar dari Dataran Tinggi Dieng, Dataran Kedu, hingga Dataran Kewu.[1]

Dataran Kewu serta jajaran gunung dan perbukitan yang di sekitarnya merupakan lokasi dari banyak ditemukannya candi Hindu dan Buddha. Tidak jauh di sebelah utara Prambanan terdapat reruntuhan candi Lumbung, Bubrah, dan Candi Sewu. Lebih jauh ke timur terdapat kompleks Candi Plaosan. Di barat terdapat Candi Kalasan dan Candi Sari. Sementara di atas perbukitan di selatan terdapat kompleks Situs Ratu Baka. Kawasan ini amat kaya akan peninggalan bersejarah. Dengan telah ditemukannya banyak situs arkeologi yang hanya berjarak beberapa kilometer — bahkan ada beberapa situs yang berjarak kurang dari satu kilometer satu sama lain — maka disimpulkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat kehidupan politik, keagamaan, dan sosial, serta merupakan kawasan urban penting dalam sejarah peradaban di Indonesia. Meskipun berskala lebih kecil, dalam banyak hal kawasan ini dapat dibandingkan dengan situs arkeologi kota Angkor di Kamboja.

Pertanian

Ibu-ibu petani Jawa menanam padi di sawah dekat Prambanan.

Selama berabad-abad, dataran Kewu yang dibayangi gunung Merapi, terkenal sebagai lahan pertanian yang subur dan sangat baik untuk pertanian padi. Ekonomi Jawa sangat bergantung pada pertanian padi, dan pranata politik Jawa kuno, dengan sistem politik, sosial, dan ekonominya yang tertata, telah tumbuh dan berkembang dengan bertumpu di dataran ini.

Gambar kegiatan bercocok tanam padi dapat ditemukan dalam ukiran relief di Borobudur dan Prambanan. Kerajaan Mataram kuno bergantung pada panen padi dan pajak beras yang ditarik dari rakyatnya. Sejak dahulu kala Jawa terkenal akan panen padinya yang berlimpah dan ekspor padinya, pada gilirannya pertanian padi berperan pada pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di pulau Jawa. Hingga kini lahan sawah telah membentuk bentang alam di dataran ini, cara hidup bercocok tanam padi tetap lestari hingga kini.

Situs arkeologi

  • Kalasan. Menurut prasasti Kalasan candi ini adalah yang tertua di kawasan ini. Candi ini dibangun untuk memuliakan boddhisatwadewi Tara.
  • Sari. Dulu bangunan berlantai dua ini merupakan bangunan biara bagi biksu Buddha.
  • Ratu Boko. Kompleks gerbang dengan benteng pertahanan serta berpagar ini terletak di atas bukit. Dilengkapi juga dengan pendopo dan kolam pemandian.
  • Lumbung. Candi Buddha ini terdiri atas satu candi induk dikelilingi 16 candi perwara.
  • Bubrah. Reruntuhan candi Buddha yang hingga kini belum dipugar.
  • Sewu. Kompleks candi Buddha ini lebih tua dari candi Prambanan. Nama asli candi ini adalah Manjusrigrha dan merupakan candi Buddha kerajaan.
  • Prambanan. Candi Hindu Trimurti yang besar ini dibangun pada abad ke-9. Pembangunan candi Syiwa yang agung ini mungkin menandai kembalinya agama Hindu sebagai agama resmi kerajaan yang mendapatkan dukungan raja Medang.
  • Plaosan. Konon candi Buddha ini dibangun seorang Raja Hindu (Rakai Pikatan) dipersembahkan untuk permaisurinya yang beragama Buddha (Pramodhawardhani).
  • Sojiwan. Candi Buddha yang dihiasi relief bertema fabel (dongeng hewan). Candi ini dikaitkan dengan Sang Sanjiwana, nama lain Sri Kahulunnan (Pramodhawardhani), mungkin sekali arwahnya dimuliakan di candi ini.
  • Banyunibo. Candi Buddha yang memiliki desain atap yang unik.
  • Barong.Kompleks candi Hindu di atas bukit yang memiliki pelataran batu yang luas. Terletak di lereng bukit tak jauh dari Banyunibo dan Ratu Boko.
  • Ijo. Gugusan candi Hindu terletak di atas bukit Ijo. Candi utamanya menyimpan Lingga dan Yoni yang besar.
  • Arca Bugisan. Tujuh arca bodhisatwa dalam berbagai pose.
  • Gebang. Candi Hindu mungil ini ditemukan pada tahun 1937 dan terletak dekat jalan lingkar utara Yogyakarta. Terdapat arca Ganesha dan ukiran wajah di atap yang unik
  • Gana. Ukiran pagar langkan menggambarkan gana, makhluk kerdil seperti bayi.
  • Sambisari. Ditemukan pada tahun 1966, candi Hindu ini terkubur lahar Merapi sedalam 4 meter. Di dalam candi utama terdapat Lingga dan Yoni, di depannya terdapat tiga candi perwara.
  • Kedulan. Ditemukan pada tahun 1994 oleh penggali pasir, terkubur sedalam 4 meter. Dasar persegi candi telah terlihat, candi perwara belum tergali sepenuhnya. Candi ini memiliki gaya dan struktur yang serupa dengan Candi Sambisari.
  • Morangan. Candi Hindu ini juga tertimbun beberapa meter di bawah tanah. Terletak di barat laut Prambanan.
  • Pustakasala. Candi yang baru ditemukan pada tahun 2009 ini terkubur di lingkungan kampus Universitas Islam Indonesia (UII). Candi Pustakasala dan Morangan adalah candi yang terletak paling jauh di utara di kawasan ini.

Galeri candi-candi di dataran Kewu

Catatan kaki

  1. ^ Pameran Candi Prambanan dan Candi Sewu: Menjaga Warisan Umat Manusia, 15-24 Januari 2010, Bentara Budaya Jakarta 2010

Lihat juga