Burung Cenderawasih adalah sejenis burung dalam mitologi. Dikenal di kawasan nusantara dan sekitarnya, burung ini memiliki kedudukan yang mirip dengan burung feniks di Timur Tengah ataupun burung fenghuang di Asia Timur.
Etimologi dari "cenderawasih" adalah dari "cendra" atau dewa-dewi bulan dan "wasi" yang memiliki arti wakil atau utusan, jadi "cenderawasih" artinya utusan dewa-dewi bulan.
Burung ini disebut-sebut dalam kitab mistis Tajul muluk. Burung ini berasal dari surga dan selalu berdampingan dengan para wali. Kepalanya berwarna kuning keemasan dengan empat pasang sayap yang tiada taranya. Yang menjadi ciri khasnya adalah dua utas "antena" yang teruntai di ekornya. Barang siapa yang melihatnya pastilah tertegun dan takjub akan keindahan dan keunikan burung ini.
Menurut kitab-kitab lama, seandainya burung cendrawasih turun ke bumi maka akan tamatlah riwayatnya. Namun ajaibnya, ia tidak akan lenyap seperti bangkai binatang lain. Ini dikarenakan burung cendrawasih hanya makan embun surga. Malah ia mengeluarkan wangi yang sukar diungkapkan dengan kata-kata. Banyak yang menginginkan burung ini karena berbagai khasiat yang konon dimilikinya, termasuk dalam perobatan.
Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Melayu Antique. Bisa dikatakan bahwa burung cendrawasih adalah mitos di wilayah nusantara yang masih berkaitan dengan burung fenghuang di Asia Timur dan berhubungan dengan keluarga kerajaan. Orang Eropa menyebutnya dengan panggilan bird of paradise sesuai dengan hikayat yang menyelubunginya. Tidak heran kemudian nama "cendrawasih" dipakai untuk burung-burung yang ada di dalam keluarga Paradisaeidae.
Artikel bertopik mitologi, mitos, atau legenda ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.