Biji ketumbar merupakan salah satu jenis rempah-rempah. Tanaman yang menghasilkan biji ketumbar adalah ketumbar.[1] Biji ketumbar yang telah diekstrak dengan metode penapisan fitokimia mengandung beberapa jenis senyawa kimia. Senyawa-senyawa ini yaitu alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan glikosida.[2] Biji ketumbar juga mengandung beberapa jenis mineral. Mineral-mineral ini meliputi kalsium, fosfor, magnesium, potasium dan besi.[3] Biji ketumbar juga mengandung niasin, riboflavin dan asam folat.[4]
Kegunaan
Bahan masakan
Biji ketumbar merupakan salah satu jenis bahan tambahan pada makanan.[5] Kegunaannya sebagai bumbu untuk penyedap rasa.[6] Biji ketumbar digunakan pada masakan yang berkuah dan olahan daging sapi. Jenis masakan berkuah yang memerlukan biji ketumbar antara lain gulai dan kari. Sementara jenis olahan daging sapi yang memerlukan biji ketumbar misalnya empal gentong. Biji ketumbar menghasilkan aroma yang kuat setelah disangrai.[7] Di Asia Tenggara, biji ketumbar digunakan sebagai bumbu. Biji ketumbar dihaluskan terlebih dahulu baru digunakan.[8]
Bahan minuman
Di wilayah Mediterania, biji ketumbar dijadikan sebagai bahan pembuatan minuman beralkohol. Salah satunya adalah anisette. Biji ketumbar dicampur dengan adas dan adas manis untuk kemudian dituangkan ke dalam vodka yang rasanya manis. Campuran bij ketumbar, adas dan vodka inilah yang disebut anisette.[9] Seduhan biji ketumbar yang diminum sekali sehari dapat menghilangkan pegal linu.[10]
Pengobatan
Kandungan senyawa alkaloid, flavonoid dan fenolik pada biji ketumbar dapat melindungi hati dari stres oksidatif yang dihasilkan oleh karbon tetraklorida. Ketiga senyawa ini memiliki kemampuan biologis untuk merangsang enzim pencernaan dan meningkatkan fungsi hati.[11] Kandungan flavonoid pada biji ketumbar juga berperan sebagai antioksidan dan antidiabetes.[12] Biji ketumbar dapat pula dimanfaatkan sebagai antibakteri.[13]
Kandungan heksana, metanol dan air dari biji ketumbar juga dimanfaatkan sebagai obat antikanker tipe garis sel HepG2. Konsentrasi sitotoksik yang digunakan adalah setengah dari nilai kandungan maksimalnya. Kandungannya sebanyak 600-700 µg/ml.[14] Penyakit-penyakit lain yang dapat disembuhkan menggunakan biji ketumbar yaitu masuk angin, influenza, tekanan darah tinggi, campak, lemah syahwat, wasir dan radang.[15]
Biji ketumbar juga dapat dijadikan sebagai obat cacingan. Caranya dengan meraciknya bersama beberap rimpang bangle, rimpang hitam dan tangkai daun sirih. Bahan-bahan ini dicuci bersih lalu ditumbuk hingga halus. Kemudian dimasukkan ke dalam setengah cangkir air panas. Hasil perasan dan saringan air racikan ini kemudian diminum.[16]
Minyak atsiri
Biji ketumbar merupakan bagian dari buah ketumbar yang dikeringkan.[17]Minyak yang dihasilkan dari biji ketumbar dijadikan komoditas minyak atsiri.[18] Kandungan minyak atsiri dalam buah ketumbar sebanyak 0,5%. Sebanyak 60% dari total kandungan tersebut berada di bagian biji ketumbar, sedangkan 40% berada di kulit buah ketumbar.[19] Pada biji ketumbar dengan buah yang kering, kandungan minyak atsirinya berkisar antara 0,3-1,1%.[20]
^Direktorat Pemasaran Internasional, Direktorat Jenderal Pemrosesan dan Pemasaran Produk Produk Pertanian, Kementerian Pertanian (2008). Indonesian Spice and Herbal Products Catalogue(PDF) (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia. hlm. 5. ISBN978-979-1481-80-9. The Seed-like fruit of this plant, used whole or ground as a flavoring for food and as a seasoning.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Safitri, Nelly (2019). Putri, Kiki Yolanda, ed. Bumbu Rempah(PDF). Banda Aceh: Yayasan Puga Aceh Riset. hlm. 8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rahardjo, S. S., dkk. (2020). Pengobatan Komplementer Herbal. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. hlm. 26. ISBN978-602-494-093-5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Suarsana, I. N., Kumbara, A. A. N. A., dan Satriawan, I. K. (2015). Antara, I Nyoman Gde, ed. Tanaman Obat: Sembuhkan Penyakit untuk Sehat(PDF). Denpasar: Swasta Nulus. hlm. 33. ISBN978-602-7599-17-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Miharti, T., Kurniawati, dan Algozi, D. E. A. (2019). Kamus Tata Boga(PDF). Jakarta Timur: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 15. ISBN978-602-437-919-3.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)