Beureunun atau Beureunuen adalah nama populer untuk 3 desa yakni desa Mesjid Yaman, desa Baro Yaman dan desa Baro Barat Yaman di kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Beureunun bukan nama kelurahan/desa dan bukan juga nama kecamatan. Tidak ada nama kecamatan maupun desa di Kabupaten Pidie sesuai situs resmi pemerintah Kabupaten Pidie.
Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang dapat dikatakan paling kompleks, karena perkembangannya dipengaruhi oleh aktivitas pengguna perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup. Kota, sebagai suatu proses yang dapat dilihat hasil dan perkembangannya lebih menonjol dibandingkan dengan kawasan luar kota, serta cenderung lebih menekankan pada segi ekonomi, dianggap sebagai hasil rekayasa manusia untuk memenuhi kehidupan ekonomi penggunanya. Selain itu, kota juga memengaruhi kehidupan di segala bidang, yang berdampak pada timbulnya masalah- masalah yang semakin kompleks yang memerlukan pemecahan.
Kota Beureunuen
Kota Beureunuen merupakan kota strategis yang terletak di kabupaten Pidie. Masyarakat di Kabupaten Pidie sangat terkenal dengan tradisi dagang dan merantau. Selain petani, sebagian masyarakat di Kabupaten Pidie berprofesi sebagai pedagang. Jadi tidak mengherankan jika banyak kota-kota kecil. Kabupaten Pidie berkembang dengan cepat karena banyaknya warga yang membuka usaha di bidang perdagangan. Beureunuen dari dahulu memang sudah menjadi pusat perbelanjaan di Pidie. Dilihat dari segi perubahan ekologi, kota Beureunuen sendiri sampai sekarang ini terus mengalami perkembangan. Lahan yang dahulunya merupakan persawahan dan tanah kosong sekarang ini sudah dialih fungsikan menja dibangunan pertokoan. Banyak masyarakat yang sekarang ini mulai membangun rumah disekitar pertokoan baru. Kawasan kota Beureunuen merupakan objek yang menarik untuk dikaji karena letaknya yang strategis dan pembangunan yang terjadi cukup pesat. Akan tetapitulisan-tulisan danpenelitian mengenai kota Beureunuen masih sangat kurang.
Sejak diberlakukannya Otonomi daerah pada tahun 2000, Kecamatan Mutiara mengalami pemekaran wilayah menjadi dua yakni Kecamatan Mutiara dan Kecamatan Mutiara Timur. Kecamatan Mutiara dengan luas 35,05 Km2 terdapat 4 Mukim, 29 Desa dan 75 Dusun. Kecamatan Mutiara mempunyai dua kategori wilayah yakni perkotaan dan perdesaan.Dari 29 desa, 3 desa diantaranya dikategorikan perkotaan dan sisanya 26 desa dikategorikan perdesaan. Ibu kota dari kecamatan ini Beureunuen yang wilayahnya merupakan bagian dari 3 desa perkotaan yakni Desa BaroYaman, Desa Mesjid Yaman, dan Desa Baroh Barat Yaman. Ketiga wilayah desa-desa tersebut merupakan pusat perekonomian Kecamatan Mutiara dan juga salah satu daerah jantung perekonomian di wilayah Kabupaten Pidie.
Sejarah Kota Beureunuen
Kota Beureunuen merupakan pusat kota di Kecamatan Mutiara kabupatenPidie. Beurenuen dahulunya pernah menjadi pusat perbelanjaan di Pidie. Sejarah Beureunuen diwarnai oleh kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali penjajah. Jika dibandingkan dengan dengan kota lainnya di Kabupaten Pidie, Kota Beurenuen merupakan wilayah yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama). Hal ini dibuktikan dengan adanya Mesjid Baitul ‘Ala Lilmujahiddin (Mesjid Abu Beureueh) yang merupakan mesjid peninggalan sejarah di Kabupaten Pidie yang sampai inimasih menjadi pusat kegiatan keagamaan. Identitas kota Beureunuen sangat kuat sebagai pasar grosir emping melinjo dan buah melinjo sebagai bahan baku emping sudah sangat terkenal di berbagai daerah. Komoditas lain yang perdagangannya berpusat di kota Beureunuen adalah kopi, kakao, beras, rempah-rempah, pakaian jadi dan masih banyak lainnya. Perputaran uang hari- hari di kota Beureunuen terlebih pada hari Sabtu, hari pasar mingguan Beureunuen cukup besar.
Perkembangan Kota Beureunuen di Bidang Ekonomi dan Ekologi
Pada sektor ekonomi, kota Beureunuen saat ini memiliki 9 Bank, 2 sarana pasar umum, 896 kelompok pertokoan, 116 warung nasi/kopi, 238 kios dan lain-lainnya yang menunjang kegiatan ekonomi. Pembangunan yang dilakukan dari tahun ke tahun sangat cepat sehingga sepanjang jalan yang melintasi kota Beureunuen dipenuhi pertokoan mulai dari perbatasan dengan kecamatan Mutiara Timur sampai ke Desa Lileu. Dari segi infratruktur, pembangunan jalan rabat beton di pasar kota Beureunuen dilakukan pada tahun 2012 dengan pengeluaran dana sebanyak Rp. 197.676.000. Pembangunan jalan rabat beton dilakukan karena kondisi pasar yang becek dan kotor ketika musim hujan sehingga mengganggu aktivitas perdagangan harian. Sedangkan pembangunan jalan rabat beton saluran pasar dan saluran pembuangan limbah hewan pasar Beureunuen dilakukan pada tahun 2013 dengan rincian dana masing- masing sebanyak Rp. 198.000.000 dan Rp. 193.500.000.
Keberadaan kota Beureunuen sendirisangat berpengaruh terhadap alih fungsi lahan. Masyarakat menjadikan area persawahan menjadi pemukiman, industri, pertokoan dan lain-lain. Sampai saat ini sepanjang jalan dari desa Mesjid Yaman sampai ke Simpang Keumangan sudah di penuhi oleh jejeran pertokoan berlantai 2, lantai 2 toko dijadikan masyarakat sebagai tempat tinggal. Pidie sendiri dikenal juga sebagai kota perniagaan yang lebih ramai sebelum kejayaan Pasai. Ramainya Pidie sebagai jalur perdagangan ternyata tidak melibatkan etnis Tionghoa dalam dunia perekonomiannya. Namun di pasar Beureunuen sendiri tidak ada pedagang Cina yang terlihat berjualan. Eksistensi pedagang lokal sendiri begitu kuat sehingga tidak ada peluang bagi pedagang Cina untuk bersaing.[Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah 1]
^Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 148 – 155.
Masjid Abu Beureueh
Masjid Abu Beureueh atau dengan nama lain Masjid Baitul A’la Lil Mujahiddin yang Terletak di Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, kini dikenal sebagai salah satu daerah yang sangat aktif di bidang perekonomiannya, karena letaknya cukup strategis (berada sebelum memasuki ibu kota Kabupaten Pidie) dibangun atas prakarsa Tgk. Muhammad Daud Beureueh pada tahun 1950. Dalam pembangunan Masjid tersebut telah beberapa kali sempat terjadi ketegangan dari pihak yayasan yang mengklaim masjid itu berhak dikelola penuh oleh yayasan yang dibentuk oleh keluarga, sementara pihak masyarakat menolaknya karena menilai masjid itu milik seluruh komponen masyarakat.
Setelah beberapa kali pertemuan dengan melibatkan masyarakat Mutiara serta tokoh agama dan Imum Chik Masjid Abu Beureuh, barulah pembangunan itu dilanjutkan kembali dengan satu syarat, yaitu bangunan dasar masjid yang telah dipondasi oleh Almarhum Tgk. Muhammad Daud Beureueh tidak dapat di ubah sesuai dengan permintaan almarhum tempo dulu. Masjid yang rampung pada tahun 1980 tersebut juga menyimpan sejarah yang amat berharga, yaitu makam Teungku Muhammad Daud Beureueh yang terpugar sederhana dibagian belakang masjid.[http://humasprotokol.pidiekab.go.id 1] Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "http://humasprotokol.pidiekab.go.id", tapi tidak ditemukan tag <references group="http://humasprotokol.pidiekab.go.id"/> yang berkaitan