Beras analog

Beras analog atau beras mandala adalah pangan alternatif yang terbuat dari bahan selain padi tetapi dapat ditanak menjadi nasi. Beras ini merupakan salah satu inovasi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan dapat dibuat dari berbagai macam karbohidrat, seperti jagung, sorghum, dan umbi-umbian.[1][2] Beras ini memiliki kepadatan nutrisi yang lebih baik dibandingkan beras biasa karena campuran bahan yang dapat disesuaikan untuk optimalisasi nutrisi yang diinginkan konsumen. Beras memiliki kandungan zat besi yang rendah, tetapi shorgum memiliki kandungan zat besi yang tinggi[3] sehingga beras non-padi dengan bahan utama sorghum sangat baik untuk wanita yang membutuhkan zat besi.

Latar belakang

Inovasi ini didorong oleh urgensi diversifikasi demi ketahanan pangan nasional dengan memperluas konsumsi makanan pokok non-beras. Data Kementerian Perdagangan mencatat konsumsi beras Indonesia mencapai 140 kg per orang/tahun. Angka itu jauh negara-negara lain di Asia seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar sebanyak 65-70 kg beras per orang/tahun.[1] Masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa makan nasi tidak mudah berpindah dari makanan pokok selain nasi, sehingga inovasi ini tercipta terutama untuk kalangan masyarakat tersebut. Penerapan beras non-padi juga diharapkan dapat menekan impor beras.[4]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar