Krisokola (bahasa Inggris: Chrysocolla)[4][5] adalah suatu mineraltembagasiklosilikat terhidrasi dengan rumus kimia: Cu2-xAlx(H2-xSi2O5)(OH)4·nH2O (x<1)[1] or (Cu,Al)2H2Si2O5(OH)4·nH2O.[2] Struktur mineral ini masih dipertanyakan, sebab studi spektrografik menunjukkan bahwa mineral krisokola ini kemungkinan merupakan campuran dari tembaga hidroksida spertiniite dan kalsedon. Di Indonesia, wilayah penghasil krisokola yang terkenal adalah di Pulau Bacan, dan dikenal oleh kalangan pecinta batu akik dengan julukan Batu Bacan.
Ciri-ciri
Batu bacan memiliki warna sian (biru-hijau) dan merupakan minor bijih tembaga, dengan kekerasan mineral mencapai 2.5 hingga 3.5.
Nama dan penemuan
Nama mineral ini dalam bahasa Inggris "Chrysocolla" dari bahasa Yunanichrysos, "emas", dan kolla, "lem", yaitu merujuk pada nama bahan yang digunakan untuk menyolder emas, yang pertama kali digunakan oleh Theophrastus pada 315 SM.
Pembentukan dan lokasi
Mineral ini memiliki asal sekunder dan terbentuk dalam lingkup zona oksidasi bijih tembaga. Mineral ikutannya adalah kuarsa, limonit, azurit, malakit, kuprit, dan mineral sekunder tembaga lainnya.
Umumnya ia ditemukan berbentuk bergugus (botryoidal), gumpalan bulat atau kerak, atau guratan urat. Karena warnanya yang terang, ia terkadang dikelirukan dengan pirus.
Sebuah studi tahun 2006 memberikan bukti bahwa krisokola kemungkinan merupakan percampuran mikroskopik antarak mineral tembaga hidroksida spertiniite, silika amorf, dan air.[1][6]
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Chrysocolla.