Dari atas ke bawah; kiri ke kanan: Gua Maria Sendangsono, Kantor Kalurahan Banjaroyo, Merti dan Kirab budaya Padukuhan Semagung, Idul Fitri di Masjid Sultan Agung, Gerbang Samudra Raksa, dan Misa Hari Raya Natal 2023
Dengan ketinggian tanah yang bervariasi antara 84 hingga 484 meter di atas permukaan laut (MDPL), wilayah ini memiliki topografi berupa dataran tinggi.
Sejarah
Sebelum tahun 1947, terdapat beberapa Kalurahan yang ada di Banjaroyo yaitu
Kalurahan Kalibawang (meliputi Pedukuhan Pantog Wetan, Pantog Kulon, Banjaran, dan Slanden);
Kalurahan Klangon (meliputi Pedukuhan Klangon, Pranan, Potronalan, Beji, dan Kempong);
Kalurahan Tanjung (meliputi Pedukuhan Tanjung, Duren Sawit, Plengan, dan Dlingseng);
Kalurahan Tonogoro (meliputi Pedukuhan Semawung, Promasan, Semagung, Kajoran, Tonogoro, dan Puguh)
Hingga pada tahun 1947 disatukan menjadi Kalurahan Banjaroyo.[3]
Demografi
Kependudukan
Menurut data Kementerian Dalam Negeri pada Juni 2024, Kalurahan Banjaroyo memiliki Jumlah Penduduk 8.521 jiwa, dengan rincian jenis kelamin 4.245 jiwa laki-laki 4.245 dan 4.276 jiwa perempuan. Selain itu, tercatat 3.040 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kalurahan Banjaroyo, dengan 12 jiwa melakukan perpindahan penduduk, dan 3 jiwa meninggal dunia[4]
Agama
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2024, sebanyak 81,4% penduduk Kalurahan Banjaroyo menganut agama Islam. Kemudian penduduk yang beragama Kristen Katholik sebanyak 18,2%. Selebihnya beragama Kristen Protestan sebanyak 0,26%, Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 0,01%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat masjid, mushola, 1 gereja Katolik dan kapel.
Produk Unggulan : Durian, Cokelat (KKO), Gula Jawa, dan Gula Kristal.
Pekerjaan
Jumlah Jiwa
Keterangan
Belum/Tidak Bekerja
1.218
Nelayan
-
Pelajar dan Mahasiswa
1.453
Pensiunan
85
Perdagangan
2
Mengurus Rumah Tangga
867
Wiraswasta
761
Guru
69
Perawat
4
Pengacara
-
Pekerjaan Lainnya
-
Kalurahan Banjaroyo
8.521
Pendidikan
Pendidikan
Jumlah Jiwa
Keterangan
Tidak/Belum Sekolah
1.072
Belum Tamat SD
764
Tamat SD
2.224
SLTP
1.718
SLTA
2.293
D1 dan D2
28
D3
94
S1
312
S2
16
S3
0
Kalurahan Banjaroyo
8.521
Pemerintahan
Daftar Kepala Kalurahan Banjaroyo:
Tahun 1947-1957 oleh R. Djojo Atmojo
Tahun 1957-1976 oleh Suto Harjo
Tahun 1976-1996 oleh Darmo Suyitno
Tahun 1996-2004 oleh R. Subadri
Tahun 2004-2013 oleh B. Wiwin Windarta
Tahun 2014-2020 oleh Anton Supriyono
Tahun 2020-Sekarang oleh Yohannes Pius Cahyo Nugrohojati.[5]
Daftar Kepala Padukuhan
Kalurahan Banjaroyo terdiri dari 19 padukuhan.
No
Padukuhan
Nama Dukuh
1
Pantog Wetan
Subadri
2
Pantog Kulon
Saryanto
3
Banjaran
Suharto
4
Slanden
Robertus Lambang Utama
5
Pranan
Porwanto
6
Potronalan
Ashari Hidayat
7
Klangon
Makfudin
8
Beji
Abdul Karim
9
Kempong
Supadi
10
Dlingseng
Sumarwanto
11
Plengan
Marsanto
12
Duren Sawit
Fransisca Dyan Putri Niati
13
Tanjung
Kuntarto
14
Kajoran
Damianus Sutaryana
15
Semagung
Emmanuel Karjana
16
Promasan
V. Sutardi
17
Semawung
Suharyanto
18
Tonogoro
Nuryanti
19
Puguh
Ika Astuti
Pariwisata
Lokasi Wisata :, Kawasan Ancol, Makam Simbah Kyai Krapyak Tsani, Agro Durian, dan Duren Sawit.
Bendungan Ancol
Merupakan sebuah bendungan yang berfungsi sebagai hulu dari Selokan Mataram, Selokan Van Der Wijk, dan Saluran Kalibawang. Menurut catatan sejarah, Bendungan Ancol dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1942 hingga 1951. Proyek ini merupakan inisiatif dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang sangat prihatin terhadap sistem kerja paksa yang diberlakukan oleh penjajah Belanda dan Jepang.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencari cara agar rakyatnya tidak dikirim untuk kerja paksa di luar daerah, sehingga tercetuslah ide pembuatan bendungan ini. Ide tersebut mendapat sambutan baik dari pemerintah Jepang.
^"SEJARAH DESA BANJAROYO". Kalurahan Banjaroyo (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2025-01-09.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)