Bandar Udara Internasional Sir Seretse Khama (IATA: GBE, ICAO: FBSK) terletak di 15 kilometer (9 mi) sebelah utara kota Gaborone adalah bandar udara internasional utama di ibu kota Botswana. Bandara ini diberi nama sesuai dengan Sir Seretse Khama, presiden pertama dari Botswana.[3] Bandara ini dibuka pada tahun 1984 dan menawarkan kapasitas besar untuk menangani penerbangan regional dan internasional dan memiliki pergerakan penumpang terbesar di negara ini. Pada tahun 2017, bandara ini mendapatkan zona ekonomi khusus pertamanya yang akan menampung departemen-departemen berikut: CAAB, Pusat Inovasi Botswana, ITPA, dan pusat intan untuk sektor intan.[4][5]
Sekilas pandang
- Zona waktu: GMT +2.
- Transportasi menuju kota: Kendaraan hotel dan taksi (waktu perjalanan 15 menit). Tidak ada angkutan umum berjadwal.
- Persewaan mobil: Avis dan Imperial.
- Fasilitas: Satu bangunan terminal dengan Barclays Bank bureau de change, bar dan restoran, fasilitas bagasi tertinggal dan toko bebas bea untuk penerbangan keluar wilayah Persatuan Bea Cukai (Afrika Selatan, Lesotho, Eswatini).
Pengembangan
| Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. Harap perbarui artikel dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia. |
Pemerintah Botswana memulai rencana pengembangan senilai AS$61 juta untuk pengembangan bandara lebih lanjut untuk menampung peningkatan lalu lintas penerbangan dan pesawat yang lebih besar[6]
Kontraktor untuk proyek ini adalah SinoHydro Corporation, yang berkantor pusat di China. Tujuan dari proyek ini adalah untuk menyediakan bandara yang akan mengalami peningkatan penumpang saat Piala Dunia FIFA 2010 di negara tetangganya, Afrika Selatan.
Maskapai dan destinasi
Insiden
Pada 11 Oktober 1999, seorang pilot Air Botswana, Kapten Chris Phatswe, menyita sebuah pesawat Aérospatiale ATR 42 A2-ABB yang diparkir tanpa izin di pagi hari dan lepas landas. Begitu mengudara, dia meminta melalui radio untuk berbicara dengan presiden, manajer umum Air Botswana, komandan stasiun, kantor polisi pusat dan pacarnya. Karena presiden berada di luar negeri, dia diizinkan untuk berbicara dengan wakil presiden. Terlepas dari semua upaya untuk membujuknya untuk mendarat dan mendiskusikan keluhannya, dia menyatakan akan menabrak beberapa pesawat di apron. Setelah total waktu terbang sekitar 2 jam, dia melakukan dua putaran dan kemudian jatuh dengan kecepatan 200 knot (370 km/jam; 230 mph) ke dua ATR 42 Air Botswana lainnya yang diparkir di apron. Kapten tewas tetapi tidak ada korban lain.
Sumber-sumber penerbangan mengatakan pilot sebelumnya telah dilarang terbang karena alasan medis namun menolak pemulihan, dan diizinkan terbang kembali hingga Februari 2000. Operasi Air Botswana lumpuh, karena maskapai penerbangan untuk sementara hanya memiliki satu pesawat yang tersisa – sebuah BAe 146 yang dilarang terbang karena masalah teknis.[7]
Fotografi
Referensi