Perusahaan ini didirikan pada tahun 1999 melalui penggabungan Astra AB asal Swedia dan Zeneca Group asal Britania Raya[6][7] (yang dibentuk melalui pemisahan bisnis farmasi milik Imperial Chemical Industries pada tahun 1993). Sejak bergabung, perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia dan telah mengakuisisi sejumlah perusahaan, termasuk Cambridge Antibody Technology (pada tahun 2006), MedImmune (pada tahun 2007), Spirogen (pada tahun 2013), dan Definiens (oleh MedImmune pada tahun 2014). Aktivitas riset dan pengembangan perusahaan ini dipusatkan di tiga lokasi, yakni Cambridge, Inggris; Gothenburg, Swedia, dan Gaithersburg, Amerika Serikat.[8]
Astra AB didirikan pada tahun 1913 di Södertälje, Swedia, oleh 400 orang dokter dan apoteker.[9] Pada tahun 1993, ICI asal Britania Raya (dibentuk dari penggabungan empat perusahaan kimia) memisahkan bisnis farmasi, bisnis agrokimia, dan bisnis khususnya untuk membentuk Zeneca Group PLC.[10] Pada tahun 1999, Astra dan Zeneca Group resmi bergabung untuk membentuk AstraZeneca plc, dengan kantor pusat di London.[10] Pada tahun 1999 juga, AstraZeneca menetapkan lokasi kantor pusat baru untuk bisnisnya di Amerika Serikat, yakni "Fairfax-plus" di North Wilmington, Delaware.[11]
2000–06
Pada tahun 2002, obat Iressa buatan perusahaan ini disetujui di Jepang sebagai monoterapi untuk kanker paru-paru sel non-kecil.[12] Pada tanggal 3 Januari 2004, Dr Robert Nolan, mantan direktur AstraZeneca, membentuk tim manajemen untuk ZI Medical.[13]
Pada tahun 2005, perusahaan ini mengakuisisi KuDOS Pharmaceuticals, sebuah perusahaan bioteknologi asal Britania Raya dengan harga £120 juta.[14] Perusahaan ini juga mengadakan kolaborasi anti-kanker dengan Astex.[15] AstraZeneca juga mengumumkan bahwa mereka telah menjadi Diamond Member dari organisasi dagang Pennsylvania Bio.[16]
Pada tahun 2006, setelah menjalin kolaborasi sejak tahun 2004, AstraZeneca resmi mengakuisisi Cambridge Antibody Technology dengan harga £702 juta.[17]
2007–12: Kadaluarsa paten dan akuisisi
Pada bulan Februari 2007, AstraZeneca setuju untuk membeli Arrow Therapeutics, sebuah perusahaan yang fokus pada penciptaan dan pengembangan terapi anti-viral, dengan harga US$150juta.[18] Berkurangnya jumlah paten yang dipegang oleh AstraZeneca pun sempat menjadi subyek spekulasi pada bulan April 2007, sehingga perusahaan ini merespon dengan menjalin sejumlah kolaborasi dan mengakuisisi sejumlah perusahaan.[19] Beberapa hari kemudian, AstraZeneca mengakuisisi MedImmune asal Amerika Serikat dengan harga sekitar US$15.2 milyar, untuk dapat memproduksi vaksin flu dan perawatan anti-viral untuk balita.[20] AstraZeneca kemudian mengkonsolidasikan semua bisnis biologinya ke dalam MedImmune.[21]
Pada tahun 2010, AstraZeneca resmi mengakuisisi Novexel Corp, sebuah perusahaan antibiotik yang dibentuk pada tahun 2004 sebagai hasil pemisahan dari divisi anti-infektif milik Sanofi-Aventis. Melalui akusisi tersebut, perusahaan ini juga mengakuisisi antibiotik eksperimental NXL-104 (CEF104) (CAZ-AVI).[22][23]
Pada tahun 2011, AstraZeneca mengakuisisi Guangdong BeiKang Pharmaceutical Company, sebuah produsen obat generik asal Tiongkok.[24]
Pada bulan Februari 2012, AstraZeneca dan Amgen mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi guna menciptakan obat untuk penyakit radang.[25] Pada bulan April 2012, AstraZeneca mengakuisisi Ardea Biosciences, sebuah perusahaan bioteknologi, dengan harga $1,26 milyar.[26] Pada bulan Juni 2012, AstraZeneca dan Bristol Myers Squibb mengumumkan bahwa mereka akan bersama-sama mengakuisisi Amylin Pharmaceuticals dalam dua tahap.[27][28] Disetujui bahwa Bristol Myers Squibb akan mengakuisisi Amylin dengan harga $5,3 milyar dalam bentuk tunai dan asumsi $1,7 milyar dalam bentuk utang, sementara AstraZeneca membayar $3.4 milyar dalam bentuk tunai ke Bristol Myers Squibb, dan Amylin akan dimasukkan ke sebuah perusahaan patungan yang telah dibentuk oleh AstraZeneca dan Bristol Myers Squibb sebelumnya.[28]
2013: Restrukturisasi
2013
Pada bulan Maret 2013, AstraZeneca mengumumkan rencananya untuk melakukan restrukturisasi besar-besaran, termasuk menutup pusat riset dan pengembangannya di Alderley Park dan Loughborough, Britania Raya, serta di Lund, Swedia; investasi sebesar $500juta untuk membangun pusat riset dan pengembangan baru di Cambridge, serta pemusatan aktivitas riset dan pengembangan di tiga lokasi, yakni Cambridge, Gaithersburg, Maryland (milik MedImmune, di mana mereka meneliti obat bioteknologi), dan Mölndal (dekat Gothenburg) di Swedia, untuk meneliti obat kimia tradisional.[8] AstraZeneca juga mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan kantor pusatnya dari London ke Cambridge pada tahun 2016.[29][30] Selain itu, perusahaan ini juga mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi 1.600 pegawai. Tiga hari kemudian, AstraZeneca mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi 2.300 pegawai, sehingga totalnya mencapai hampir 4.000 pegawai.[31][32] Diumumkan juga bahwa mereka akan fokus pada tiga bidang terapeutik, yakni Radang & Autoimunitas Pernapasan, Penyakit Kardiovaskular & Metabolik, serta Onkologi.[33] Pada bulan Oktober 2013, AstraZeneca mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi perusahaan onkologi bioteknologi Spirogen dengan harga sekitar US$440 juta.[34]
2014
Pada tanggal 19 Mei 2014, AstraZeneca menolak "tawaran akhir" dari Pfizer, yakni £55 per lembar saham, sehingga perusahaan ini dihargai sebesar £69,4milyar (US$117milyar). Keduanya telah mengadakan sejumlah rapat sejak bulan Januari 2014. Jika AstraZeneca setuju untuk diakuisisi, maka Pfizer akan menjadi produsen obat terbesar di dunia. Transaksi tersebut juga akan menjadi pembelian terbesar atas sebuah perusahaan asal Britania Raya oleh perusahaan dari luar Britania Raya. Namun sejumlah masyarakat Britania Raya, termasuk politisi dan ilmuwan, tidak setuju dengan akuisisi tersebut.[35] Pada bulan Juli 2014, AstraZeneca resmi mengakuisisi Almirall Sofotec dan obat paru-parunya, termasuk obat COPD, Eklira. Akuisisi senilai US$2,1 milyar tersebut juga meliputi alokasi dana sebesar US$1,2 milyar untuk pengembangan riset pernapasan, salah satu dari tiga bidang fokus AstraZeneca. Pada bulan Agustus 2014, perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi selama tiga tahun dengan Mitsubishi Tanabe Pharma untuk mengembangkan nefropati diabetik.[36] Pada bulan September 2014, AstraZeneca mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi dengan Eli Lilly untuk mengembangkan dan mengkomersilkan kandidat inhibitor BACE – AZD3292 – untuk mengobati penyakit Alzheimer. Kesepakatan tersebut dapat menghasilkan hingga US$500 juta untuk perusahaan ini.[37] Pada bulan November 2014, MedImmune setuju untuk mengakuisisi Definiens dengan harga lebih dari US$150 juta. AstraZeneca juga memulai kolaborasi uji coba fase I/II dengan Pharmacyclics dan Janssen Biotech untuk menyelidiki pengobatan kombinasi.[38] Pada bulan yang sama, AstraZeneca setuju untuk menjual bisnis pengobatan lipodistrofi miliknya ke Aegerion Pharmaceuticals dengan harga lebih dari US$325 juta.[39]
Kontroversi
Pada 2024 AstraZaneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19, yang mereka kembangkan bersama Universitas Oxford, menyebabkan kematian dan cedera serius, yang disebut TTS – Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia.[40][41]
AstraZeneca dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris pada Februari 2024, mengakui bahwa vaksin Covid-nya “dapat, dalam kasus yang sangat jarang, menyebabkan TTS”.[42][43]
Sebanyak 51 kasus telah diajukan ke Pengadilan Tinggi, dengan para korban dan keluarga yang berduka menuntut ganti rugi yang diperkirakan bernilai hingga £100 juta.[44]
^"Global 500 – Pharmaceuticals". Fortune. 20 July 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 August 2010. Diakses tanggal 19 August 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Key facts". AstraZeneca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 September 2010. Diakses tanggal 1 September 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)