Asosiasi Televisi Kerakyatan Indonesia, selanjutnya dikenal dengan nama ASTEKI, adalah organisasi yang menghimpun televisi lokal dan televisi komunitas di Indonesia.[1] ASTEKI dideklarasikan pada 12 Agustus 2008 di kota Kendari, Sulawesi Tenggara.[1][2]
Latar belakang
ASTEKI didirikan sebagai bentuk perhatian pemilik stasiun televisi lokal dan komunitas terhadap keberadaan jaringan televisi nasional yang penyiarannya didominasi kepentingan modal.[1] Pendirian ASTEKI dicetuskan dari pertemuan yang dihadiri oleh beberapa stasiun televisi lokal dan komunitas seperti Kendari TV, Ruai TV, dan Bengkulu TV.[1] Stasiun televisi lokal dan komunitas yang terhimpun dalam ASTEKI lebih mengutamakan siaran lokal dan kegiatan masyarakat.[1] Penyiran tersebut terdiri dari 30 persen siaran lokal, 20 persen program lingkungan, 30 persen berita, dan 20 persen hiburan.[1]
Setelah ASTEKI terbentuk pada 2008, perluasan jaringan televisi lokal semakin berkembang dengan berdirinya beberapa stasiun televisi baru, seperti Buton Raya TV di Baubau, Palu TV sejak Januari 2010, dan Tifa TV di Sorong, Papua.[1] Selain menggarap stasiun televisi, ASTEKI menggarap situs pemberitaan Kota Hujan dan rumah produksi Gekko Studio.[1][3]
Unit kerja
ASTEKI memiliki beberapa unit kerja, yaitu Kota Hujan dan Gekko Studio. Kota Hujan adalah kantor berita ASTEKI Bogor dan merupakan unit kerja informasi berbasis internet yang berafiliasi dengan MEDKRI.[3] Kotahujan.com berbasis di Bogor dan fokus untuk menampilkan informasi tentang komunitas, budaya, gaya hidup dan berita aktual di seputar Bogor.[3] Sedangkan Gekko Studio adalah suatu unit kerja audio-visual yang berfokus kepada pembuatan film dokumenter tentang lingkungan, budaya dan pendidikan.[3]
ASTEKI juga berkolaborasi dengan Poros Nusantara Media (PNM) yang mencakup Bengkulu TV, Ruai TV, Kendari TV, Palu TV, Buton Raya TV, Tifa TV serta jaringan Kantor Berita Televisi Kerakyatan yang tersebar di 10 kota.[3]
Referensi