Asam lipoat (bahasa Inggris: Lipoic acid, α-lipoic acid, Alpha Lipoic Acid, thioctic acid, 6,8-dithio-octanoic acid, 1,2-dithiolane-3-pentanoic acid, ALA, LA) adalah senyawaorganosulfur yang merupakan turunan dari asam oktanoat dan sisteina yang disekresi oleh hati.[1] Senyawa LA pertama kali ditemukan pada tahun 1950 dari organ hati hewansapi. Awalnya, oleh karena peran LA pada proses biokimiawi, LA digolongkan menjadi salah satu vitamin di dalam jajaran vitamin B kompleks, tetapi kini tidak lagi demikian.
Oleh sebab itu LA juga merupakan antioksidan yang banyak dikonsumsi, dan segera terkonversi oleh NAD+ atau NADP menjadi bentuk senyawa reduksi yang disebut asam dihidrolipoat (DHLA). Kedua status redoks senyawa LA dan DHLA merupakan antioksidan, hal ini berbeda dengan sifat senyawa lain seperti glutathion yang berfungsi sebagai antioksidan hanya pada status reduksi saja.
Sebagai antioksidan, LA secara langsung menekan radikal bebas dan dengan kapasitas untuk membungkus senyawa logam, LA secara langsung menekan produksi ROS. Interaksi antara LA dengan antioksidan lain akan mengembalikan/meningkatkan kadar antioksidan tersebut termasuk glutathion dan vitaminC, E, terutama di dalam sitoplasmasel. Hal ini dimungkinkan oleh salah satu sifat LA sebagai senyawa hidrofilik, hidrofobik dan amfifilik hingga memungkinkan aktivitas di dalam fase aqeous intraselular, fase lipid membran plasma, serum dan lipoprotein, dibandingkan dengan vitamin C yang bersifat hidrofilik dan vitamin E yang bersifat hidrofobik.
Gabungan malonik dan metilmalonik aciduria (CMAMMA)
Pada penyakit metabolik gabungan malonik dan metilmalonik aciduria (CMAMMA) akibat defisiensi ACSF3, sintesis asam lemak mitokondria (mtFASII), yang merupakan reaksi prekursor biosintesis asam lipoat, terganggu.[4][5] Hasilnya adalah berkurangnya tingkat lipoylasi enzim mitokondria yang penting seperti kompleks piruvat dehidrogenase (PDC) dan kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase (α-KGDH).[5] Suplementasi dengan asam lipoat tidak mengembalikan fungsi mitokondria.[6][5]
Stress oksidatif tidak hanya berkait dengan komplikasi diabetes, tetapi juga berkait dengan resistansi insulin.
Dalam hal ini, LA memiliki potensi untuk mencegah maupun meredakan efek yang ditimbulkan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Pada percobaan pada hewan yang menderita diabetes setelah diinduksi oleh cyclophosphamide, pemberian LA secara intraperitoneal dengan dosis 10 mg/kg berat tubuh selama 10 hari, menunjukkan penurunan gejala diabetes yang dimungkinkan oleh penekanan terhadap makrofaga dan pemanfaatan gula darah melalui mekanisme peningkatan translokasi GLUT4 menuju permukaan sel.
Neuropati diabetik
Selama ini, peroksidasilipid pada membranasaraf dianggap sebagai sebuah mekanisme yang berakibat pada iskemia dan hipoksia dalam sistem saraf. Pada percobaan pada penderita neuropati diabetik dengan asupan LA sebanyak 600 mg/hari diketahui terjadi peningkatan serum seruloplasmin yang disimpulkan sebagai indikasi terbentuknya pertahanan antioksidan, dan penurunan drastis kadar kadar serum lipid peroksida.
Hipertrigliseridemia
Pada percobaan pada tikus yang diinduksi Zucker Diabetic Fatty, asupan R-LA dengan dosis 200 mg/kg/hari selama 5 minggu, menurunkan kadar trigliserida di dalam plasma darah dan hati, dengan penghambatan ekspresi genetik lipogenik hepatik seperti enzimsn-glycerol-3-phosphate acyltransferase-1 (GPAT-1) dan diacylglycerol O-acyltransferase-2 (DGAT-2), sekresiVLDL dan stimulasi daur (bahasa Inggris: clearance) lipoprotein yang kaya akan trigliserida, dan peningkatan glikogen.[7] Hal ini disimpulkan bahwa asupan karbohidrat akan cenderung disimpan sebagai glikogen daripada sebagai substrat lipogenik. Tidak tampak perubahan atau penurunan ekspresi pencerap hepatik peroxisome proliferator activated receptor α yang berperan dalam oksidasi-βasam lemak, menunjukkan bahwa LA memiliki model aktivitas yang berbeda dengan asam fibrat.
Defisiensi endotelium
Disfungsi jaringanendotelium yang disebabkan oleh defisiensi sel endotelial yang membentuknya, disebabkan oleh berbagai faktor risiko kardiovaskular melalui mekanisme yang demikian kompleks yang berujung pada inisiasi dan perkembangan aterosklerosis.[8] Terapi jangka pendek dengan LA, seperti dikutip oleh British Journal of Pharmacology, dapat memperbaiki fungsi endotelial pada cincin aortik seekor tikus. Lebih lanjut disebutkan bahwa penurunan reaksifosforilasi pada sintase NO dan Akt yang biasa terjadi pada usia lanjut, dapat pula ditingkatkan dengan suplementasi LA yang menginduksi penurunan aktivitas fosfatase PPA-2.
Aktivitas sfingomielinase juga diredam oleh LA, yang pada akhirnya, setidaknya akan meningkatkan kadar glutathion di dalam sel endotelial.
Kontraindikasi
Hingga saat ini belum ditemukan efek samping konsumsi LA dosis rendah, misalnya 5 mg/hari. Kendati demikian, dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan nausea, stomach upset, lelah, dan insomnia, rasa sakit pada abdomen, mual, diare, reaksi anafilaktik seperti laryngospasm, alergikulit. Malodorous urine dilaporkan pada konsumen dengan dosis 1200 mg/hari, tetapi dosis 600 mg/hari merupakan dosis yang dianjurkan pada penderita diabetes dengan pengamatan kadar gula yang ketat meskipun belum terdapat laporan bahwa LA menginduksi simtoma hipoglisemia, namun kemungkinan tersebut bisa terjadi.
^(Inggris)"Alpha-lipoic acid supplementation and diabetes". Laboratory of Atherosclerosis and Metabolic Research, Department of Pathology and Laboratory Medicine, UC Davis Medical Center; Uma Singh dan Ishwarlal Jialal. Diakses tanggal 2011-05-16.
^(Inggris)"Lipoic acid effects on established atherosclerosis". Davis Heart Lung Research Institute, bDivision of Environmental Health Sciences, Colleges of Medicine and Public Health, the Ohio State University; Zhekang Ying, Nisharahmed Kherada, Britten Farrar, Thomas Kampfrath, Yiucho Chung, Orlando Simonetti, Jeffrey Deiuliis, Rajagopal Desikan, Bobby Khan, Frederick Villamena, Qinghua Sun, Sampath Parthasarathy, dan Sanjay Rajagopalan. Diakses tanggal 2011-07-14.
^(Inggris)"Lipoic Acid Synthesis and Attachment in Yeast Mitochondria". Molecular and Cellular Biology, University of Arizona, Department of Biochemistry and Biocenter Oulu, University of Oulu; Melissa S. Schonauer, Alexander J. Kastaniotis, V. A. Samuli Kursu, J. Kalervo Hiltunen, dan Carol L. Dieckmann. Diakses tanggal 2011-05-17. Through analysis of the role of these genes in protein lipoylation, we conclude that only one pathway for de novo synthesis and attachment of lipoic acid exists in yeast.
^Hiltunen, J. Kalervo; Autio, Kaija J.; Schonauer, Melissa S.; Kursu, V.A. Samuli; Dieckmann, Carol L.; Kastaniotis, Alexander J. (2010-06). "Mitochondrial fatty acid synthesis and respiration". Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - Bioenergetics (dalam bahasa Inggris). 1797 (6-7): 1195–1202. doi:10.1016/j.bbabio.2010.03.006.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)