Alih aksara Arab-Latin adalah metode atau pendekatan yang digunakan agar bahasa Arab lisan dan tulisan dapat diwakili dalam tulisan Latin. Alih aksara dipakai untuk berbagai keperluan, seperti penulisan judul dan nama orang, pembuatan katalog, dan pelajaran bahasa Arab. Alih aksara juga disebut transliterasi.
Pedoman alih aksara
Berikut ini adalah pedoman alih aksara Arab-Latin yang merupakan hasil keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang tertulis di Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.[1]
Hamzah ( ء ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika terletak di tengah atau di akhir, ia ditulis dengan tanda apostrof (’).
Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Alih aksara vokal tunggal bahasa Arab yang berupa tanda diakritik atau harakat adalah sebagai berikut:
Alih aksara untuk ta marbūṭah (ة atau ـة) ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah dengan t sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun dengan h.
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, ta marbūṭah itu dialihaksarakan dengan h. Contoh:
رَوْضَةُ الأَطْفَالِ
Rauḍah al-aṭfāl
المَدِيْنَةُ الفَاضِلَةُ
Al-madīnah al-fāḍilah
الحِكْمَةُ
Al-ḥikmah
Syaddah
Huruf konsonan yang memiliki tanda syaddah atau tasydid, yang dalam abjad Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid ( اّ ), dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda). Contoh:
رَبَّنَا
Rabbanā
نَجَّيْنَا
Najjainā
الحَقُّ
Al-Ḥaqq
الحَجُّ
Al-Ḥajj
نُعِّمَ
Nu‘‘ima
عَدُوٌّ
‘Aduww
Jika huruf ي bertasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ـِيّ ), ia dialihaksarakan seperti huruf maddah ī. Contoh:
عَلِيٌّ
‘Alī
عَرَبِيٌّ
‘Arabī
Kata sandang
Kata sandang dalam abjad Arab dilambangkan dengan huruf ال (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman alih aksara ini, kata sandang dialihaksarakan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh:
الشَّمْسُ
Al-Syamsu (bukan asy-syamsu)
الزَّلْزَلَةُ
Al-Zalzalah (bukan az-zalzalah)
الفَلْسَفَةُ
Al-Falsafah
البِلَادُ
Al-Bilād
Hamzah
Aturan alih aksara huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena ia berupa alif dalam tulisan Arab. Contoh:
تَأْمُرُوْنَ
Ta’murūna
النَّوْءُ
An-Nau’
شَيْءٌ
Syai’un
أُمِرْتُ
Umirtu
Penulisan kata Arab yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia
Kata, istilah, atau kalimat Arab yang dialihaksarakan adalah kata, istilah, atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah, atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia tidak lagi ditulis menurut cara alih aksara di atas. Misalnya kata 'Alquran' (dari al-Qur’ān), 'Sunnah,' 'khusus,' dan 'umum'. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, mereka harus dialihaksarakan secara utuh, contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur’ān,
Al-Sunnah qabl al-tadwīn, dan
Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab.
Lafẓ al-Jalālah
Lafẓ al-jalālah (lafal kemuliaan) “Allah” (الله) yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), dialihaksarakan tanpa huruf hamzah (hamzah wasal). Contoh:
دِيْنُ اللهِ
Dīnullāh
بِاللهِ
Billāh
Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalālah dialihaksarakan dengan huruf t. Contoh:
هُمْ فِيْ رَحْمَةِ اللهِ
Hum fī rahmatillāh
Huruf kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, dalam alih aksaranya, huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EyD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (catatan kaki, daftar pustaka, catatan dalam kurung, dan daftar referensi). Contoh:
Wa mā Muḥammadun illā rasūl
Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan