Alfonso VII (1 Maret 1105 – 21 Agustus 1157), lahir Alfonso Raimúndez, disebut sang Kaisar (el Emperador) merupakan seorang Raja Galisia pada tahun 1111,[1]Raja León dan Kastilia pada tahun 1126. Alfonso awalnya menggunakan gelar Kaisar Spanyol, bersama dengan ibundanya Urraca, ketika ibundanya menunjuknya untuk memerintah langsung di Toledo pada tahun 1116. Alfonso kemudian mengadakan penobatan lain pada tahun 1135 di dalam sebuah upacara besar yang menegaskan kembali tuntutannya atas gelar kekaisaran. Ia merupakan putra Urraca dari León dan Kastilia dan Raymond dari Bourgogne, sesepuh Wangsa Borgonha yang berkuasa di Semenanjung Iberia.
Alfonso adalah seorang tokoh yang bermartabat dan agak misterius. Pemerintahannya ditandai oleh supremasi baru dari kerajaan-kerajaan barat Kristen Iberia atas (Navarra timur dan Aragón) setelah pemerintahan Alfonso I. Ia juga berusaha untuk membuat gelar kekaisaran berarti di dalam praktiknya, meskipun upayanya untuk menguasai baik Kristen dan populasi Muslim bahkan kurang berhasil. Namun niat hegemoniknya tidak pernah membuahkan hasil. Selama ia menjabat, Portugal menjadi independen de facto pada tahun 1128 dan diakui independen de jure pada tahun 1143. Ia merupakan seorang pelindung para penyair, termasuk mungkin penyanyi keliling Marcabru.
Suksesi Tiga Kerajaan
Pada tahun 1111, Diego Gelmírez, Uskup Compostela dan Comte Traba, memahkotai dan mengurapi[2] Raja Alfonso di dalam Katedral Santiago de Compostela.[3] Ia masih sebagai seorang bocah, tetapi ibundanya (1109) telah berhasil mempersatukan takhta León-Kastilia-Galisia dan ingin meyakinkan prospek putranya dan melatihnya untuk menata suksesinya. Pada tahun 1125 ia telah menjadi ahli waris bekas Kerajaan Muslim di Toledo. Pada tanggal 10 Maret 1126, setelah kematian ibundanya, ia dimahkotai di León dan segera mulai memugar Kerajaan Kastilia, yang pada saat itu di bawah kekuasaan Alfonso I. Dengan Perjanjian Támara pada tahun 1127, Alfonso I mengakui Alfonso VII dari Kastilia. Namun wilayah kekuasaannya di timur jauh telah mendapatkan banyak kemerdekaan selama pemerintahan ibundanya dan mengalamai banyak pemberontakan. Setelah pengakuan di Kastilia, Alfonso berjuang untuk mengekang otonomi para baron lokal.
Ketika Alfonso I, Raja Navarra dan Aragón, meninggal tanpa keturunan pada tahun 1134, ia tunduk pada perintah militer. Aristokrasi kedua kerajaan menolak hal tersebut. García Ramírez, Comte Monzón ditunjuk di Navarra dan Alfonso calon pewaris takhta Aragón. Para bangsawan memilih kandidat lain dari saudara mendiang raja, Ramiro II. Alfonso membalasnya dengan menjajah La Rioja, menaklukkan Zaragoza, dan mengatur kerajaan-kerajaan tersebut secara serempak.
Di dalam beberapa pertempuran, ia mengalahkan pasukan gabungan Navarra-Aragon dan menempatkan kerajaan di bawah kekuasannya. Ia mendapat dukungan kuat dari para penguasa utara Pirenia, yang memegang kekuasaan sampai sejauh Sungai Rhône. Namun pada akhirnya, pasukan gabungan dari Navarra dan Aragón terlalu banyak untuk kekuasaannya. Pada saat ini, ia membantu Ramón Berenguer III di dalam perang-perangnya dengan provinsi-provinsi Katalan untuk mempersatukan Marca Hispanica lama.
Pemerintahan Kekaisaran
Tradisi samar selalu memberikan gelar kaisar kepada penguasa León. Sancho III dari Navarra menganggap kota imperiale culmen dan mencetak koin dengan tulisan Imperator totius Hispaniae setelah dimahkotai. Kedaulatan seperti ini dianggap paling representatif langsung dari raja-raja Visigoth, yang telah mengaggap diri mereka sebagai wakil dari Kekaisaran Romawi. Namun meskipun muncul di dalam piagam, dan dituntut oleh Alfonso VI dari León dan Alfonso I, gelar itu kurang lebih sebagai perkembangan retorika.
Pada tahun 1135, Alfonso dimahkotai sebagai "Kaisar Spanyol" di dalam Katedral León.[4] Dengan ini, ia diduga ingin menegaskan kekuasaannya atas seluruh semenanjung dan kepemimpinan mutlak Reconquista. Ia tampaknya telah membentuk persatuan nasional yang belum pernah dimiliki Spanyol sejak jatuhnya kerajaan Visigoth. Kelemahan Aragón membuat keunggulannya efektif. Setelah Afonso I dari Portugal mengakuinya sebagai bawahan pada tahun 1137, Alfonso VII kalah pada turnamen di Arcos de Valdevez pada tahun 1141 yang menegaskan kemerdekaan Portugal.[5] Pada tahun 1143, ia sendiri mengakui status quo dan menyetujui pernikahan Petronila dari Aragon dengan Ramón Berenguer IV, suatu ikatan yang mempersatukan Aragón dan Katalonia ke dalam Mahkota Aragón.
Pada tahun 1142, Alfonso mengepung Coria untuk yang kedua kalinya dan merebutnya. Pada tahun 1144, ia maju sampai ke Córdoba. Dua tahun kemudian, Muwahhidun menyerang dan ia terpaksa membentengi kembali perbatasan selatan dan mencapai kesepakatan dengan Muwahhidun Ibn Ganiya untuk pertahanan bersama mereka. Ketika Paus Eugenius III berkhotbah Perang Salib Kedua, Alfonso VII dengan García Ramírez dari Navarra dan Ramón Berenguer IV, memimpin sebuah pasukan gabungan Katalan dan Suku Franka, dengan A.L. Genova–Pisa, di dalam pernag salib melawan kota pelabuhan Almería yang kaya, yang diduduki pada bulan Oktober 1147. Sepertiga dari kota itu diberikan kepada Genova dan kemudian disewakan kepada Otto de Bonvillano, seorang warga Genova. Pelabuhan itu adalah pelabuhan Mediterania pertama Kastilia.[6] Pada tahun 1151, Alfonso menendatangani Traktat Tudilén dengan Ramón Berenguer. Traktat itu menetapkan zona penaklukkan di Andalusia untuk mencegah kedua penguasa itu berselisih. Enam tahun kemudian, Almería masuk ke dalam kepemilikan Muwahhidun. Alfonso kembali dari ekspedisi terhadap mereka ketika ia meninggal pada saat melewati Muradel di Sierra Morena, kemungkinan di Viso del Marqués (Ciudad Real).[7]
Keluarga
Pada bulan November 1128, ia menikahi Berenguela,[8] putri Ramón Berenguer III. Istrinya meninggal pada tahun 1149. Keturunan mereka adalah:
Alfonso juga memiliki dua orang gundik dan memiliki keturunan bersama mereka. Dengan seorang bangsawan Asturia yang bernama Guntroda Pérez, ia memiliki seorang putri, Urraca (1132–1164), yang menikah dengan García Ramírez, ibundanya menjadi seorang biarawati pada tahun 1133.[10] Kemudian pada masa peemrintahannya, ia berselingkuh dengan Urraca Fernández, janda Comte Rodrigo Martínez dan putri Fernando Garcés de Hita, cucu sah García Sánchez III, memiliki seorang putri Estefanía Alfonso (1148–1180), yang tewas terbunuh oleh suaminya yang pencemburu, Fernán Ruiz de Castro.