1 (angka)

0 1 2
−1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kardinalsatu
Ordinalke-1
(kesatu; pertama)
Sistem bilanganuner
Faktorisasi1
Pembagi1
RomawiI
Romawi (unicode)Ⅰ, ⅰ
awalan Yunanimono- /haplo-
awalan Latinuni-
Biner12
Ternari13
Kuaternari14
Quinary15
Senary16
Oktal18
Duodesimal112
Heksadesimal116
Vigesimal120
Basis 36136
Yunaniα'
Persia١ - یک
Arab١
Urdu۱
Ge'ez
Bengali & Assam
Tionghoa一,弌,壹
Korea일, 하나
Dewanagari (ek)
Telugu
Tamil
Kannada
Ibraniא (alef)
Khmer
Thai
Malayalam

1 (satu) adalah sebuah angka, sistem bilangan, dan nama dari glif yang mewakili angka tersebut. Angka ini merupakan bilangan positif pertama dan terkecil dari barisan bilangan asli. 1 digunakan sebagai satuan dalam pencacahan dan juga pengukuran. Berdasarkan latar belakangnya, lambangnya berevolusi dari lambang milik bangsa Sumeria dan bangsa Babilonia hingga menuju ke lambang sistem bilangan Arab modern.

1 adalah identitas perkalian, yang berarti setiap bilangan yang dikalikan oleh 1 hasilnya tetap sama. 1 tidak dianggap sebagai bilangan prima berdasarkan konvensi. 1 merepresentasikan keadaan hidup ("on") dalam kode biner. 1 juga digunakan dilambangkan sebagai sumber utama atau sumber keberadaan menurut berbagai tradisi filsafat.

Matematika

1 adalah bilangan asli pertama setelah 0. Setiap bilangan asli (termasuk 1) dibangun oleh penerusnya, yang berarti dengan menambahkan satu ke bilangan asli sebelumnya. 1 merupakan identitas perkalian dari bilangan bulat, bilangan real, dan bilangan kompleks: setiap bilangan jika dikalikan dengan 1, hasilnya tetap tidak berubah (). Akibat dari sifat itu, kuadratnya (), akar kuadrat darinya (), dan perpangkatan lain darinya selalu 1.[1] 1 juga merupakan faktorial dari dirinya (), dan 0! sama saja bernilai 1. Hasil tersebut merupakan kasus spesial dari perkalian kosong.[2] 1 memenuhi definisi bilangan prima (bilangan yang dapat dibagi oleh 1 dan dirinya sendiri, yaitu 1; walaupun demikian, berdasarkan konvensi modern, 1 tidak dianggap sebagai bilangan prima maupun bilangan komposit.[3]

Konstruksi matematis dari bilangan asli yang berbeda merepresentasikan 1 dengan berbagai cara. Sebagai contoh, formulasi Giuseppe Peano dalam kumpulan aksioma-aksiomanya yang mendefinisikan bilangan asli dengan cara yang akurat dan logis, 1 diperlakukan sebagai awal mulanya barisan bilangan asli.[4][5] Peano kemudian merevisi aksiomanya lagi yang berbunyi awal mula barisan bilangan asli dimulai dari 0.[4][6] Dalam penugasan kardinal Von Neumann suatu bilangan asli, dengan tiap-tiap bilangan didefinisikan sebagai himpunan yang berisi semua bilangan sebelumnya, 1 dinyatakan sebagai singelton , sebuah himpunan yang berisi anggota 0 sahaja.[7] Palang Romawi [en] merupakan salah satu contoh umum dari sistem bilangan dengan basis-1, karena hanya mengandalkan satu goresan itu sendiri. Meskipun cara ini sangat mudah untuk menyatakan bilangan asli, sistem bilangan basis-1 jarang digunakan sebagai praktek awal dalam berhitung karena kesulitan dalam membaca lambang-lambang tersebut.[8][9]

Dalam banyak permasalahan matematika dan rekayasa, nilai-nilai numerik biasanya dinormalisasikan ke dalam interval satuan ; 1 disini menyatakan nilai maksimum termungkin. Sebagai contoh, berdasarkan definisi tadi, 1 merupakan nilai peluang dari kejadian yang sangat atau hampir pasti terjadi.[10] Contoh lainnya adalah vektor-vektor yang acapkali dinormalisasikan menjadi vektor satuan (vektor bernilai satu), sebab vektor-vektor tersebut acapkali memiliki sifat-sifat yang lebih mudah dipahami. Fungsi-fungsi juga sering kali dinormalisasikan berdasarkan syarat bahwa mereka memiliki integral bernilai satu, memiliki nilai maksimum satu, atau memiliki fungsi yang terintegralkan kuadrat bernilai satu, tergantung penerapannya.[11]

1 merupakan nilai dari konstanta Legendre, sebuah konstanta yang diperkenalkan oleh Adrien-Marie Legendre pada tahun 1808 untuk menyatakan perilaku asimtotik dari fungsi penghitung bilangan prima.[12] Konjektur Weil tentang bilangan Tamagawa berbunyi bahwa bilangan Tamagawa (suatu pengukuran geometris dari suatu grup aljabar linear terhubung atas lapangan bilangan global) bernilai 1 untuk semua grup terhubung sederhana (adalah grup yang terhubung lintasannya tanpa lubang).[13][14]

1 sering muncul dalam banyak kumpulan data numerik di kehidupan nyata. Hal ini disebabkan hukum Benford yang berbunyi bahwa peluang untuk suatu digit terdepan secara signifikan dirumuskan sebagai . Kecenderungan bilangan-bilangan di kehidupan nyata yang menuju pertumbuhan baik secara eksponensial ataupun secara logaritmik malah mendistribusikan ke digit-digit signifikan yang lebih kecil; peluang sering munculnya digit 1 kira-kira 30%.[15]

Simbol dan representasi

Latar belakang

Bangsa Sumeria tercatat sebagai bangsa yang menggunakan sistem bilangan untuk pertama kali. Berawal kira-kira dari abad ketiga SM, sistem bilangan yang digunakan bangsa Sumeria berupa seksagesimal yang tercetak lauh tanah liat.[16] Bangsa Sumeria kuno menggunakan angka 1 dan 60 yang sama-sama terdiri dari aksara-aksara setengah melingkar yang dijajarkan secara mendatar.[17] Kira-kira pada 2350 SM, aksara-aksara melengkung yang digunakan bangsa Sumeria yang kuno itu digantikan dengan aksara-aksara berbentuk paku, dengan angka 1 dan 60 sama-sama dilambangkan dengan simbol yang sama. Sistem aksara paku tersebut merupakan penerus langsung sistem desimal semasa adanya bahasa Ebla dan bahasa semitik Assiro-Babilon.[18] Hampir semua tulisan-tulisan yang masih ada berasal dari zaman bangsa Babilonia kuno (kira-kira 1500 SM) dan Seleucid (kira 300 SM).[16] Lambang untuk menyatakan angka atau bilangan, yang berbentuk aksara paku seperti bangsa Babilonia, memakai lambang yang sama seperti bangsa Babilonia menyatakan 1 and 60.[19]

Negara-negara Barat di zaman modern seringkali menggunakan bilangan Arab untuk menyatakan glif 1ː sebuah garis vertikal yang a memiliki serif di atasnya pada umumnya, dan terkadang ada garis mendatar yang pendek di bawahnya. Penulisan angka 1 ini dapat dilihat kembali pada tulisan Brahmi dari India kuno, yang dilambangkan oleh Ashoka dengan menggambarkan garis vertikal sederhana dalam maklumatnya kira-kira 250 SM.[20] Bentuk tulisan angka tersebut kemudian ditransmisikan ke Eropa di daerah Maghreb dan Al-Andalus pada masa Abad Pertengahan.[21] Sistem bilangan Arab dan beberapa glif lainnya digunakan untuk melambangkan angka satu, seperti bilangan Romawi (I) dan bilangan Mandarin (), yang merupakan logogram. Simbol-simbol ini sering kali secara langsung melambangkan konsep angka 'satu' tanpa mematah-matahkannya menjadi komponen fonetik.[22]

Rupa bentuk simbol di zaman modern

Mesin tik Woodstock pada tahun 1940-an tanpa adanya tombol angka 1.
Hoefler Text, typeface yang didesain pada 1991 menggunakan text figures. Disini angka 1 dibuat mirip dengan huruf kapital "I", tetapi lebih kecil.

Bentuk karakter untuk angka 1 di dalam rupa huruf modern biasanya dibuat ukuran tinggi dan lebarnya yang sama besarnya dengan huruf kapital. Akan tetapi, ada juga rupa huruf dengan glifnya yang mengikuti ukuran x-height [en], yang didesain mengikuti irama hurur-huruf kecil, seperti Horizontal guidelines with a one fitting within lines, a four extending below guideline, and an eight poking above guideline.[23] Contoh rupa huruf yang kedua tadi tersebut ialah Hoefler Text [en], yang menggambarkan angka 1 sebagai huruf I dengan ukuran yang lebih kecilː tampilannya adalah serif yang saling sejajar baik di atas maupun di bawah, sembari mempertahankan tinggi ukuran huruf kapital I. Bentuk karakter tersebut malah terlihat seperti sistem bilangan Romawi yang menggunakan huruf tersebut melambangkan angka 1.[24] Banyak mesin tik lainnya yang tidak memberikan tombol untuk angka 1, melainkan menggantikannya dengan huruf kecil l atau huruf kapital I.[25][26][27][28]

Decorative clay/stone circular off-white sundial with bright gold stylized sunburst in center of the 24-hour clock face, one through twelve clockwise on right, and one through twelve again clockwise on left, with J shapes where ones' digits would be expected when numbering the clock hours. Shadow suggests 3 PM toward the lower left.
Jam di kota Venesia menggunakan huruf J sebagai lambang dari angka 1

Huruf kecil "j" dapat dipandang sebagai variasi swash dari sistem bilangan Romawi "i" berhuruf kecil, dan seringkali digunakan sebagai i terakhir dari sistem bilangan Romawi berhuruf kecil. Beberapa contoh-contoh bersejarah lainnya yang menampilkan huruf j atau J sebagai pengganti sistem bilangan Arab untuk angka 1.[29][30][31][32] Di Jerman, serif di bagian atas dapat diperluas menjadi upstroke yang panjang, yang ukurannya sama seperti garis vertikal. Variasi ini malah menimbulkan kebingungan di berbagai negara sebagaimana menyerupai glif angka 7. Supaya menyajikan perbedaan visual, angka 7 dapat ditambahkan garis stroke mendatar yang melalui garis vertikalnya.[33]

Bidang lain

Berdasarkan bidang sastra, satu merupakan bilangan kardinal yang digunakan untuk mencacah dan mengekpresikan jumlah suatu benda dalam di suatu kumpulan tertentu.[34] Satu juga dapat digunakan untuk awalan bilangan yang menyatakan jumlah sesuatu yang tunggal dan keseluruhan dari sesuatu, yang diawali dengan imbuhan awal kosakata se-, seperti "semalam", "serumpun", dan "sedunia".[35] Beberapa imbuhan lainnya yang menyatakan 1 dalam beberapa bahasa serapan ialah uni- (seperti unifikasi) dalam bahasa Latin, atau mono- (seperti monogami atau monopoli) dalam bahasa Yunani.[36][37]

Dalam teknologi digital, data dinyatakan dengan menggunakan kode biner, yaitu sistem bilangan basis-2 yang terdiri dari barisan digit 1 dan 0. Data-data yang terdigitisasi itu dinyatakan dalam perangkat-perangkat; contohnya adalah perangkat komputer karena mendorong listrik melalui perangkat switch-nya seperti transistor atau gerbang logika, dengan "1" merepresentasikan nilai untuk "menyala". Demikian pula banyak bahasa pemrograman menggunakan 1 untuk menyatakan nilai true.[38][39] Dalam kalkulus lambda dan teori komputablitas, bilangan asli dinyatakan dengan pengodean Church yang dipandang sebagai fungsi; nilai Church untuk 1 dinyatakan dengan fungsi yang diaplikasikan ke suatu argumen sekali saja (1).[40]

Dalam fisika, konstanta fisika yang terpilih ditetapkan bernilai 1 dalam sistem satuan alami supaya menyederhankan ekspresi rumus-rumus, dan cohtohnya dapat ditemukan dalam satuan Planck bahwa kecepatan cahaya bernilai 1.[41] Kuantitas tak berdimensi are juga dikenal sebagai 'kuantitas berdimensi satu'.[42] Dalam mekanika kuantum, kondisi normalisasi untuk fungsi gelombang memerlukan integral dari modulus kuadrat fungsi gelombang supaya nilainya menjadi 1.[43] Dalam kimia, hidrogen selaku elemen pertama di dalam tabel periodik dan unsur yang paling berlimpah di alam semesta memiliki nomor atom 1. Golongan 1 dari tabel periodik tersusun atas hidroge dan logam alkali.[44]

Dalam filosofi, 1 juga acapkali dipandang sebagai simbol kesatuan, yang merepresentasikan Tuhan atau alam semesta dalam tradisi monoteisme.[45] Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap bilangan harus menjadi plural dan tidak boleh menggolongkan 1 sendiri sebagai suatu angka atau bilangan, melainkan sebagai awal mulanya semua angka atau bilangan. Dalam pemahaman filosofis mereka, yang menganggap bahwa bilangan ganjil menyatakan laki-laki dan bilangan genap menyatakan perempuan, 1 dipandang sebagai sesuatu yang netral karena dapat mengubah bilangan genap menjadi bilangan ganjil, dan sebaliknya, melalui operasi penambahan.[45] Nicomachus dari Gerasa, seorang filosofis Neopythagoreanisme, memiliki karya berjudul Arithmetike eisagoge, yang kemudian diperbaiki oleh Boethius dalam terjemahan bahasa Latin. Di dalam karyanya Nicomachus menyetujui bahwa satu bukanlah sebuah angka atau bilangan, tetapi sebagai sumber bilangan.[46] Dalam pemahaman Plotinus dan beberapa pengikut neoplatonisme, 'Yang Satu' berarti sumber utama sekaligus sumber dari segala keberadaan.[47] Filo dari Alexandria memandang bilangan satu sebagai bilangan Tuhan, dan basis untuk semua angka atau bilangan.[48]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Colman 1912, hlm. 9–10, chapt.2.
  2. ^ Graham, Knuth & Patashnik 1994, hlm. 111.
  3. ^ Caldwell & Xiong 2012, hlm. 8–9.
  4. ^ a b Kennedy 1974, hlm. 389.
  5. ^ Peano 1889, hlm. 1.
  6. ^ Peano 1908, hlm. 27.
  7. ^ Halmos 1974, hlm. 32.
  8. ^ Hodges 2009, hlm. 14.
  9. ^ Hext 1990.
  10. ^ Graham, Knuth & Patashnik 1994, hlm. 381.
  11. ^ Blokhintsev 2012, hlm. 35.
  12. ^ Pintz 1980, hlm. 733-735.
  13. ^ Gaitsgory & Lurie 2019, hlm. 204–307.
  14. ^ Kottwitz 1988.
  15. ^ Miller 2015, hlm. 3-4.
  16. ^ a b Conway & Guy 1996, hlm. 17.
  17. ^ Chrisomalis 2010, hlm. 241.
  18. ^ Chrisomalis 2010, hlm. 244.
  19. ^ Chrisomalis 2010, hlm. 249.
  20. ^ Acharya, Eka Ratna (2018). "Evidences of Hierarchy of Brahmi Numeral System". Journal of the Institute of Engineering. 14: 136–142. doi:10.3126/jie.v14i1.20077alt=Dapat diakses gratis. 
  21. ^ Schubring 2008, hlm. 147.
  22. ^ Crystal 2008, hlm. 289.
  23. ^ Cullen 2007, hlm. 93.
  24. ^ "Fonts by Hoefler&Co". www.typography.com. Diakses tanggal November 21, 2023. 
  25. ^ "Why Old Typewriters Lack A "1" Key". Post Haste Telegraph Company. April 2, 2017. 
  26. ^ Polt 2015, hlm. 203.
  27. ^ Chicago 1993, hlm. 52.
  28. ^ Guastello 2023, hlm. 453.
  29. ^ Köhler, Christian (November 23, 1693). "Der allzeitfertige Rechenmeister". hlm. 70 – via Google Books. 
  30. ^ "Naeuw-keurig reys-boek: bysonderlijk dienstig voor kooplieden, en reysende persoonen, sijnde een trysoor voor den koophandel, in sigh begrijpende alle maate, en gewighte, Boekhouden, Wissel, Asseurantie ... : vorders hoe men ... kan reysen ... door Neederlandt, Duytschlandt, Vrankryk, Spanjen, Portugael en Italiën ..." by Jan ten Hoorn. November 23, 1679. hlm. 341 – via Google Books. 
  31. ^ "Articvli Defensionales Peremptoriales & Elisivi, Bvrgermaister vnd Raths zu Nürmberg, Contra Brandenburg, In causa die Fraiszlich Obrigkait [et]c: Produ. 7. Feb. Anno [et]c. 33". Heußler. November 23, 1586. hlm. 3 – via Google Books. 
  32. ^ August (Herzog), Braunschweig-Lüneburg (November 23, 1624). "Gustavi Seleni Cryptomenytices Et Cryptographiae Libri IX.: In quibus & planißima Steganographiae a Johanne Trithemio ... magice & aenigmatice olim conscriptae, Enodatio traditur; Inspersis ubique Authoris ac Aliorum, non contemnendis inventis". Johann & Heinrich Stern. hlm. 285 – via Google Books. 
  33. ^ Huber & Headrick 1999, hlm. 181.
  34. ^ Hurford 1994, hlm. 23–24.
  35. ^ Wiyanto, Sugiyarto & Astuti 2006, hlm. 144.
  36. ^ Chrisomalis, Stephen. "Numerical Adjectives, Greek and Latin Number Prefixes". The Phrontistery. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 29, 2022. Diakses tanggal February 24, 2022. 
  37. ^ Conway & Guy 1996, hlm. 4.
  38. ^ Woodford 2006, hlm. 9.
  39. ^ Godbole 2002, hlm. 34.
  40. ^ Hindley & Seldin 2008, hlm. 48.
  41. ^ Glick, Darby & Marmodoro 2020, hlm. 99.
  42. ^ Mills 1995, hlm. 538-539.
  43. ^ McWeeny 1972, hlm. 14.
  44. ^ Emsley 2001.
  45. ^ a b Stewart 2024.
  46. ^ British Society for the History of Science (July 1, 1977). "From Abacus to Algorism: Theory and Practice in Medieval Arithmetic". The British Journal for the History of Science. Cambridge University Press. 10 (2): Abstract. doi:10.1017/S0007087400015375. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 16, 2021. Diakses tanggal May 16, 2021. 
  47. ^ Halfwassen 2014, hlm. 182–183.
  48. ^ "De Allegoriis Legum", ii.12 [i.66]

Kumpulan sumber

Templat:Number theory


Peringatan: Kunci pengurutan baku "001" mengabaikan kunci pengurutan baku "1 (Number)" sebelumnya.