Ohka (桜花code: ja is deprecated , ōka, bunga sakura) adalah salah satu pesawat yang digunakan dalam misi bunuh diri Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (Kaigun) menjelang berakhirnya Perang Dunia II di medan Pasifik atau Perang Asia Timur Raya (Dai Toa Senso).
Teknis Pesawat
Pesawat ini merupakan pesawat roket-bom terbang karya Letnan Ohta, mirip dengan Pesawat Roket V1 yang digunakan oleh Jerman Nazi. Memiliki panjang sekitar 18 kaki dengan sayap pendek, berbadan gemuk, dan ekor ohka dibuat dari plywood dan badannya dibuat dari logam ringan yang dinamakan duralumin. Beratnya sekitar 2,3 ton dan membawa bahan peledak seberat 1400 kg pada bagian hidungnya.
Bom terbang ini ditenagai tiga mesin roket dan bisa mencapai kecepatan maksimum 550 sampai 600 mil per jam yang membuatnya sulit ditembak jatuh saat lepas meluncur dari pesawat induknya. Karena tidak mempunyai roda dan daya jelajah hanya sekitar 11 mil, maka dia harus diangkut dengan pesawat pembom sampai ke daerah sasaran dan dilepas di ketinggian tidak kurang dari 15 000 kaki. Tidak seperti roket Jerman misalnya yang menggunakan gelombang radio sebagai penuntun kearah sasaran, roket ini menggunakan tenaga manusia sebagai pengendali dengan alasan tingkat keakuratan yang tinggi dimata perencana militer Jepang.
Pilot Ohka berada di pesawat pembom sampai mereka berada di dekat daerah musuh, barulah dia turun lewat sebuah tangga yang berada di dinding sebelah depan "bomb bay" (rak bom) pada pesawat setelah pintu digeser. Si pilot turun dan masuk kokpit pesawat roket. Dia tetap mengadakan komunikasi dengan pesawat induknya melalui sebuah selang komunikasi.
Tindakan selanjutnya adalah mengikat erat tubuhnya dan menarik tutup kokpit tadi. Bunyi sinyal akan terdengar di pesawat induk jika pilot sudah siap. Pilot pembom kemudian akan menekan tombol listrik yang akan menggerakkan sebuah initiator untuk membuka pangait ohka tadi. Pilot kemudian menembakkan roket pertama yang mulai meluncur ke bawah ke arah sasarannya.
Pembuatan dan Uji Coba
Cetak biru Ohka model 11 dibuat dalam waktu yang sangat singkat, hanya dua minggu. Tim produksi di bawah Komodor Tadano Miki mulai bekerja. Para pekerja proyek rahasia ini begitu yakin kalau roket baru ini akan menjadi senjata hebat bagi Jepang, sehingga mereka rela bekerja siang malam dengan mengorbankan waktu istirahat mereka.
Pada bulan Oktober, ujicoba terbang pertama dilakukan. Letnan Nagano sebagai pemegang kontrol. Pesawat roket plywood itu meraung dan melesat di hadapan para penonton, meninggalkan jauh pesawat MitsubishiA6M Zero yang mengiringinya.
"Manuvernya jauh lebih baik daripada Zero", begitu komentar Admiral Osami Nagano dengan bangga, sesaat selesai pengujiannya. Sementara para penonton lain yang terlibat proyek ini serentak menyerukan "banzai" melihat kesuksesan hasil kerja keras mereka.
Selama operasi Kamikaze itu, di Konoike Naval Air Base terus dilakukan aktivitas memikirkan Ohka yang lebih hebat. Mereka berhasil membuat Model 22 yang baru yang merupakan kombinasi pesawat roket-jet yang sedikit lebih cepat daripada Zero, yang memiliki kecepatan sekitar 300 knot. Tapi model baru ini memiliki daya jelajah 10 kali lebih cepat daripada yang pertama. Disamping itu ada lagi model 33 dan 43 yang didesain berkekuatan jet, sehingga tidak lagi bergantung pada pesawat pembom dengan kata lain dia memiliki roda sendiri.
Namun ketiga model itu tidak pernah dipakai sampai perang berakhir. Karena saat Ohka model 22 melakukan uji terbangnya yang pertama, begitu dilepas dari pesawat induk, model baru itu meluncur berputar zig-zag secara tidak terkendali. Kokpitnya akhirnya robek dan pilot pengujinya (test pilot), Letnan Kazutoshi Nagano terlempar sebelum pesawat itu jatuh.
Parasut Nagano hanya terbuka setengah tapi ketika dia mendarat di atas sebuah tumpukan pasir di tepi lapangan dan tampaknya dia mengalami luka ringan. Namun beberapa jam kemudian dia meninggal karena luka dalam.
Melihat kenyataan operasi ini, tampaknya ketiga model ini tidak bisa dipakai karena sangat membahayakan. Karena mengorbankan hidup seseorang pemuda dengan menabrakkan Ohka ke sasaran itu bisa diterima, tapi tidak dibenarkan mengorbankan jiwa saat menguji coba pesawat bunuh diri tersebut.