Yahudi Suriah (bahasa Ibrani: יהודי סוריה, bahasa Arab: اليهود السوريون) adalah orang Yahudi yang tinggal di wilayah negara modern Suriah, termasuk keturunan mereka yang lahir di luar Suriah. Yahudi Suriah terbentuk dari keturunan dua kelompok:
orang Yahudi yang mendiami wilayah Suriah modern dari zaman kuno (dikenal sebagai "Yahudi Musta'arabi", dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai Yahudi Mizrahi, istilah umum untuk orang Yahudi dari Timur Tengah atau Afrika Utara), dan
orang Yahudi Sefardim (orang Yahudi dari Semenanjung Iberia, yaitu Spanyol dan Portugis) yang melarikan diri ke Suriah setelah pengusiran orang Yahudi dari Spanyol (dekret Alhambra pada tahun 1492 M).
Terdapat komunitas besar orang Yahudi di Aleppo (orang "Yahudi Halabi") dan Damaskus (orang "Yahudi Shami") selama berabad-abad, dan komunitas lebih kecil di Qamishli di perbatasan Turki dekat Nusaybin. Pada pertengahan pertama abad ke-20 sebagian besar orang Yahudi Suriah beremigrasi ke Amerika Serikat, Amerika Latin dan Israel. Sebagian besar dari orang Yahudi pergi dalam masa 28 tahun setelah tahun 1973, sebagian karena upaya Judith Feld Carr, yang mengaku telah membantu 3.228 orang Yahudi beremigrasi. Emigrasi secara resmi diizinkan pada tahun 1992.[2] Komunitas Yahudi Suriah terbesar terletak di Brooklyn, New York, diperkirakan berjumlah 75.000 jiwa..[3] Ada sejumlah komunitas kecil di tempat lain di Amerika Serikat dan Amerika Latin.
Sejarah
Telah ada orang Yahudi di Suriah sejak zaman kuno. Menurut tradisi masyarakat, sejak zaman Raja Daud, dan pastinya sejak zaman Romawi Kuno. Pada tahun 70 SM terdapat sekitar 10.000 orang Yahudi di Damaskus. Orang Yahudi dari komunitas kuno ini dikenal sebagai "Musta'arabim" (orang Yahudi Arab), atau "Morisco" bagi kaum Yahudi Sefardim.[4] Banyak kaum Sefardim tiba setelah diusir dari Spanyol pada tahun 1492, dan dengan cepat mengambil posisi kepemimpinan dalam masyarakat.
Pada abad ke-18 dan ke-19, sejumlah orang Yahudi dari Italia dan tempat-tempat lain, yang dikenal sebagai "Señores Francos", menetap di Suriah untuk urusan perdagangan, sementara tetap mempertahankan kewarganegaraan mereka di Eropa.
Orang Yahudi yang tergabung dalam komunitas Kurdi (berasal dari wilayah Kurdistan) merupakan bagian lain dari Yahudi Suriah yang kehadirannya di Suriah mendahului kedatangan Yahudi Sefardim, baru tiba setelah reconquisita.[5]
Sekarang tidak ada lagi perbedaan yang jelas di antara kelompok-kelompok ini, karena mereka telah banyak kawin campur, dan semua menganggap diri mereka sebagai "Sefardim" dalam arti luas. Dikatakan bahwa seseorang dapat membedakan keluarga Aleppo keturunan Spanyol dari kebiasaan menyalakan sebuah lilin Hanukkah tambahan. Kebiasaan ini rupanya berawal pada rasa syukur atas penerimaan mereka oleh masyarakat asli Suriah.
Pada abad ke-19, setelah selesainya Terusan Suez di Mesir pada tahun 1869, rute perdagangan bergeser jauh dari rute darat melalui Suriah, sehingga arti penting komersial Aleppo dan Damaskus mengalami penurunan. Banyak keluarga meninggalkan Suriah untuk pindah ke Mesir (dan beberapa ke Libanon) dalam dekade berikutnya. Frekuensi kepergian ini meningkat hingga Perang Dunia I, ketika orang Yahudi meninggalkan daerah Timur Dekat untuk pindah ke negara-negara Barat, terutama Britania Raya, Amerika Serikat, Meksiko dan Argentina. Emigrasi terus berlanjut, terutama setelah pembentukan negara Israel pada tahun 1948, karena adanya agresi Muslim yang berulang-ulang terhadap komunitas Yahudi di Suriah.
Bermula dari liburan Paskah tahun 1992, 4.000 anggota tersisa dari komunitas Yahudi Damaskus (bahasa Arab: Yehud ash-Sham) serta komunitas Aleppo dan orang Yahudi Qamishli diizinkan untuk meninggalkan Suriah di bawah rezim Hafez al-Assad asalkan mereka tidak beremigrasi ke Israel. Dalam beberapa bulan, ribuan orang Yahudi Suriah pergi ke Brooklyn, sementara beberapa keluarga memilih untuk pergi ke Prancis dan Turki. Mayoritas menetap di Brooklyn dengan bantuan kerabat mereka dari komunitas Yahudi Suriah yang sudah menetap lebih dahulu di sana.
Sejumlah kecil orang Yahudi yang masih tersisa di Suriah tinggal di Damaskus.[6]
Pemisahan kaum Halabi/Shami di diaspora
Ketika banyak orang Yahudi Suriah pindah ke dunia baru dan menetap di sana, terjadi pemisahan antara mereka yang berasal dari Aleppo (orang "Yahudi Halabi", juga dieja "Halebi" atau "Chalabi") dan dari Damaskus (orang "Yahudi Shami"), dua pusat komunitas Yahudi utama di Suriah.[7][8] Pemisahan ini tetap ada sampai sekarang, di mana masing-masing komunitas mempertahankan sejumalh lembaga budaya dan organisasi sendiri, dan pada tingkat yang lebih rendah, preferensi untuk menikah di antara kelompok mereka sendiri.[7][8]
Foto
Murid-murid Yahudi pada sekolah Maimonides di "'Amarah al Juwwānīyah", di Maison Lisbona, Damaskus. Foto itu diambil sesaat sebelum perginya sebagian besar komunitas Yahudi Suriah yang tersisa pada tahun 1992.
Kepala Rabbi Jacob Saul Dwek, Hakham Bashi dari Aleppo, Suriah, 1908.
Rabbi Jacob Saul Dwek dan para pejabat sinagoge besar di Aleppo.
Mahzor Shelom Yerushalayim, ed. Albeg: New York, Sephardic Heritage Foundation 1982
Siddur Kol Mordechai, ed. Faham bros: Jerusalem 1984 (minḥah and arbit only)
Sha'are Ratson, ed. Moshe Cohen: Tel Aviv 1988, repr. 2003 (High Holy Days only)
Kol Yaakob, ed. Alouf: New York, Sephardic Heritage Foundation 1990 (Hebrew only; revised edition 1996, Hebrew and English; a new edition is in preparation)
The Aram Soba Siddur: According to the Sephardic Custom of Aleppo Syria, Moshe Antebi: Jerusalem, Aram Soba Foundation 1993 (minḥah and arbit only)
^Chafets, Zev (14 October 2007). "The Sy Empire". The New York Times.
^Istilah ini mungkin diturunkan dari kata Spanyol untuk bangsa "Moor", atau korupsi kata Mashriq, yang berarti pemakai bahasa Arab dari negeri-negeri timur.
Abadi, J.F., A Fistful of Lentils: Syrian-Jewish Recipes from Grandma Fritzie's Kitchen: Harvard 2002. Hardback: ISBN 1-55832-218-3
Ades, Abraham, Derech Ere"tz: Bene Berak 1990
Collins, Lydia, The Sephardim of Manchester: Pedigrees and Pioneers: Manchester 2006 ISBN 0-9552980-0-8
Dobrinsky, Herbert C.: A treasury of Sephardic laws and customs: the ritual practices of Syrian, Moroccan, Judeo-Spanish and Spanish and Portuguese Jews of North America. Revised ed. Hoboken, N.J.: KTAV; New York, N.Y.: Yeshiva Univ. Press, 1988. ISBN 0-88125-031-7
Harel, Yaron, Sifre Ere"tz: ha-Sifrut ha-Toranit shel Ḥachme Aram Tsoba (The Books of Aleppo: Torah Literature of the Rabbis of Aleppo): Jerusalem 1996 summarized here
Idelsohn, A.Z., Phonographierte Gesänge und Aussprachsproben des Hebräischen der jemenitischen, persischen und syrischen Juden: Vienna 1917
Katz, Ketsi'ah (1981), Masoret ha-lashon ha-'Ibrit shel Yehude Aram-Tsoba (Ḥalab) bi-qri'at ha-Miqra ve-ha-Mishnah (The Hebrew Language Tradition of the Jews of Aleppo in the Reading of the Bible and Mishnah), Magnes Press, Jerusalem, ISSN 0333-5143
Kligman, Mark, Maqam and Liturgy: Ritual, Music and Aesthetics of Syrian Jews in Brooklyn, Detroit 2009
Laniado, David Tsion, La-Qedoshim asher ba-are"ts: Jerusalem 1935 repr. 1980