Istilah "Wanita Akhir Zaman" berasal dari bahasa Arab yang berakar pada konsep al-ākhir (الأخر) yang berarti "akhir" atau "penghabisan" dan zamān (زمان) yang berarti "waktu" atau "masa." Secara harfiah, "akhir zaman" merujuk pada masa-masa akhir menjelang terjadinya peristiwa besar dalam ajaran Islam, yakni hari kiamat atau peristiwa yang menandai perubahan drastis pada dunia.[4]
Dalam konteks Islam, frasa "Wanita Akhir Zaman" digunakan untuk menggambarkan perilaku, karakteristik, dan kondisi moral wanita pada masa-masa yang dianggap mendekati akhir zaman. Tanda-tanda ini dikaitkan dengan berbagai hadis dan nash yang membahas fenomena sosial yang dianggap menyimpang atau tidak sesuai dengan syariat, seperti perilaku tabarruj (memamerkan aurat atau kecantikan), peningkatan jumlah wanita dibandingkan dengan pria, serta perilaku yang dianggap sebagai kemunduran moral.[4]
Penyebutan dalam Al-Quran
Dalam Al-Qur'an, fenomena atau perilaku wanita yang terkait dengan tabarruj dan godaan akhir zaman tidak disebutkan secara eksplisit dalam istilah "wanita akhir zaman." Namun, terdapat ayat-ayat yang menyinggung perilaku dan etika kaum wanita, terutama dalam konteks menjaga kehormatan, kesucian, serta sikap yang pantas dalam masyarakat. Ayat-ayat ini sering dijadikan landasan oleh ulama dalam menjelaskan tanda-tanda wanita pada akhir zaman.[5]
Salah satu ayat yang sering dikaitkan dengan fenomena perilaku wanita adalah Surah Yusuf ayat 28, yang berbicara tentang sikap dan niat buruk dari wanita yang tidak menjaga kehormatannya. Dalam kisah Yusuf dan Zulaikha, ayat ini menggambarkan bagaimana Zulaikha mencoba menggoda Nabi Yusuf. Ayat ini menyebutkan bahwa[6]:
"Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Sungguh tipu dayamu itu besar."
— (Q.S. Yusuf: 28)
Ayat ini sering dijadikan referensi terkait pentingnya menjaga moralitas dan kehormatan, terutama dalam konteks wanita agar tidak tergoda dan tidak menggoda orang lain dengan sikap atau perilaku yang tidak sesuai.[6]
Pada Surah An-Nur ayat 31, yang berisi perintah agar wanita beriman menjaga pandangan dan kemaluannya serta tidak menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak. Ayat ini sering dikaitkan dengan larangan terhadap perilaku Tabarruj[7]:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat...'"
— (Q.S. An-Nur: 31)
Pada Surah Al-Ahzab ayat 33, yang memerintahkan wanita untuk tidak bertabarruj seperti pada zaman jahiliah:
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah bertabarruj (berhias) dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu..."
— (Q.S. Al-Ahzab: 33)
Ayat ini mengandung perintah bagi para wanita agar tidak memamerkan kecantikan secara berlebihan, sebagaimana yang terjadi pada masa pra-Islam atau Jahiliyah.[8]
Didalam Surah Al-Ahzab ayat 59 juga memerintahkan para wanita mukmin untuk menjulurkan jilbab mereka agar dikenali sebagai wanita yang baik dan terlindungi dari gangguan. Yang berbunyi:
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
— (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Ini adalah dasar untuk pemakaian jilbab sebagai tanda kesopanan.[9]
Tanda-tanda
Jumlah Wanita yang Lebih Banyak dari Pria
Salah satu tanda akhir zaman adalah ketidakseimbangan jumlah wanita dan pria. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Sungguh aku akan memberitakan kepada kalian sebuah hadits yang tidak akan diriwayatkan oleh seorang pun sesudahku”[Catatan 1], aku mendengar Nabi Islam Muhammad bersabda[10]:
“Di antara tanda-tanda Kiamat adalah sedikitnya ilmu, merajalelanya kebodohan, merajalelanya zina, banyaknya kaum wanita, dan sedikitnya kaum pria, hingga untuk lima puluh orang wanita hanya ada satu orang laki-laki yang mengurusnya.’”
Ibnu Hajar, seorang ulama besar, menafsirkan bahwa fenomena ini merupakan tanda murni dari hari kiamat yang tidak disebabkan oleh faktor tertentu. Menurutnya, pada akhir zaman, Allah SWT dapat mengurangi jumlah kelahiran bayi laki-laki dan memperbanyak jumlah kelahiran bayi perempuan. Beberapa studi demografis modern juga menunjukkan bahwa di berbagai negara jumlah wanita memang melebihi jumlah pria, yang oleh beberapa orang diinterpretasikan sebagai salah satu tanda kebenaran hadis.[11]
Ada yang berpendapat bahwa hal itu disebabkan banyaknya fitnah (peperangan), sehingga banyak kaum pria yang terbunuh, karena mereka adalah orang-orang yang selalu melakukan peperangan dan bukan kaum wanita. Dan Ada pula yang berpendapat bahwa hal itu disebabkan banyaknya penaklukan, yang berakibat banyak pula tawanan wanita, sehingga seorang laki-laki banyak mendapatkan para wanita tawanan yang bisa disetubuhi olehnya.[10]
Yang dimaksud lima puluh bukanlah jumlah secara hakiki [Catatan 2],sebab dijelaskan di dalam hadits Abu Musa Radhiyallahu anhu[10]:
“Dan akan disaksikan satu orang laki-laki diikuti oleh 40 wanita, mereka bersenang-senang dengannya.”
— (HR Abu Musa).
Perilaku dalam Pakaian Wanita di Akhir Zaman
Dalam berbagai riwayat, Nabi Islam Muhammad menggambarkan perubahan dalam cara berpakaian dan perilaku wanita di akhir zaman sebagai tanda yang mengindikasikan melemahnya nilai-nilai moral. Disebutkan bahwa:
”Ada dua macam penduduk neraka yang belum pernah kulihat. Yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk mencambuk manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang bergoyang dan membuat orang lain bergoyang, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal bau surga itu bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”
Fenomena ini dikaitkan dengan kebiasaan tabarruj, yaitu memamerkan aurat atau mengenakan pakaian yang menarik perhatian.[13][14]Fenomena ini dianggap mengindikasikan pergeseran nilai dalam masyarakat, di mana standar berpakaian dan kesopanan menjadi lebih longgar, bahkan di kalangan muslimah.[3][1]
Ada juga yang mengatakan bahwa makna “berpakaian tetapi telanjang” adalah wanita tersebut menutupi badannya akan tetapi mengikat kerudungnya, mengetatkan pakaiannya, sehingga lekuk-lekuk bagian tubuhnya nampak, dada juga pantatnya tercetak, atau sebagian badannya terbuka, kemudian dia disiksa karena hal itu di akhirat.[Catatan 3]
Perzinahan dan Penyalahgunaan Alkohol
Hadis-hadis akhir zaman juga menyebutkan bahwa perzinahan dan penggunaan khamar (alkohol) akan merajalela. Nabi Islam Muhammad menyebutkan bahwa
”menjelang hari kiamat, perzinahan, alat musik akan menjadi hal yang lumrah, dan khamar akan diminum secara terbuka”
— (HR Bukhari).
Fenomena ini dapat dilihat dalam perubahan sosial di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara yang dulunya terkenal karena nilai-nilai kesopanan yang kuat. Norma-norma pergaulan antara pria dan wanita menjadi lebih longgar, dan perilaku yang dulunya dianggap tabu kini semakin diterima oleh masyarakat luas.[2][3]
Anak yang Durhaka pada Orang Tua
Tanda lainnya adalah fenomena di mana seorang “budak wanita melahirkan tuannya.” Hal ini ditafsirkan oleh para ulama dengan berbagai pandangan, salah satunya adalah bahwa anak-anak di akhir zaman akan memperlakukan orang tua, terutama ibu, dengan tidak hormat. Beberapa ulama menafsirkan fenomena ini sebagai gambaran tentang kekacauan sosial di mana anak-anak tidak lagi menghormati orang tua mereka, atau bahkan memperlakukan mereka layaknya budak. Fenomena durhaka kepada orang tua ini dianggap sebagai indikasi dari kemunduran nilai-nilai keluarga dan akhlak pada akhir zaman.[2]
Dajjal dalam tradisi Islam digambarkan sebagai sosok yang akan muncul pada akhir zaman untuk menyesatkan manusia dari kebenaran. Dalam berbagai literatur Islam, disebutkan bahwa Dajjal akan memiliki sejumlah pengikut yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Menurut bukuArmageddon: PeperanganAkhir Zaman Menurut Al-Qur'an dan Hadits, ada enam kelompok besar yang digambarkan sebagai pengikut Dajjal. Mereka terdiri dari kaum Yahudi, setan dan jin, orang-orang dengan perilaku seks menyimpang, orang-orang yang bermaksiat, wanitaakhir zaman, serta kelompok Khawarij, yaitu golongan yang mudah mengkafirkan orang lain.[15]
"Mayoritas pengikut Dajjal adalah Yahudi dan wanita”
— (HR Ahmad).
Hadits ini memperkuat pemahaman bahwa dua kelompok tersebut akan menjadi pengikut Dajjal yang terbesar.[15]
Wanita digambarkan sebagai kelompok yang rentan terpengaruh oleh fitnah Dajjal, terutama mereka yang memiliki keimanan lemah. Dalam buku Asyrath As-Sa'ah Al-'Alamat Al-Kubra karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy, disebutkan bahwa pada masa itu seorang pria akan menjaga keluarganya, seperti ibu, putri, saudari, atau bibinya, untuk menghindari pengaruh Dajjal. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Umar, di mana Nabi Islam Muhammad bersabda:
“Dajjal akan turun ke lembah Mirqonah, dan mayoritas pengikutnya adalah kaum wanita, sampai-sampai ada seorang pria yang pergi ke istrinya, ibunya, putrinya, saudarinya, dan bibinya lalu mengikat mereka karena khawatir mereka keluar untuk mengikuti Dajjal.”
— (HR Ahmad).
Ciri-ciri wanita akhir zaman yang menjadi pengikut Dajjal dijelaskan lebih lanjut dalam berbagai literatur Islam. Mereka yang disebutkan cenderung mengabaikan keimanan dan melupakan kewajiban untuk menyembah Allah SWT, serta mudah tergoda dengan kesenangan dunia. Menurut Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya Utusan Terakhir dan Fitnah Dajjal, wanita dengan keimanan yang lemah akan cenderung lalai dalam melaksanakan ajaran agama, sehingga memudahkan mereka terjerumus dalam godaan Dajjal.[15]
Beberapa hadits mengisyaratkan bagaimana bangsa Bani Israil pada masa lalu mengalami kehancuran karena kelalaian dalam menjaga kehormatan dan kesopanan. Nabi Islam Muhammad memberikan peringatan kepada umat Muslim agar menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran, sehingga mereka dapat menghindari tindakan serupa yang dapat membawa dampak negatif bagi umat.[16]
"Sesungguhnya dunia ini manis dan memikat, dan sesungguhnya Allah akan menjadikan kamu khalifah di dalamnya, maka Dia akan melihat bagaimana kamu berbuat. Maka berhati-hatilah terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama kali yang menimpa Bani Israil adalah karena Wanita."
— (HR. Muslim dan Ahmad)
Hadits ini menegaskan bahwa fitnah atau ujian yang pertama kali melanda Bani Israil, yang pada akhirnya berkontribusi pada kehancuran moral dan sosial mereka, adalah karena ketidakmampuan mereka menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan dalam berinteraksi dan bergaul dengan perempuan.[16]
Perempuan sebagai Penghuni Neraka Terbanyak
Menurut beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kaum perempuan. Hadits ini disampaikan dalam beberapa kesempatan, termasuk ketika Nabi Islam Muhammad memberi khutbah saat sholat gerhana.[17]
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.”
— (HR. Muslim dan Ahmad)
Para ulama menjelaskan bahwa hadits-hadits ini adalah peringatan agar kaum perempuan menjaga diri dari dosa-dosa dan maksiat yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Bukan berarti semua perempuan akan menjadi penghuni neraka, namun menunjukkan adanya kecenderungan tertentu yang menyebabkan perempuan lebih rentan terjerumus ke dalam dosa tertentu, yang bila tidak dihindari dapat menjadi sebab masuknya mereka ke dalam neraka.[17]
Beberapa penyebab yang disebutkan dalam literatur Islam terkait perbuatan yang dapat menjerumuskan kaum perempuan menjadi penghuni neraka seperti mengubah ciptaan Allah, menyambung rambut, mencukur rambut hingga menyerupai laki-laki, atau tindakan lain yang dianggap mengubah bentuk tubuh secara tidak wajar. Dalam hal ini, Surah An-Nisa ayat 117-120 menyinggung larangan mengikuti setan yang mendorong manusia mengubah ciptaan Allah[17]:
""Mereka tidak menyembah selain Dia, kecuali berhala dan mereka juga tidak menyembah, kecuali setan yang durhaka. Allah melaknatnya. Dia (setan) berkata, "Aku benar-benar akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu. Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong mereka, menyuruh mereka (untuk memotong telinga-telinga binatang ternaknya) hingga mereka benar-benar memotongnya, dan menyuruh mereka (mengubah ciptaan Allah) hingga benar-benar mengubahnya." Siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah sungguh telah menderita kerugian yang nyata. (Setan) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong mereka. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka.")
Beberapa hadits juga menyebutkan bahwa mengingkari kebaikan suami dapat menjadi salah satu sebab yang membuat perempuan lebih rentan terhadap ancaman neraka. Dalam sebuah hadits disebutkan[17]:
"Rasulullah SAW bersabda, 'Aku diperlihatkan neraka, dan aku tidak pernah melihat pemandangan seperti hari ini. Aku melihat bahwa mayoritas penghuninya adalah perempuan.' Para sahabat bertanya, 'Mengapa demikian, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Karena mereka banyak mengingkari kebaikan suaminya.'"
— (HR. Bukhari)
Catatan
^Musnad Imam Ahmad (V/333), syarah Ahmad Syakir, telah terdahulu takhrijnya, dan hadits ini shahih. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (VI/140), dan Fat-hul Baari (V/262).
^Lihat Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim (XVII/190).
^Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh: Muslim [no. 2742 (99)], Ahmad (III/22), an-Nasâ`i dalam as-Sunanul-Kubra (no. 9224), Ibnu Hibban (no. 3211-at-Ta’lîqâtul-Hisân), al-Baihaqi (VII/91), ath-Thahawi dalam Syarh Musykilul-Âtsâr (no. 4326), al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (no. 2243), dan lainnya.