Unjuk rasa besar-besaran bermula di Kazakhstan pada 2 Januari 2022 setelah lonjakan tiba-tiba harga gas cair setelah pencabutan batasan harga yang diberlakukan pemerintah pada 1 Januari. Unjuk rasa bermula di kota penghasil minyak Zhanaozen, tetapi kemudian dengan cepat menyebar ke kota-kota lain di Kazakhstan terutama kota terbesar Almaty. Unjuk rasa ini didorong oleh meningkatnya ketidakpuasan terhadap pemerintah dan kesenjangan ekonomi.[11][12] Selama kerusuhan dan tindakan keras selama seminggu, 225 orang tewas dan hampir 10 ribu orang ditangkap.
Sebagai konsesi, Presiden Kassym-Jomart mengatakan bahwa batas harga bahan bakar kendaraan senilai 50 tenge tiap liter telah dipulihkan selama 6 bulan.[18][19][20] Pada 7 Januari, ia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sebagian besar ketertiban konstitusional telah dipulihkan di semua wilayah negara.[21][22][23] Ia juga mengumumkan dirinya telah memerintahkan pasukan untuk menggunakan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa dan memberi wewenang instruksi untuk menembak tanpa peringatan kepada siapa pun yang berunjuk rasa. Ia menyebut pengunjuk rasa sebagai bandit dan teroris serta mengatakan bahwa penggunaan kekuatan akan terus membubarkan unjuk rasa.[24][25][26][27]
Pada 10 Januari, pemerintah mengumumkan hari berkabung bagi para korban unjuk rasa.[28] Pada 11 Januari, Kassym-Jomart mengatakan bahwa ketertiban telah dipulihkan di Kazakhstan dan unjuk rasa berakhir.[29] Ia mengumumkan bahwa pasukan CSTO akan mulai menarik diri dari Kazakhstan pada 13 Januari dan ditarik sepenuhnya pada 19 Januari.[30] Dalam pidatonya di depan parlemen mengenai hari-hari terakhir, ia menjanjikan reformasi dan mengakui ketidakpuasan publik atas ketidaksetaraan pendapatan serta mengkritik Nursultan dan rekan-rekannya karena kekayaan mereka.[31] Ia juga mencalonkan perdana menteri baru Alihan Smaiylov dan dan Memecat menteri Pertahanan Murat Bektanov.[32] Penerbangan internasional dilanjutkan ke dan dari ibu kota Nur-Sultan.[33]
Latar belakang
Setelah pembubaran Uni Soviet, orang-orang kaya yang memiliki hubungan dengan bekas Pemerintah Uni Soviet menerima perlakuan istimewa dengan memperoleh kekayaan dari penswastaan dan kepemilikan tanah mereka atas daerah-daerah yang memiliki sumber daya yang berharga.[12]Nursultan Nazarbayev menjadi Presiden Kazakhstan pertama setelah pembubaran Uni Soviet dan memerintah negara itu sejak 1990 hingga 2019. Selama waktu itu, pengamat internasional tidak mengakui pemilihan umum di Kazakhstan yang adil,[15] dengan The Daily Telegraph memandang Nursultan memerintah negara itu melalui otoritarianisme, nepotisme, dan menahan oposisi.[34]
Selama periode ini, Kazakhstan menjadi salah satu negara berkinerja terkuat di Asia Tengah dengan produksi minyak menyumbang sebagian besar dari pertumbuhan ekonomi sampai harga minyak turun pada pertengahan dasawarsa 2010-an.[35] Negara ini juga memiliki sekitar 40% sumber daya uranium dunia di dalam wilayahnya.[12] Walau begitu, tidak ada manfaat ekonomi yang dibagikan ke seluruh penduduk dengan upah minimum di Kazakhstan untuk individu biasa kurang dari US$100 per bulan dan kesenjangan ekonomi meluas.[12] Pada tahun 2012, Forum Ekonomi Dunia mencatat korupsi sebagai masalah terbesar dalam berbisnis di negara ini,[36] sementara Bank Dunia memasukkan Kazakhstan sebagai titik rawan korupsi setara dengan Angola, Bolivia, Kenya, dan Libya.[37] Pada tahun 2013, Aftenposten mengutip aktivis hak asasi manusia dan pengacara Denis Jivaga yang mengatakan bahwa terdapat dana minyak di Kazakhstan, tetapi tidak ada yang tahu cara pendapatan itu dibelanjakan.[38] Menyusul berbagai skandal perbankan internasional, orang kaya Kazakhstan beremigrasi ke luar negeri terutama Britania Raya.[12] Pada tahun 2018, Crédit Suisse menempatkan Kazakhstan pada peringkat ke-169 dari 174 negara dalam agihan kekayaan.[39] Pada tahun 2022, 55% kekayaan Kazakhstan dikuasai oleh 162 orang kaya.[12]
Kota penghasil minyak di MangystauZhanaozen memiliki sejarah mogok dan unjuk rasa buruh. Pada tahun 2011, kerusuhan pecah di Zhanaozen di tengah peringatan 20 tahun Kazakhstan yang menyebabkan 16 orang tewas dan 100 orang terluka menurut angka resmi. Pasukan keamanan Kazakhstan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa yang menuntut keadaan kerja yang lebih baik. Saat itu, harga satu liter gas minyak cair, campuran butana dan propana yang merupakan bahan bakar kendaraan umum di Zhanaozen, berkisar antara 30 hingga 35 tenge dan telah berulang kali naik sejak saat itu. Menyusul unjuk rasa pada tahun 2018 lebih lanjut dan tindakan keras Nursultan terhadap demonstrasi, ia diangkat menjadi Ketua Dewan Keamanan Kazakhstan seumur hidup.[34]
Sejak Januari 2019, Pemerintah Kazakhstan melakukan kebijakan peralihan bertahap ke perdagangan pasar elektronik gas minyak cair untuk mengakhiri subsidi gas negara secara bertahap dan memungkinkan pasar menentukan harga yang mengakibatkan kenaikan harga gas minyak cair menurut Eurasianet.[40]
Pada Januari 2020, unjuk rasa diadakan di Zhanaozen ketika penduduk menuntut penurunan harga gas yang naik dari 55 menjadi 65 tenge.[41] Ketika pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, langkah-langkah pengetatan anggaran dan jumlah stimulus ekonomi yang tidak memadai dari pemerintah mengakibatkan inflasi dan upah yang stagnan.[12]
Sejak 1 Januari 2022, menurut pengunjuk rasa Zhanaozen, harga gas minyak cair melonjak hampir dua kali lipat menjadi 120 tenge tiap liter, sehingga menyebabkan kemarahan warga.[42] Ketidakpuasan lebih lanjut dengan mantan Presiden Nursultan, oligarki, korupsi, dan ketimpangan ekonomi kemudian akan memicu unjuk rasa yang lebih luas.[12][15]
Tujuan
Tujuan unjuk rasa yang dilaporkan setelah unjuk rasa dimulai termasuk seruan untuk perubahan politik besar. Menurut Darkhan Sharipov dari Oyan, kelompok aktivis Qazaqstan, para pengunjuk rasa menginginkan reformasi politik yang nyata dan pemilihan yang adil, dan muak terhadap korupsi dan nepotisme.[15] Menurut The New York Times, para pemrotes menginginkan para pemimpin wilayah Kazakhstan dipilih secara langsung daripada ditunjuk oleh presiden.[43]
Unjuk rasa
2 Januari
Pada pagi 2 Januari, penduduk Zhanaozen menutup jalan sebagai penentangan terhadap kenaikan harga gas. Dari situ, para pengunjuk rasa meminta akim Mangystau, Nurlan Nogaev, dan akim kota Maksat Ibagarov untuk mengambil tindakan dalam menstabilkan harga dan mencegah kelangkaan bahan bakar. Penduduk bertemu dengan penjabat akim Zhanaozen Galym Baijanov yang menyarankan massa untuk menulis surat keluhan kepada pemerintah kota tempat para pengunjuk rasa ingat bahwa keluhan mereka seharusnya diabaikan oleh pejabat kota.[44]
3 Januari
Ratusan penduduk Zhanaozen berkumpul dan berkemah di alun-alun kota semalaman. Saat warga lain bergabung dengan massa pada sore hari, diperkirakan 1.000 orang berada di alun-alun meneriakkan dan menuntut pemilihan langsung pemimpin lokal. Petugas polisi tidak melakukan campur tangan ketika berdiri di pinggir alun-alun selama unjuk rasa.[45] Akim Mangystau Nurlan Nogaev dan Akim Zhanaozen Maqsat bağarov serta Direktur Pabrik Pengolahan Gas Kazakh Nakbergen Tulepov berusaha menenangkan para pengunjuk rasa dengan tiba di alun-alun dan berjanji menurunkan harga gas menjadi 85–90 tenge, tetapi gagal. Nurlan serta bawahannya terpaksa melarikan diri dari alun-alun oleh massa yang marah.[46]
Presiden Kassym-Jomart Tokayev bercuit mengenai keadaan tersebut telah menginstruksikan pemerintah untuk mempertimbangkan situasi di Mangystau dengan memperhatikan kelayakan ekonomi di bidang hukum. Kassym-Jomart juga meminta para pengunjuk rasa untuk tidak mengganggu ketertiban umum, mengingat bahwa warga Kazakh memiliki hak untuk menyatakan suara mereka secara terbuka kepada pemerintah daerah dan pusat dengan mengatakan bahwa hak itu harus sesuai dengan hukum.[47] Sebuah komisi pemerintah yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Eraly Togjanov dibentuk untuk mempertimbangkan keadaan sosial-ekonomi di Mangystau.[48]
Laporan penangkapan diterima dari kota Nur-Sultan, Aktobe, dan Almaty tempat Alun-alun Republik dikerahkan. Kota-kota lain menyaksikan peningkatan kehadiran polisi di tempat umum.[49]
Di Aktau, sekelompok pengunjuk rasa muncul di Lapangan Yntymaq di depan gedung pemerintahan kota dengan mendirikan tenda dan yurt untuk perkemahan. Pada malam hari, diperkirakan 6 ribu pengunjuk rasa berada di alun-alun menuntut pengurangan biaya gas serta pengunduran diri pemerintah. Mereka bergabung dengan kelompok pendukung lain yang dilaporkan dari daerah dan kota tetangga di seluruh Kazakhstan.[50] Akim Mangystau Nurlan Nogaev mendatangi unjuk rasa itu dan mengingatkan ramai orang bahwa Pemerintah Kazakhstan telah menurunkan harga gas serta Badan Perlindungan dan Pengembangan Persaingan telah meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap pemasok gas karena dugaan kolusi harga. Nurlan mendesak para pengunjuk rasa untuk menjaga ketertiban umum dan meminta mereka mengadakan dialog yang membangun dengan pihak berwenang.[51]
4 Januari
Pada 4 Januari, sekitar 1.000 orang berkumpul untuk berunjuk rasa di pusat kota Almaty. Polisi menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.[52] Kassym-Jomart menandatangani dekret untuk memberlakukan keadaan darurat di Distrik Mangystau dan Almaty dari 5 Januari 01:30 waktu setempat hingga 00:00 19 Januari.[53] Menurut Tokayev, semua tuntutan yang sah dari para pengunjuk rasa akan dipertimbangkan.[52] Sebuah komisi khusus, setelah bertemu dengan pengunjuk rasa, setuju untuk menurunkan harga LPG menjadi 50 tenge tiap liter.[42] Organisasi pengawas internet NetBlocks mendokumentasikan gangguan internet yang signifikan dengan "dampak tinggi pada layanan seluler" yang kemungkinan akan membatasi kemampuan publik untuk mengekspresikan ketidakpuasan politik.[54][55]
5 Januari
Pada 5 Januari, Kassym-Jomart menerima pengunduran diri dari kabinet Askar. Pada hari yang sama, seorang koresponden Reuters melaporkan ribuan pengunjuk rasa mendesak maju menuju pusat kota Almaty setelah pasukan keamanan gagal membubarkan mereka dengan gas air mata dan granat kejut.[13][56] Kemudian pada hari yang sama, Kassym-Jomart mengumumkan bahwa mantan Presiden Nursultan Nazarbayev telah mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan Keamanan Kazakhstan dan langsung digantikan oleh Kassym-Jomart sendiri.[57] Monitor hak digital NetBlocks melaporkan bahwa gangguan internet telah meningkat pada pukul 17:00, sehingga Kazakhstan berada dalam pemadaman Internet berskala negara setelah gangguan Internet seluler dan pembatasan sebagian selama sehari.[54][58][59][60]
Di Almaty, kantor walikota diserbu dan dibakar.[61][15] Tempat yang menyimpan senjata ringan direbut oleh pengunjuk rasa.[62] Unjuk rasa di Bandar Udara Internasional Almaty mengakibatkan penerbangan dibatalkan dan dialihkan.[15] Pemerintah melaporkan adanya lima pesawat yang direbut pengunjuk rasa.[62] Dua tentara Kazakhstan dilaporkan tewas saat berusaha merebut kembali bandar udara itu.[63] Media pemerintah Rusia melaporkan bahwa pengunjuk rasa juga menyerang rumah Presiden Kassym-Jomart dengan senapan dan granat sehingga hancur sebagian.[64] Selain itu, kantor Partai Nur Otan yang berkuasa juga dibakar.[65] Kelompok lobi bisnis Kazakhstan Atameken melaporkan serangan terhadap bank, toko, dan rumah makan.[66]
Di Taldykorgan, patung mantan pemimpin Nursultan dirobohkan dan dihancurkan oleh pengunjuk rasa yang berteriak "Orang tua, pergilah!".[68][64]
Pada sore hari, Presiden Kassym-Jomart mengumumkan keadaan darurat nasional hingga 19 Januari. Keadaan darurat akan mencakup jam malam dari pukul 23:00 hingga 07:00, pembatasan pergerakan sementara, dan larangan pertemuan massal.[69] Selama pidato yang disiarkan televisi, presiden mengancam akan menindak para pengunjuk rasa dengan menyatakan bertindak sekuat mungkin dan menekankan dirinya berniat melarikan diri dari Kazakhstan.[15]
Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan menerbitkan pernyataan yang berbunyi: "Karyawan departemen kepolisian Almaty telah meluncurkan operasi pembersihan di jalan-jalan Karasay-batyr dan Masanchi. Tindakan sedang diambil untuk menahan para pelanggar. Secara keseluruhan, sekitar 2.000 orang telah dibawa ke kantor polisi."[74]
Puluhan pengunjuk rasa dan 12 polisi tewas dengan seorang polisi ditemukan terpenggal.[75] Saksi di Almaty menggambarkan adegan kekacauan yaitu gedung-gedung pemerintah diserbu atau dibakar dan penjarahan yang meluas. Kementerian Dalam Negeri mengatakan 2.298 orang telah ditangkap selama kerusuhan, sementara juru bicara polisi Saltanat Azirbek mengatakan kepada saluran berita negara Khabar 24 bahwa puluhan penyerang telah dibunuh secara tidak manusiawi.[76]
Para pengunjuk rasa tetap berada di alun-alun kota Aktau pada 6 Januari. Enam ribu orang berunjuk rasa di pusat kota Zhanaozen. Akim Zhanoazen Maksat Ibagarov menyatakan bahwa tiada aktivis setempat yang akan dianiaya.[79]
7 Januari
Pada 7 Januari, Presiden Kassym-Jomart mengatakan bahwa harga bahan bakar kendaraan sebesar 50 tenge tiap liter telah dipulihkan selama 6 bulan sebagai konsesi.[18][19][20]
Tokayev said in a statement, "Constitutional order has largely been restored in all regions of the country."[21][22][23] He also announced that he had ordered troops to shoot without warning at anyone protesting, calling protesters 'bandits and terrorists' and saying use of force will continue.[24][25][26] In a speech to the nation, he said, "We hear calls from abroad for the parties to negotiate to find a peaceful solution to the problems, this is just nonsense. What negotiations can there be with criminals and murderers? They need to be destroyed and this will be done." He went on to thank Russia for sending troops to help establish order.[80]
Russia's Defence Ministry stated that more than 70 planes were flying, around the clock, to bring Russian troops into Kazakhstan and that they were helping to control Almaty's main airport.[21] According to several Russian media sources, former president Nursultan Nazarbayev had left the country with his three daughters and their families. It was not clear where Nazarbayev had gone, but he had apparently left the country for health reasons.[81]
A peaceful protest took place in Zhanaozen, where protestors asked for a new government, more freedom for civil rights activists, and a return to the 1993 Kazakh constitution.[82] Protests also continued in Aktau.[83]
The Kazakh government announced that seven additional policemen had been killed in Almaty.[84] Levan Kogeashvili, a 22-year-old Israeli national was shot and killed while driving to work in Almaty. The Israeli Foreign Ministry stated that he had been residing in Kazakhstan for several years and his family said that he was not involved in the protests.[85][86]
^Pemerintahan Kazakhstan mengklaim bahwa operasi CSTO adalah semata-mata untuk tujuan pemeliharaan perdamaian.
Referensi
^Pikulicka-Wilczewska, Agnieszka. "Do Kazakhstan's protests signal an end to the Nazarbayev era?". www.aljazeera.com. Diakses tanggal January 12, 2022. It is important to understand that protesters are never a unified mass. It is not that a single group or political party took to the streets. In all the regions where the protests took place, it was a mixed group of people.
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama :8
^"Armenian peacekeepers left for Kazakhstan". mil.am. Ministry of Defense of the Republic of Armenia. 7 Januari 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Januari 2022. ...RA Armed Forces sent a peacekeeping subdivision to the Republic of Kazakhstan (100 servicemen) as part of the CSTO peacekeeping forces.
^"Нурлан Ногаев вышел к митингующим в Актау". Tengrinews.kz (dalam bahasa Rusia). 4 January 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2022. Diakses tanggal 5 January 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)