Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Udāna

Kitab Udāna (disingkat Ud) adalah kitab suci Buddhisme, bagian dari Tripitaka Pali milik Buddhisme Theravāda. Kitab ini merupakan bagian dari Khuddaka Nikāya dalam Sutta Piṭaka. Judulnya dapat diterjemahkan sebagai "seruan luhur". Kitab ini mencakup 80 seruan-seruan luhur, terutama dalam bentuk syair, yang masing-masing didahului oleh narasi yang memberikan konteks tempat Sang Buddha mengucapkannya.

Cerita "Orang-orang buta dan seekor gajah" juga ada di kitab Udāna, dengan nama Tittha Sutta (Ud 6.4).[1]

Sejarah

Kitab ini merupakan salah satu kitab suci Buddhisme yang paling awal.[2] Analisis terkini menyimpulkan bahwa kitab-kitab sutta Pali, termasuk Udāna, sebagian besar telah ditetapkan dalam bentuknya saat ini, dengan hanya sedikit perbedaan dari teks modern, sejak abad pertama SM.[3]

Hinüber mengidentifikasi jenis diskursus dalam Udāna (meskipun tidak harus sebagaimana koleksi kitabnya dikenali saat ini) sebagai bagian dari navaṅga pra-kanonik (Pali untuk "sembilan kali lipat") yang mengklasifikasikan diskursus menurut bentuk dan gayanya, seperti geyya (campuran prosa dan syair), gāthā (bait empat baris), udāna (ucapan atau seruan), dan jātaka (kisah kelahiran).[4]

Daftar isi

Kitab Udāna terdiri dari delapan bab (vagga) yang masing-masing berisi sepuluh diskursus. Judul-judul babnya adalah:

  1. Bodhivagga (Kelompok Kecerahan)
  2. Mucalindavagga (Kelompok [Raja] Mucalinda)
  3. Nandavagga (Kelompok [Ytm.] Nanda)
  4. Meghiyavagga (Kelompok [Ytm.] Meghiya)
  5. Soṇavagga (Kelompok [Upasaka] Soṇa)
  6. Jaccandhavagga (Kelompok Buta Sejak Lahir)
  7. Cūḷavagga (Kelompok Pendek)
  8. Pāṭaligāmiyavagga (Bab Pāṭaligāmiya)

Setiap diskursus mencakup bagian prosa yang diikuti oleh sebuah syair. Di akhir setiap bagian prosa:

Dari frasa "seruan luhur" atau "ucapan agung" (udāna) itulah nama koleksi ini berasal.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Untuk memenuhi sila pertama Pancasila Indonesia, maka pengikut aliran Buddhisme Theravāda di Indonesia menggunakan penjelasan Nirwana sebagaimana dijelaskan dalam Tatiyanibbānapaṭisaṁyutta atau Tatiyanibbāna Sutta, Udāna 8.3, sebagai interpretasi untuk Ketuhanan Yang Maha Esa.[7] Nirwana dijelaskan sebagai "ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ" dengan makna:[8]

  1. Yang Tidak Dilahirkan (ajāta)
  2. Yang Tidak Menjelma (abhūta)
  3. Yang Tidak Tercipta (akata)
  4. Yang Tidak Terkondisi (asaṅkhata)

Dalam Tatiyanibbānapaṭisaṁyutta Sutta, Udāna 8.3:[8]

Hubungan dengan kitab suci lain

Dalam literatur Buddhisme, sekitar seperempat bagian prosa Udāna paralel dengan teks di tempat lain dalam Tripitaka Pali, khususnya dalam Vinaya Piṭaka. Selain itu, berkenaan dengan literatur Buddhisme Tibet, von Hinüber berpendapat bahwa stuktur kitab Udāna merupakan sumber utama dari struktur kitab Udānavarga dalam Tripitaka versi Sanskerta milik aliran lain, yang di dalamnya kemudian ditambahkan syair-syair dari Dhammapada juga.[9]

Dalam teks-teks nonbuddhis, beberapa struktur kitab yang mirip dengan struktur kitab Udāna dapat ditemukan dalam Upanisad Wedanta dan kitab-kitab Jainisme.[10]

Terjemahan

Bahasa Inggris

  • Tr Major-General D. M. Strong, 1902
  • "Verses of uplift", in Minor Anthologies of the Pali Canon, volume II, tr F. L. Woodward, 1935, Pali Text Society[2], Bristol
  • Tr John D. Ireland, Buddhist Publication Society, Kandy, Sri Lanka, 1990; later reprinted in 1 volume with his translation of the Itivuttaka
  • Tr Peter Masefield, 1994, Pali Text Society, Bristol; the PTS's preferred translation; its declared aim is to translate in accordance with the commentary's interpretation
  • Bilingual Pali-English study edition, 2010 Theravada Tipitaka Press[3]
  • Tr Ānandajoti Bhikkhu, Udāna. Exalted Utterances [4]; Last revised version 2008
  • Tr Bhikkhu Mahinda (Anagarika Mahendra), Udāna: Book of Inspired Utterances, Bilingual Pali-English First Edition 2022, Dhamma Publishers, Roslindale MA; ISBN 9780999078181 [5].

Referensi

Sitasi

  1. ^ See, for example, Thanissaro (1994).
  2. ^ Nakamura (1980); and, Hinüber (2000), p. 46 (§91).
  3. ^ Anālayo, "The Historical Value of the Pāli Discourse", Indo-Iranian Journal, (published by Brill) 2012, Vol. 55, No. 3 (2012), pp. 223-253, https://www.jstor.org/stable/24665100
  4. ^ von Hinüber (2000), pp. 7 (§10), 46 (§91); and, Rhys Davids & Stede (1921–1925), p. 348, entry for "Nava" at [1] (retrieved 2007-10-12). In particular, von Hinüber (2000, p. 46, §91) states: "The Udāna ... belongs to those old texts mentioned already as one of the navaṅga.... [I]t does not seem to be impossible that there once was an Ud having only verses such as those in the Udānavarga...."
  5. ^ SLTP (n.d.).
  6. ^ Terjemahan Indra Anggara, SuttaCentral.
  7. ^ Wowor, Cornelis (1984). Ketuhanan Yang Mahaesa Dalam Agama Buddha (PDF). Jakarta: Akademi Buddhis Nalanda. 
  8. ^ a b Anggara, Indra. "Ud 8.3: Tatiyanibbānapaṭisaṁyuttasutta". SuttaCentral. Diakses tanggal 2022-09-18. 
  9. ^ von Hinüber (2000), pp. 45 (§89), 46 (§91).
  10. ^ von Hinüber (2000), p. 46 (§91).

Sumber

Pranala luar

This information is adapted from Wikipedia which is publicly available.

Kembali kehalaman sebelumnya

Lokasi Pengunjung: 3.138.135.56