Triton (pengucapan: /ˈtraɪtən/.</ref> Bahasa Yunani Τρίτων)[9] adalah satelit alami terbesar dari PlanetNeptunus, ditemukan pada 10 Oktober 1846 oleh William Lassell. Triton adalah satu-satunya satelit berukuran besar di Tata Surya yang bergerak dalam orbit retrograde, yaitu berlawanan arah dengan rotasi planet induknya. Dengan diameter 2706 km, Triton adalah satelit terbesar ketujuh dalam Tata Surya. Triton mengandung 99,5% seluruh massa yang diketahui mengorbit Neptunus, termasuk cincin dan 12 satelit lainnya.
Karena orbitnya yang retrogade (unik untuk objek sebesar dirinya) dan komposisi yang sama dengan Pluto, Triton diperkirakan adalah objek Sabuk Kuiper yang ditangkap oleh Neptunus.[10] Kerak Triton terdiri dari nitrogen beku di atas lapisan mantel es yang membungkus intinya yang terdiri dari batuan dan logam.[4] Inti Triton mengandung dua per tiga dari seluruh massa total. Triton memiliki kerapatan rata-rata 2,061 g/cm3[3] dan mengandung kira-kira 15–35% air dalam wujud es.[4]
Triton adalah salah satu dari sedikit satelit di Tata Surya yang diketahui aktif secara geologi. Keraknya ditandai dengan titik-titik geyser yang dipercaya meletus mengeluarkan nitrogen.[8] Konsekuensinya, permukaannya relatif muda, dengan sejarah geologi yang kompleks metampakkan bentang tektonik yang berliku-liku dan misterius.[4] Triton memiliki atmosfer nitrogen yang tipis kurang dari 1/70 000 tekanan atmosfer Bumi pada permukaan laut.[8]
Penemuan dan penamaan
Triton ditemukan oleh astronom Inggris bernama William Lassell pada tanggal 10 Oktober 1846,[11] hanya 17 hari setelah penemuan Neptunus. Ia menemukan Triton menggunakan teleskop ukuran 61 cm yang dibuatnya sendiri.[12]
Lassell, yang merupakan seorang pedagang dan pembuat bir, mulai membuat cermin-cermin untuk teleskop amatirnya pada tahun 1820.[13] Ketika John Herschel mendapat kabar mengenai penemuan Neptunus, ia menulis surat kepada Lassell pada tanggal 1 Oktober 1846 untuk mencari kemungkinan adanya satelit-satelit. Lassell melakukannya dan menemukan Triton sembilan hari kemudian. Lassell juga mengklaim telah menemukan cincin. Namun, walaupun nantinya Neptunus dikonfirmasi memiliki cincin, cincin tersebut sangat redup sehingga klaim awal Lassell dipertanyakan.[14]
Triton dinamai menurut nama dewa laut Yunani Triton (Τρίτων), putra dari Poseidon (dewa Yunani yang disamakan dengan dewa Romawi Neptunus). Nama tersebut pertama kali diusulkan oleh Camille Flammarion dalam bukunya Astronomie Populaire yang terbit tahun 1880,[15] dan resmi diadopsi beberapa dekade kemudian.[16] Hingga penemuan satelit kedua Nereid pada tahun 1949, Triton hanya disebut sebagai "satelit Neptunus". Lassell tidak menamai penemuannya; ia berhasil menyarankan nama Hyperion, yang awalnya dipilih oleh John Herschel, untuk bulan kedelapan Saturnus ketika ia menemukan satelit tersebut.[17]
Orbit dan rotasi
Triton merupakan satelit yang unik di antara semua satelit besar yang ada di Tata Surya dikarenakan orbit retrograde Triton ketika mengelilingi planetnya (orbitnya berlawanan arah dengan rotasi planetnya). Kebanyakan satelit luar tak beraturan yang dimiliki Jupiter dan Saturnus, serta beberapa satelit luar Uranus juga memiliki orbit retrograde. Namun, satelit-satelit ini semuanya berada sangat jauh dari satelit utamanya, serta ukurannya sangat kecil jika dibandingkan dengan satelit utamanya; Phoebe, yang merupakan satelit tak beraturan terbesar,[a] diameternya hanya 8% (dan massanya 3%) dari yang dimiliki Triton.
Orbit Triton dikaitkan dengan dua kemiringan, yakni kemiringan sumbu putaran Neptunus ke orbit Neptunus sebesar 30°, dan inklinasi orbit Triton ke putaran Neptunus sebesar 157° (gerakan retrogade jika besar inklinasi lebih dari 90°). Orbit Triton bergerak maju relatif terhadap putaran Neptunus dengan periode sekitar 678 tahun Bumi (4,1 tahun Neptunus),[18][19] sehingga membuat inklinasi relatif orbit-orbitnya beragam antara 127° dan 180° dan dulunya, hingga 173°. Inklinasinya saat ini tercatat sebesar 130°; orbit Triton saat ini telah mendekati titik maksimum keluarnya Triton dari orbit koplanar dengan Neptunus (orbit yang sebidang dengan Neptunus).
Rotasi Triton terkunci pasang surut agar sinkron dengan orbitnya saat mengelilingi Neptunus: hal ini membuat satu sisi satelit ini selalu menghadap ke arah planet setiap saat. Khatulistiwa Triton hampir sejajar dengan bidang orbitnya.[20] Pada saat ini, sumbu rotasi Triton tercatat sekitar 40° dari bidang orbit Neptunus, dan karenanya pada beberapa kesempatan selama tahun Neptunus, masing-masing titik kutubnya cukup dekat dengan Matahari, hampir mirip dengan kutub Uranus. Karena Neptunus mengorbit Matahari, wilayah kutub Triton bergantian menghadap ke arah Matahari; hal ini yang menyebabkan terjadinya perubahan musim ketika satu kutub kemudian kutub lainnya bergerak ke arah sinar matahari. Perubahan semacam ini diamati pada tahun 2010.[21]
Catatan kaki
Catatan
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama nLargest
^ abcdefWilliam B. McKinnon, Randolph L Kirk (2007). "Triton". Dalam Lucy Ann Adams McFadden, Lucy-Ann Adams, Paul Robert Weissman, Torrence V. Johnson. Encyclopedia of the Solar System (edisi ke-2nd). Amsterdam; Boston: Academic Press. hlm. 483–502. ISBN0120885891.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
^Daniel Fischer (12.2.2006). "Kuiperoids & Scattered Objects". Argelander-Institut für Astronomie. Diakses tanggal 2008-07-01.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)