Sébastien Olivier Bourdais[1] (lahir 28 Februari 1979) adalah seorang mantan pembalap Formula 1 asal Prancis. Ia sempat memperkuat tim Scuderia Toro Rosso dari Australia 2008 sampai Jerman 2009. Bourdais sendiri merupakan pembalap tersukses dalam sejarah di ajang Champ Car, dengan catatan prestasi memenangi empat gelar juara dunia Champ Car dari tahun 2004 sampai 2007, dan sekaligus pula menjadi juara terakhir ajang Champ Car sebelum ajang balapan tersebut meleburkan diri ke IndyCar Series pada tahun 2008.
Saat ini Bourdais membalap di Seri Le Mans bersama tim Peugeot Sport. Ia juga kembali ke ajang IndyCar dengan menjadi pembalap paruh waktu untuk tim Lotus-Dragon Racing dengan spesialisasi untuk turun di trek-trek berkarakter sirkuit jalanan (non-oval).[2]
Kehidupan pribadi
Sebastien Bourdais lahir dari keluarga pembalap. Ayahnya, Patrick Bourdais, merupakan seorang pembalap turing, reli pegunungan, dan sports car pada masa mudanya, dan kemudian hobi kebut-kebutan ayahnya tersebut menurun kepada Bourdais kecil sampai akhirnya ayahnya memperbolehkan anaknya untuk turun di ajang balapan, asalkan nilai yang ia dapat selama belajar di sekolah bagus dan konsisten.
Bourdais menikah dengan pacarnya, Claire di bulan Mei 2006. Acara pernikahan diadakan di Gereja Katedral di kota Le Mans. Dalam resepsi, hadir teman-teman Bourdais diantaranya bosnya di ajang Champ Car, Paul Newman, turut hadir juga ketua DPRD Le Mans dan wali kota Le Mans. Dalam pesta resepsinya, Bourdais mengadakan pesta koktail. Pasangan Bourdais dan Claire dikaruniai dua orang anak yaitu Emma yang lahir di Desember 2006 dan Alexander yang lahir pada tahun 2009.
Saat ini manajer Sebastien Bourdais adalah Nicolas Todt yang merupakan putra dari Jean Todt, Presiden FIA saat ini.
Balapan junior
Karting
Bourdais memulai petualangan balapnya di usia 10 tahun di ajang gokart. Pada era 1990-an, ia telah kenyang berkompetisi di beragam kejuaraan gokart, dengan prestasi memenangi Maine Bretagne League di 1991 dan Kejuaraan Kadet Prancis di 1993. Bourdais juga menjadi bagian dari tim Sologne Karting yang memenangi ajang Le Mans 24 hours karting championship di sirkuit Alain Prost dengan memakai sasis Merlin dan di tenagai mesin Atomic.
Formula junior
Bourdais lantas melanjutkan perjalanannya ke ajang single seater di 1995 dengan finish di P9 dalam ajang Formula Campus. Lantas kemudian ia pindah ke ajang Formula Renault Prancis selama dua tahun dengan hasil menjadi runner up pada tahun 1997 setelah memenangi empat balapan dan lima pole. Di 1998 ia memenangi lima balapan dan menjadi Rookie of the Year di Formula 3 Prancis. Ia lantas menjadi juara nasional Prancis pada tahun 1999 dengan memenangi delapan balapan dan tiga pole position.
Formula 3000
Setelah sukses di Formula Junior, Bourdais bergabung ke tim Prost Junior di ajang Formula 3000 Internasional (sekarang menjadi Seri GP2). Ia finish di posisi 9 klasemen umum dengan raihan satu pole dan satu podium. Musim 2001 Bourdais pindah ke tim DAMS dan memenangi balapan pertamanya di F3000 di Silverstone, Northamptonshire. Ia kemudian pindah tim lagi di 2002, kali ini dengan Super Nova Racing, dan mampu meraih tiga kemenangan dan 7 pole position. Ia kemudian mengalahkan Giorgio Pantano dengan selisih dua poin setelah Tomas Enge, yang sebenarnya menjadi juara umum, dinyatakan terkena diskualifikasi setelah gagal dalam tes doping.[3]
Champ Car World Series
Setelah tidak ada tim Formula 1 yang melirik Bourdais untuk turun di F1, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan radikal: pindah ke ajang Champ Car (CART) di Amerika Serikat (AS). Dengan hal ini, berarti Bourdais menyamai mantan juara-juara F3000 semacam Juan Pablo Montoya dan Bruno Junqueira yang juga turun di ajang CART. Di CART ia bergabung bersama tim Newman-Haas Racing untuk musim 2003. Di St. Petersburg, Florida, Bourdais menjadi rookie CART pertama sejak Nigel Mansell yang mampu meraih pole position di balapan debutnya. Tapi sayangnya ia gagal menerjemahkan posisi pole-nya tersebut menjadi sebuah kemenangan setelah gagal finish.[4] Memasuki balapan keempat yang di gelar di Inggris (Brands Hatch), Sebastien Bourdais akhirnya mampu meraih kemenangan pertamanya setelah ia memimpin selama 95 lap.[5] Kemenangan lainnya ia raih di EuroSpeedway Lausitzring.[6] Dan di akhir musim, Bourdais mampu berada di P4 klasemen akhir, dengan lima finish podium, termasuk kemenangan dominan di Cleveland dan runner up di Mexico City. Bahkan ia juga meraih gelar Rookie of the Year di musim debutnya tersebut.
Masih bertahan dengan Newman-Haas di 2004, Bourdais memporak-porandakan musim tersebut dengan tujuh kemenangan dan delapan pole di mobil bersasis Lola-nya yang disponsori oleh McDonald’s. Ia lantas mengalahkan rekan setimnya sendiri, Bruno Junqueira dengan selisih 28 poin. Catatan rekornya adalah finish podium 10 kali dari 14 kali balapan, dan selalu berada di posisi tiga besar dalam kualifikasi.
Bourdais sekali lagi mampu mempertahankan gelarnya di musim 2005 dengan raihan lima kemenangan dalam enam balapan di paruh kedua musim. Kemudian ia juga mampu finish ke-12 di Indianapolis 500 2005.[7]
Masuk musim 2006, Bourdais kembali menunjukkan bakatnya sebagai pembalap besar dengan mempertahankan gelar juaranya untuk ketiga kalinya. Musim 2006 ia awali dengan empat kemenangan beruntun di Long Beach, Houston, Monterrey, dan Milwaukee, rekornya tersebut kemudian dihentikan oleh A. J. Allmendinger, yang berhasil memenangi tiga lomba selanjutnya sampai pertengahan musim. Bourdais kemudian kembali dengan kemenangan di San Jose, dan kembali lagi ke puncak klasemen CART. Tetapi musim 2006 ternyata tidak semulus yang Bourdais kira. Di balapan Denver, Bourdais terlibat kecelakaan dengan salah satu rivalnya, Paul Tracy, dan membuat Allmendinger kembali mendekati Bourdais di puncak klasemen dengan selisih dua poin. Kemenangan Bourdais di Montreal yang diiringi dengan gagal finish-nya Allmendinger membuat gap jarak poin antara keduanya kembali melebar. Dan puncak pertempuran Bourdais vs. Allmendinger berakhir di Surfers Paradise Australia dengan hasil kemenangan untuk Bourdais dan ia lantas menjadi pembalap pertama CART yang mampu memenangi kejuaraan CART tiga kali sejak Ted Horn pada tahun 1948.
Gelar terakhir Bourdais di CART di raih pada tahun 2007 dengan kemenangan di Lexmark Indy 300 pada tanggal 21 Oktober. Ia kemudian menjadi juara dunia terakhir ajang CART setelah pihak promotor balapan memutuskan untuk menggabungkan kembali ajang CART dan IRL (Indy Racing League) pada tahun 2008 dengan memakai nama IRL setelah terpisah selama hampir 12 tahun.[8]
Formula 1
Arrows dan Renault
Tahun 2002 Bourdais mendapatkan kesempatan tes mobil F1 bersama tim Arrows, dan kemudian menandatangani kontrak selama tiga tahun dengan tim tersebut.[9] Sayangnya memasuki bulan Agustus, tim Arrows dinyatakan bangkrut. Kemudian pada bulan Desember pada tahun yang sama, ia melakukan tes dengan Renault di Jerez, namun ia dikalahkan oleh rekan senegaranya, Franck Montagny yang kemudian berhasil terpilih sebagai test driver resmi Renault.[3] Rumor menyebutkan, tersingkirnya Bourdais oleh Montagny adalah akibat Bourdais tidak mau menandatangani kontrak manajemen dengan Flavio Briatore.
Scuderia Toro Rosso
Aroma kehebatan Bourdais kembali tercium pada tahun 2007, kali ini oleh Scuderia Toro Rosso yang memberikannya kesempatan testing. Tanggal 10 Agustus 2007 diumumkan oleh STR bahwa mereka akan memakai jasa Sebastien Bourdais untuk musim 2008 untuk menggantikan posisi Vitantonio Liuzzi,[10] dan akan bertandem bersama jagoan muda Jerman, Sebastian Vettel. Tanggal 16 Maret2008 secara resmi akhirnya Bourdais bisa turun balapan di F1 di GP Australia. Ia kemudian meraih poin pertamanya di Australia walaupun hanya mampu menempuh jarak balapan 90% (pembalap lain banyak yang tersingkir akibat kecelakaan, dan hanya delapan pembalap yang bisa masuk garis finish). Empat jam setelah balapan usai, Bourdais dinyatakan naik ke P7 dan mendapatkan dua poin setelah Rubens Barrichello di-DQ oleh pengawas lomba akibat keluar pit saat lampu merah masih menyala.[11][12]
Di GP Belgia ia nyaris saja meraih posisi podium ketiga kalau saja ia tidak melintir saat balapan yang diwarnai hujan mendadak tersebut. Akhirnya ia harus puas berada di P7 pada akhir balapan.[13] Minggu selanjutnya di Italia, Bourdais mampu menempati P4 saat kualifikasi, namun sayang transmisinya macet di grid, dan akhirnya ia harus start dari pit.[14] Hasilnya ia finish dengan selisih satu lap dari rekan setimnya sendiri, Sebastian Vettel.[15]
Di GP Jepang, Bourdais sebenarnya mampu finish keenam, tetapi hanya dua jam setelah lomba, pihak pengawas lomba memutuskan untuk memberikan penalti 25 detik pada Bourdais setelah terlibat insiden dengan Felipe Massa, dan mengakibatkan posisinya jatuh ke P10. Pemberian hukuman ini terasa kontroversial bagi sebagian kalangan paddock karena dari tayangan TV, terlihat bahwa Felipe Massa-lah yang sebenarnya menjadi pemicu insiden.[16] Di akhir musim, Bourdais berada di P17 klasemen akhir dengan raihan 4 poin saja.
Memasuki musim dingin 2008, posisi Bourdais di F1 sempat terombang-ambing walaupun ia masih tetap turun di ajang testing. Namun akhirnya pada tanggal 6 Februari 2009 ia diumumkan akan tetap turun bersama STR untuk musim 2009, bersama rekan setimnya yang baru dari Swiss, Sébastien Buemi.[17] Namun meskipun Bourdais mampu meraih angka di Australia dan Monako ia kesulitan untuk mengimbangi rekan setimnya yang masih hijau yang ternyata bisa membuat lebih banyak prestasi. Di Spanyol, Bourdais menabrak mobil Buemi untuk menghindari kecelakaan yang ditimbulkan oleh Jarno Trulli di lap pertama, yang ironisnya malah mengakibatkan ketiganya tersingkir dari lomba.[18] Di Inggris, Bourdais malah menghantam mobil Heikki Kovalainen (McLaren) yang mengakibatkan keduanya tersingkir. Di Jerman, Bourdais tersingkir karena kegagalan mekanis.[19]
Pada 16 Juli 2009, tim STR mengumumkan bahwa Bourdais tidak membalap lagi untuk mereka mulai pertengahan musim 2009 di Hungaria, dan posisinya akan digantikan pemuda Spanyol Jaime Alguersuari.[20][21] Bos STR, Franz Tost menyatakan bahwa kemitraan timnya dengan Bourdais di luar yang diharapkan. Bourdais lantas berniat akan menuntut tim STR, dengan klaim bahwa tim melanggar kontrak dengan memutus kontrak balapan Bourdais tanpa keterangan yang jelas.[22] STR lantas membayar Bourdais uang ganti rugi sebesar 2,1 juta dollar AS sebagai jalan damai untuk menghindarkan tuntutan dari Bourdais ke ranah hukum.[23]
Le Mans 24 Hours
Sebagai putra asli kota Le Mans, Bourdais selalu mengikuti ajang ini, jika kontraknya di balapan lain memungkinkannya untuk bisa mengikuti balapan Le Mans. Pertama kalinya ia turun di ajang Le Mans adalah pada 1999 dengan memakai mobil Porsche 911 GT2 bersama tim Labre Competition. Ia membalap bergantian dengan Pierre de Thoisy dan Jean-Pierre Jarier. Namun trio ini gagal finish setelah mesinnya meledak di lap 134.
Tahun 2000 ia kembali, dan mampu finish keempat dengan Emmanuel Clerico dan Olivier Grouillard yang turun untuk tim Pescarolo di belakang dominasi tiga Audi.[3]
Tahun 2001 penampilan Bourdais di Le Mans tidak terlalu baik. Ia berbagi mobil Courage C60 bersama Jean-Christophe Boullion dan Laurent Redon tetapi tersingkir setelah 271 lap. Ia kemudian mengemudikan mobil yang sama tahun berikutnya dan finish kesembilan di kelas LMP900 bersama Bouillon dan Franck Lagorce. Ia absen dari Le Mans pada tahun 2003 dan kembali lagi tampil di 2004, di mana kali ini ia berpartner bersama Nicolas Minassian dan Emmanuel Collard tetapi hasilnya adalah tersingkir setelah 282 lap.[3]
Selanjutnya pada tahun 2007, kali ini ia turun mengemudikan mobil Peugeot 908 bersama Stéphane Sarrazin dan Pedro Lamy. Di lap pertama ia sempat berada sebagai pemimpin lomba, tetapi masalah teknis akhirnya menggagalkan tim Peugeot untuk meraih kemenangan dan ia harus puas berada di P2.[3]
Tahun 2009 tidak lama setelah ia dipecat tim STR, Bourdais kembali membalap di balapan ketahanan legendaris ini, kali ini ia masih tetap bergabung bersama Peugeot rekan setimnya yaitu Stéphane Sarrazin dan Franck Montagny. Di hasil akhir ia hanya mampu finis kedua secara keseluruhan.[24] Tahun 2010 ia bersama Simon Pagenaud dan Pedro Lamy mengalami gagal finish akibat kerusakan suspensi.[25][26] Pada tahun 2011 dengan masih bersama rekan setim yang sama (Pagenaud dan Lamy) Bourdais akhirnya berhasil finis kedua dibelakan tim Audi.[27]
Superleague Formula
Pertengahan 2009, usai keluar dari F1, Sebastien Bourdais membalap untuk tim Sevilla FC dalam ajang Superleague Formula dengan debutnya yang dimulai di seri Estoril, Portugal, dengan hasil memenangi lomba di leg "Super Final".[28][29][30][31] Kemudian di seri Monza, ia berhasil memenangi satu balapan lagi yaitu di race 1.[32] Pada 2010 ia tetap bertahan di ajang SF namun kali ini ia bergabung bersama tim Olympique Lyonnais.[33]
Tahun 2009 setelah hengkang dari F1, Bourdais membuat kejutan dengan mencatat lap tercepat resmi di Sebring International Raceway, dalam balapan 12 Hours of Sebring.[34] Tahun 2010 Bourdais membalap bersama Scott Tucker, Christophe Bouchut, Emmanuel Collard dan Sascha Maassen untuk Crown Royal dalam Level 5 Motorsports yang menjadi persiapan bagi mobil-mobil Prototipe Daytona untuk menghadapi balapan akbar Rolex 24 at Daytona, yang digelar di Daytona International Speedway di Florida.[35] Bourdais berhasil tampil memukau dengan mencetak lap tercepat, tetapi kemudian mobilnya tersingkir dari ajang pra-lomba tersebut.
Bulan Oktober 2010, Bourdais kemudian mencoba membalap di ajang V8 Supercars bersama tim Mother Racing yang menggunakan mobil Ford Falcon.[36]