Suku Jawa adalah suku bangsa Austronesia terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan lebih dari 100 juta orang, Suku Jawa merupakan kelompok etnis terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara secara keseluruhan. Bahasa asli mereka adalah bahasa Jawa, yang merupakan bahasa Austronesia terbesar dalam hal jumlah penutur asli dan juga bahasa daerah terbesar di Asia Tenggara.[5]
Sebagai kelompok etnis terbesar di wilayah tersebut, orang Jawa secara historis mendominasi lanskap sosial, politik, dan budaya Indonesia dan di Asia Tenggara.[6]
Pada tahun 2010, setidaknya 40,22% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.[7] Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Kaledonia Baru dan Suriname, karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja. Saat ini, suku Jawa di Suriname menjadi salah satu minoritas di sana dan dikenal sebagai Jawa Suriname. Ada juga sejumlah besar suku Jawa di sebagian besar provinsi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi, dan Belanda.
Mayoritas orang Jawa adalah umat Islam, dengan beberapa minoritas yaitu Kristen, Kejawen, Hindu, dan Buddha. Meskipun demikian, peradaban orang Jawa telah dipengaruhi oleh lebih dari seribu tahun interaksi antara budaya Kejawen dan Hindu-Buddha, dan pengaruh ini masih terlihat dalam sejarah, budaya, tradisi, dan bentuk kesenian Jawa. Dengan populasi global yang cukup besar, suku Jawa menjadi kelompok etnis terbesar keempat di antara umat Islam/etnis mayoritas Islam di seluruh dunia, setelah bangsa Arab,[8]Bengali,[9], Punjabi.[10]. Suku Jawa memiliki beberapa sub-suku, yakni Banyumasan, Cirebon, Osing, Samin, Tengger, Jawa Merauke, dan Jawa Suriname.[11]
Seperti kebanyakan kelompok etnis Indonesia yang lain, termasuk masyarakat Sunda, masyarakat Jawa merupakan bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari Taiwan dan bermigrasi melalui Filipina[12] untuk mencapai pulau Jawa antara tahun 1500 SM hingga 1000 SM.[13] Namun, menurut studi genetik yang terbaru, masyarakat Jawa bersama dengan masyarakat Sunda dan Bali memiliki rasio penanda genetik yang hampir sama antara genetik bangsa Austronesia dan Austroasiatik.[14]
Masyarakat Jawa adalah perpaduan antara orang Austroasiatik berbaur / interbreeding dengan orang Austronesia yang datang kemudian. Setelah interaksi yang cukup lama dengan orang Austronesia masyarakat awal yang mendiami Pulau Jawa mulai mengadopsi bahasa Austronesia sebagai bahasa utama, sehingga mereka memiliki sekitar 20–30% gen Austronesia dan 50-60% gen Austroasiatik.
Perpaduan genetik masyarakat di Jawa juga sangat kompleks, baik itu masyarakat pesisir maupun di daerah pegunungan. Bentuk wajah masyarakat Jawa juga dominan dipengaruhi oleh Orang Austroasiatik (Seperti Orang Kamboja dan Vietnam bagian selatan).
Kemungkinan mengapa masyarakat yang mendiami pulau Jawa awal mula mulai mengadopsi Bahasa Austronesia adalah menyesuaikan diri di dalam globalisasi, perdagangan maupun pertukaran budaya dan teknologi di masanya, yang kemungkinan para penutur Bahasa Austronesia mempunyai pengaruh yang sangat besar pada masa itu.
Pengaruh agama Hindu dan Buddha datang melalui kontak dagang di subbenua India.[15] Pedagang dan pengunjung Hindu dan Buddha tiba pada abad ke-5. Agama Hindu, Buddha, dan agama masyarakat Jawa terpadu menjadi filsafat lokal yang unik.[12]
Pusat kebudayaan dan perpolitikan Jawa dipindahkan ke bagian timur pulau ketika Mpu Sindok (berkuasa tahun 929–947) memindahkan ibu kota kerajaan menuju timur ke lembah sungai Brantas pada abad ke-10. Pemindahan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh letusanGunung Merapi dan/atau invasi dari Sriwijaya.[17]:238–239
Kekuasaan Singasari dihancurkan pada tahun 1292 oleh pemberontakan Kediri di bawah Jayakatwang dan membunuh Kertanegara. Namun, kekuasaan Jayakatwang sebagai raja Jawa segera berakhir ketika ia dikalahkan oleh menantu Kertanegara, Raden Wijaya dengan bantuan penyerbuan oleh pasukan Mongol pada bulan Maret 1293.
Berbagai kerajaan di Jawa secara aktif terlibat dalam perdagangan rempah-rempah di rute laut Jalur Sutra. Meskipun bukan penghasil utama rempah-rempah, kerajaan-kerajaan ini mampu menimbun rempah-rempah dengan memperdagangkannya dengan beras, yang merupakan hasil utama Pulau Jawa.[19] Majapahit biasanya dianggap sebagai kerajaan yang terbesar di antara kerajaan-kerajaan ini. Majapahit memiliki kekuatan agraris dan maritim, menggabungkan penanaman padi basah dan perdagangan luar negeri.[20] Bekas ibu kotanya dapat ditemukan di Trowulan.
Agama Islam memperoleh pijakannya di kota-kota pelabuhan di pesisir utara Jawa seperti Gresik, Ampel Denta (Surabaya), Tuban, Demak, dan Kudus. Penyebaran dan kegiatan dakwah Islam di kalangan masyarakat Jawa secara tradisional dikreditkan ke Wali Songo.[21]
Pulau Jawa mengalami perubahan besar seiring penyebaran Islam. Seiring terjadinya perselisihan terhadap proses pergantian kepemimpinan dan perang saudara, kekuasaan Majapahit runtuh. Setelah runtuhnya Majapahit, berbagai kerajaan dan negara vasal di bawahnya menjadi bebas.[22]Kesultanan Demak menjadi kekuatan terkuat yang baru, mempunyai keunggulan di antara negara kota di pesisir utara Jawa.[23] Selain dari kekuasaannya atas negara kota masyarakat Jawa, Kesultanan Demak juga menguasai pelabuhan Jambi dan Palembang di Sumatra bagian timur.[23] Demak memainkan peran besar dalam menentang kekuasaan kolonial yang baru datang, yaitu Portugis. Demak dua kali menyerang Portugis setelah pendudukan Portugis di Malaka. Demak juga menyerang pasukan sekutu Portugis dan Kerajaan Sunda, membantu pendirian Kesultanan Banten.
Demak digantikan oleh Kerajaan Pajang dan akhirnya Kesultanan Mataram. Pusat kekuasaannya dipindahkan dari pesisir Demak ke Pajang di Blora dan kemudian lebih jauh menuju pedalaman ke tanah Mataram di Kotagede, Yogyakarta. Kesultanan Mataram mencapai puncak kekuasaan dan pengaruhnya pada masa pemerintahan Sultan Agung Anyokrokusumo antara tahun 1613 hingga 1645.
Masa kolonial di Jawa
Pada tahun 1619, bangsa Belanda mendirikan kantor pusat perdagangannya di Batavia. Pulau Jawa perlahan jatuh ke tangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang akhirnya juga akan mengendalikan sebagian besar Asia Tenggara Maritim. Intrik internal dan perang suksesi, serta campur tangan Belanda, menyebabkan Kesultanan Mataram pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Perpecahan yang lebih lanjut di Tanah Jawa ditandai dengan pendirian Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman. Meskipun kekuatan politik yang sebenarnya pada masa itu terletak pada kolonial Belanda, para raja Jawa di keratonnya masih memiliki pengaruh sebagai pusat kekuasaan yang dikehendakinya di Tanah Jawa, khususnya di sekitar dan di Surakarta serta Yogyakarta.
Pemerintahan Belanda terganggu sementara oleh pemerintahan Inggris pada awal abad ke-19. Meskipun sebentar, pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Stamford Raffles memberi pengaruh yang signifikan, termasuk penemuan kembali Borobudur. Konflik dengan pemerintahan asing seperti Perang Jawa antara tahun 1825 hingga 1830 di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.
Ketika kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, para penguasa monarki Jawa yang terakhir, diwakili oleh Sri Sunan dari Kasunanan Surakarta, Sri Sultan dari Kesultanan Yogyakarta, dan Pangeran Mangkunegara menyatakan bahwa mereka akan menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Yogyakarta dan Pakualam kemudian bersatu untuk membentuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan menjadi Gubernur Yogyakarta, dan Pangeran Pakualaman menjadi wakil gubernur; keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Surakarta Sempat dibentuk Daerah Istimewa Surakarta yang dikemudian hari terpaksa digabungkan sebagai bagian dari Provinsi Jawa Tengah dikarenakan situasi politik di Surakarta yang sedang kacau menghadapi pemberontakan.
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan Suriname. Pengaruh budaya Jawa juga tersebar di luar Jawa, contohnya wayang kulit, keris, batik, dan gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[24] LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi mata kuliah di Universitas Victoria Wellington, Selandia Baru.[25] Gamelan Jawa rutin digelar di AS dan Eropa atas permintaan warga AS dan Eropa. Sastra Jawa Nagarakretagama menjadi satu-satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara, Universitas Nasional Singapura, John N. Miksic, jangkauan kekuasaan Majapahit bahkan meliputi Sumatra dan Singapura bahkan Thailand Selatan yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung, dan seni.[26] Budaya Jawa termasuk unik karena bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur yakni ngoko, madya, dan krama.
Bahasa Jawa merupakan bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Jawa di wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa. Bahasa ini dikenal mempunyai jumlah besar kata serapan dari bahasa Sanskerta, terutama ditemukan dalam sastra Jawa.[27] Ini karena sejarah panjang pengaruh Hindu dan Buddha di Jawa.
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 28% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 22% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya mayoritas menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosakata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh.[28] Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
Pada abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20, bahasa Jawa aktif ditulis menggunakan aksara Jawa terutama dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagai bagian dari muatan lokal, namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.[29][30]
Para cendekiawan, penulis, penyair, dan sastrawan Jawa terkenal karena kemampuan mereka merumuskan gagasan dan menciptakan idiom untuk tujuan budaya yang tinggi, melalui rangkaian kata-kata untuk mengekspresikan makna filosofis yang lebih dalam. Beberapa idiom filosofis muncul dari sastra klasik Jawa, babad dan tradisi lisan, dan telah menyebar ke beberapa media dan diangkat sebagai moto yang populer. Contohnya seperti "Bhinneka Tunggal Ika", digunakan sebagai semboyan atau moto nasional Republik Indonesia, "Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo", "Jer Basuki Mawa Béya", "Rawé-Rawé rantas, Malang-Malang putung" dan "Tut Wuri Handayani".[31]
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologiAmerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum priyayi adalah kaum bangsawan.[32] Tetapi pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.
Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam (sekitar 96%). Masyarakat Muslim Jawa umumnya dikategorikan ke dalam dua kultur, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh Kejawen yang kuat. Orang Jawa juga ada yang menganut agama Kristen (sekitar 3%), baik Protestan maupun Katolik. Sekitar 1% orang Jawa lainnya juga menganut agama Hindu, Buddha, maupun kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai Kejawen. Kantong masyarakat Jawa Hindu masih ditemukan di kawasan pegunungan Bromo Tengger Semeru, sedangkan kantong masyarakat Jawa Buddha ada di desa Kalimanggis, Temanggung.
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracaritaRamayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris adalah dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.
Profesi
Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai petani. Sedangkan di perkotaan mereka berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dokter, guru dan lain-lain. Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jumlah orang Jawa mencapai 40% pada tahun 2015 dari penduduk Jakarta. Orang Jawa perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini terlihat dari jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2014 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[33] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga, dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp3–5 juta, 42% berpendapatan Rp1–3 juta, 10% berpendapatan Rp5–10 juta, 3% berpendapatan di bawah Rp1 juta, dan 1% berpendapatan di atas Rp10 juta.[34] Pekerjaan orang Jawa secara historis adalah sebagai berikut.
Petani
Secara tradisional, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Pertanian sangat umum karena tanah vulkanik yang subur di Jawa. Komoditas pertanian terpenting adalah beras. Pada tahun 1997, diperkirakan bahwa Jawa menghasilkan 55% dari total hasil panen Indonesia.[35] Sebagian besar petani bekerja di sawah skala kecil, dengan sekitar 42% petani bekerja dan mengolah kurang dari 0,5 hektar lahan.[35] Di wilayah di mana tanahnya kurang subur karena musim hujan pendek, tanaman pokok lainnya dibudidayakan, seperti singkong.[36]
Pedagang-pelaut
Lukisan seorang pelaut Jawa, 1855
Cetakan kayu dari seorang pedagang Jawa, 1640–1649
Para pedagang dan pelaut Jawa sudah sering melakukan pelayaran di lautan antara India dan Tiongkok pada awal abad ke-1.[37]:31-35Kapal Borobudur dari dinasti Sailendra Jawa membawa pelaut dan pemukim Nusantara ke Madagaskar dan Afrika Barat pada abad ke-8,[38]:31-35[39]:41 tetapi ada kemungkinan bahwa mereka sudah berada di sana pada awal 500 SM.[40][41]
Champa diserang oleh kapal-kapal Jawa atau kapal Kunlun pada tahun 774 dan 787.[42][43][44] Pada tahun 774 sebuah serangan diluncurkan ke Po-Nagar di Nha-trang di mana para perompak menghancurkan kuil-kuil, sementara pada tahun 787 sebuah serangan diluncurkan ke Phang-rang.[45][46][47] Beberapa kota pesisir Champa mengalami serangan angkatan laut dan serangan dari Jawa. Armada Jawa disebut sebagai Javabala-sanghair-nāvāgataiḥ (angkatan laut dari Jawa) yang tercatat dalam prasasti Champa.[48][49]
Orang Jawa mungkin telah berhubungan dengan benua Australia pada abad ke-10 M, dan bermigrasi ke sana, pemukiman mereka ada hingga awal 1600-an. Menurut Prasasti Waharu IV (931 M) dan Prasasti Garaman (1053 M),[50][51] Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Kahuripan zaman Airlangga (1000–1049 M) di Jawa mengalami masa kemakmuran panjang sehingga membutuhkan banyak tenaga terutama untuk membawa hasil panen, mengemas, dan mengirimkannya ke pelabuhan. Tenaga kerja berupa orang kulit hitam diimpor dari Jenggi (Zanzibar), Pujut (Australia), dan Bondan (Papua).[52][53] Menurut Naerssen, mereka tiba di Jawa dengan jalan perdagangan (dibeli oleh pedagang) atau ditawan saat perang dan kemudian dijadikan budak.[54] Menurut Chiaymasiouro, raja Demak, pada 1601 M ada subkelompok orang Jawa yang sudah menetap di tanah bernama LucaAntara, yang diyakini sebagai Australia.[55] Tetapi ketika pelayan Eredia pergi ke LucaAntara pada tahun 1610, tanah tersebut seolah-olah telah ditinggalkan.[56]
Catatan Arab abad ke-10 Ajayeb al-Hind (Keajaiban India) memberikan laporan invasi di Afrika oleh bangsa yang disebut Wakwak atau Waqwaq,[57]:110 mungkin adalah orang-orang Melayu Sriwijaya atau orang Jawa dari kerajaan Mataram Kuno,[58]:39 pada 945–946 M. Mereka tiba di pantai Tanganyika dan Mozambik dengan 1000 kapal dan berusaha merebut benteng Qanbaloh, meskipun akhirnya gagal. Alasan serangan itu adalah karena tempat itu memiliki barang-barang yang cocok untuk negara mereka dan China, seperti gading, kulit kura-kura, kulit macan kumbang, dan ambergris, dan juga karena mereka menginginkan budak hitam dari orang Bantu (disebut Zeng atau Zenj oleh orang Arab, Jenggi oleh orang Jawa) yang kuat dan menjadi budak yang baik.[57]:110 Keberadaan orang Afrika berkulit hitam masih dicatat sampai abad ke-15 pada prasasti-prasasti berbahasa Jawa kuno[59][60] dan orang Jawa masih dicatat mengekspor budak berkulit hitam pada era dinasti Ming.[61]
Penelitian pada tahun 2016 menunjukkan bahwa orang Malagasi menunjukkan hubungan genetik dengan berbagai kelompok etnis Nusantara, terutama dari Kalimantan bagian selatan.[62] Bagian dari bahasa Malagasi bersumber dari bahasa Ma'anyan dengan kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, dengan semua modifikasi linguistik lokal melalui bahasa Jawa atau Melayu.[63] Orang Ma'anyan dan Dayak bukanlah seorang pelaut dan merupakan penggarap sawah kering sedangkan sebagian orang Malagasi adalah petani sawah basah, sehingga kemungkinan besar mereka dibawa oleh orang Jawa dan Melayu dalam armada dagangnya, sebagai buruh atau budak.[57]:114-115 Budaya Jawa sepertinya juga mempengaruhi strata sosial di Madagaskar, gelar Malagasi "andriana" mungkin berasal dari gelar kebangsawanan Jawa kuno "Rahadyan" (Ra-hady-an), "hady" yang berarti "pejabat tinggi" atau "tuan".[64]
Selama era Majapahit, hampir semua komoditas dari Asia ditemukan di Jawa.[58]:233–234, 239–240 Ini dikarenakan perdagangan laut ekstensif yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit yang menggunakan berbagai jenis kapal, terutamanya jong, untuk berdagang ke tempat-tempat yang jauh.[58]:56–60, 286–291 Orang Eropa pada awal abad ke-16 menyebutkan tempat dan rute yang dikunjungi pedagang Jawa, yang meliputi Maluku, Timor, Banda, Sumatra, Melaka, Cina, Tenasserim, Pegu, Benggala, Pulicat, Koromandel, Malabar, Cambay (Khambat), dan Aden. Dari catatan penulis lain, dapat diketahui bahwa ada juga yang pergi ke Maladewa, Calicut (Kozhikode), Oman, Aden, dan Laut Merah.[65]:191-193[66]:199 Ma Huan (penerjemah Cheng Ho) yang mengunjungi Jawa pada tahun 1413, menyatakan bahwa pelabuhan di Jawa memperdagangkan barang dan menawarkan layanan yang lebih banyak dan lebih lengkap daripada pelabuhan lain di Asia Tenggara.[58]:233-234, 239-241 Juga pada era Majapahit penjelajahan orang-orang Nusantara mencapai prestasi terbesarnya: Ludovico di Varthema (1470–1517), dalam bukunya Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese menyatakan bahwa orang Jawa Selatan berlayar ke "negeri jauh di selatan" hingga mereka tiba di sebuah pulau di mana satu hari hanya berlangsung selama empat jam dan "lebih dingin daripada di bagian dunia mana pun". Penelitian modern telah menentukan bahwa tempat tersebut terletak setidaknya 900 mil laut (1666 km) selatan dari titik paling selatan Tasmania.[67]:248-251 Ketika Afonso de Albuquerque menaklukkan Malaka (1511), orang Portugis mendapatkan sebuah peta dari seorang mualim Jawa, yang juga menampilkan bagian dari benua Amerika. Mengenai peta itu, Albuquerque berkata:[68][69]:98-99
... peta besar seorang mualim Jawa, yang berisi Tanjung Harapan, Portugal dan tanah Brazil, Laut Merah dan Laut Persia, Kepulauan Cengkih, navigasi orang Cina dan Gore, dengan garis rhumb dan rute langsung yang bisa ditempuh oleh kapal, dan dataran gigir (hinterland), dan bagaimana kerajaan berbatasan satu sama lain. Bagiku, Tuan, ini adalah hal terbaik yang pernah saya lihat, dan Yang Mulia akan sangat senang melihatnya memiliki nama-nama dalam tulisan Jawa, tetapi saya punya seorang Jawa yang bisa membaca dan menulis, saya mengirimkan karya ini kepada Yang Mulia, yang ditelusuri Francisco Rodrigues dari yang lain, di mana Yang Mulia dapat benar-benar melihat di mana orang Cina dan Gore (Jepang) datang, dan tentu saja kapal Anda harus pergi ke Kepulauan Cengkih, dan di mana tambang emas ada, dan pulau Jawa dan Banda, asal pala dan fuli pala, dan tanah raja Siam, dan juga akhir dari navigasi orang Cina, arah yang dilaluinya, dan bagaimana mereka tidak bernavigasi lebih jauh.
— Surat Albuquerque untuk raja Manuel I dari Portugal, 1 April 1512.
Orang Jawa, seperti suku-suku Austronesia lainnya, menggunakan sistem navigasi yang mantap: Orientasi di laut dilakukan menggunakan berbagai tanda alam yang berbeda-beda, dan dengan memakai suatu teknik perbintangan sangat khas yang dinamakan star path navigation. Pada dasarnya, para navigator menentukan haluan kapal ke pulau-pulau yang dikenali dengan menggunakan posisi terbitnya dan terbenamnya bintang-bintang tertentu di atas cakrawala.[70]:10 Pada zaman Majapahit, kompas dan magnet telah digunakan, selain itu kartografi (ilmu pemetaan) telah berkembang. Pada tahun 1293 Raden Wijaya memberikan sebuah peta dan catatan sensus penduduk pada pasukan Mongol dinasti Yuan, menunjukkan bahwa pembuatan peta telah menjadi bagian formal dari urusan pemerintahan di Jawa.[71]:53 Penggunaan peta yang penuh garis-garis memanjang dan melintang, garis rhumb, dan garis rute langsung yang dilalui kapal dicatat oleh orang Eropa, sampai-sampai orang Portugis menilai peta Jawa merupakan peta terbaik pada awal tahun 1500-an.[58]:163–164, 166–168 [67]:249[69][72]:lxxix[73]
Kehadiran kolonial Eropa mengurangi jangkauan para pedagang-pelaut Jawa. Namun, pada tahun 1645, Diogo do Couto mengkonfirmasi bahwa orang Jawa pernah berkomunikasi dengan pantai timur Madagaskar.[74][75]:57 Keputusan Amangkurat I dari Kesultanan Mataram untuk menghancurkan kapal di kota-kota pesisir dan menutup pelabuhan untuk mencegah mereka memberontak pada pertengahan abad ke-17 semakin mengurangi kemampuan orang Jawa dalam berlayar jarak jauh. Ini diperkuat dengan perjanjian Mataram-VOC tahun 1705 yang melarang orang Jawa berlayar ke sebelah timur Lombok, sebelah utara Kalimantan, dan sebelah barat Lampung.[76] Pada paruh kedua abad ke-18, sebagian besar pedagang-pelaut Jawa dibatasi hanya untuk perjalanan jarak pendek.[70]:20-21
Orang Jawa dikenal memproduksi kapal besar yang disebut K'un-lun po (kapal po orang K'un-lun). Kapal-kapal ini telah melintasi lautan antara India dan Tiongkok pada abad ke-2, membawa hingga 1000 orang bersama 250–1000 ton kargo. Ciri-ciri kapal ini adalah berukuran besar (panjang lebih dari 50–60 m), memiliki papan berlapis, tidak bercadik, dipasang dengan banyak tiang dan layar, layar berupa layar tanja, dan memiliki teknik pengikat papan berupa ikatan dengan serat tumbuh-tumbuhan.[37]:41[39]:27-28[77]:275[78]:262[79]:347
Kegiatan perdagangan dan perbudakan Jawa di Afrika menyebabkan pengaruh yang kuat pada pembuatan perahu di Madagaskar dan pantai Afrika Timur. Hal ini ditunjukkan dengan adanya cadik dan oculi (hiasan mata) pada perahu-perahu Afrika.[80]:253-288[81]:94[82]:156
Jenis kapal besar lain yang dibangun orang Jawa adalah jong, yang baru dicatat pada prasasti berbahasa Jawa kuno dari abad ke-9 M.[83]:60 Meskipun karakteristiknya mungkin serupa, ia memiliki beberapa perbedaan dari po yaitu menggunakan pasak kayu untuk menyambung papan dan memiliki rasio penumpang terhadap bobot mati sebesar dua kalinya. Pada zaman Majapahit, sebuah jong biasanya membawa 600–700 orang dengan bobot mati 1200–1400 ton, dan memiliki LOD (panjang dek) sekitar 69,26–72,55 m dan LOA (panjang keseluruhan) sekitar 76,18–79,81 m. Yang terbesar, membawa 1000 orang dengan bobot mati 2000 ton, adalah sekitar 80,51 m LOD-nya dan 88,56 m LOA-nya.[84] Jong dibangun terutama di dua pusat pembuatan kapal utama di sekitar Jawa: Di pantai utara Jawa, di sekitar Cirebon dan Rembang-Demak (di selat Muria yang memisahkan gunung Muria dengan pulau Jawa), dan juga di pesisir Selatan Kalimantan, terutama di Banjarmasin dan pulau-pulau sekitarnya.[85]:377 Tempat ini sama-sama memiliki hutan jati, tetapi galangan kapal di Kalimantan tetap mendatangkan kayu jati dari Jawa, sedangkan Kalimantan sendiri menjadi pemasok kayu ulin.[86]:132Pegu (sekarang Bago), yang merupakan pelabuhan besar pada abad ke-16, juga memproduksi jong, oleh orang Jawa yang menetap di sana.[87]:250
Takjub akan kemampuan mereka, Albuquerque mempekerjakan 60 tukang kayu dan arsitek kapal Jawa dari galangan kapal Malaka dan mengirimnya ke India, dengan harapan bahwa para pengrajin ini dapat memperbaiki kapal-kapal Portugis di India. Akan tetapi mereka tidak pernah sampai di India, mereka memberontak dan membawa kapal Portugis yang mereka tumpangi ke Pasai, di mana mereka disambut dengan luar biasa.[88]:102-103 Orang Belanda juga menyadari kemahiran orang Jawa dalam pembuatan kapal, pada abad ke-18 galangan-galangan kapal di Amsterdam mempekerjakan orang Jawa sebagai mandor.[89]:202 Pembuatan kapal di Jawa terhambat ketika VOC memperoleh pijakan di Jawa mulai awal abad ke-17. Namun, pada abad ke-18 daerah pembuatan kapal Jawa (khususnya Rembang dan Juwana) telah mulai membangun kapal besar bergaya Eropa (jenis bark dan brigantine),[70]:20 kapal-kapal jenis ini bisa mencapai 400–600 ton muatannya, dengan rata-rata sebesar 92 last (165.6–184 ton metrik).[90] Pada 1856, John Crawfurd mencatat bahwa aktivitas pembuatan kapal Jawa masih ada pada pesisir Utara Jawa, dengan galangan kapal yang diawasi oleh orang Eropa, namun semua pekerjanya orang Jawa. Kapal-kapal yang dibuat pada abad ke-19 memiliki tonase maksimum 50 ton dan digunakan untuk pengangkutan di sungai.[91]:95
Pandai besi
Keris dekoratif dengan tokoh Semar sebagai pegangannya. Bilah memiliki tiga belas luk.
Senjata Jawa: Golok, gada, busur dan panah, sumpit, ketapel.
Pandai besi secara tradisional dihargai. Beberapa pandai besi berpuasa dan bermeditasi untuk mencapai kesempurnaan. Pandai besi Jawa menciptakan berbagai alat dan peralatan pertanian, dan juga barang-barang budaya seperti instrumen gamelan dan keris.[36] Seni membuat keris memberikan keterampilan teknis yang diterapkan pada pembuatan meriam. Meriam dan senjata api membutuhkan keahlian khusus dan mungkin dibuat oleh orang-orang yang sama. Kekuatan spiritual pandai besi dikatakan dipindahkan ke meriam yang mereka buat.[85]:384Meriam galah (bedil tombak) tercatat digunakan oleh orang Jawa di Indonesia pada tahun 1413.[92][93]
Duarte Barbosa sekitar tahun 1514 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, spingarde (arquebus), schioppi (meriam tangan), api Yunani, gun (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya. Setiap tempat di sana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.[65]:198[67]:254[94]:224 Pada tahun 1513, armada Jawa yang dipimpin oleh Pati Unus, berlayar untuk menyerang Melaka Portugis "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa terampil dalam perpandaian besi dan pengecoran, dan dalam semua pekerjaan dengan besi, melebihi apa yang mereka miliki di India".[95]:162[96]:23
Zhang Xie dalam Dong Xi Yang Kao (1618) menyebutkan bahwa kota Palembang, yang telah ditaklukkan oleh orang Jawa, menghasilkan minyak api ganas (ming huo yu), yang menurut Hua I Kao adalah sejenis getah pohon (shuchin), dan juga disebut minyak lumpur (niyu). Zhang Xie menulis:[97]:88
Benda ini sangat mirip dengan kapur barus, dan dapat merusak daging manusia. Ketika dinyalakan dan dilemparkan ke air, cahaya dan apinya menjadi lebih kuat. Orang barbar menggunakannya sebagai senjata api dan menghasilkan kebakaran hebat di mana layar, benteng, bagian atas, dan dayung semuanya terbakar dan tidak dapat menahannya. Ikan dan kura-kura yang bersentuhan dengannya tidak bisa lepas dari kehangusan.
Karena tidak disebutkan pompa penyembur, senjata itu mungkin adalah botol yang bisa pecah dengan sumbu.[97]:88
Pisau keris adalah barang penting, dengan banyak keris pusaka yang memiliki nilai sejarah signifikan. Desain keris adalah untuk merobek perut lawan, membuat cedera lebih parah.
Kota Gede terkenal dengan kerajinan perak dan kerajinan tangan yang berbahan perak.[98]
Orang Jawa membuat beberapa jenis baju zirah seperti karambalangan, kawaca, siping-siping, dan waju rante. Mereka juga membuat helm baja yang disebut rukuh. Baju zirah mungkin hanya digunakan oleh prajurit berpangkat tinggi dan pasukan terlatih/bergaji, dengan tentara permanen (standing army) yang digaji sebanyak 30.000 orang sudah ada pada era Singhasari dan Majapahit (1222 hingga 1527 M), pertama kali disebutkan dalam catatan Tiongkok Zhu Fan Zhi tahun 1225 M. Sebagian tentara Jawa biasanya terdiri dari petani pungutan yang bertempur dengan telanjang dada.[58]:320-321[99]:75-80[100]:111–113[101]:467[102]
Pembuatan Batik
Batik tradisional dibuat oleh perempuan sebagai hobi, tetapi beberapa kota dan desa memiliki spesialisasi dalam pembuatan batik, seperti Pekalongan, Kauman, Kampung Taman, dan Laweyan.
Ukiran kayu
Seni ukir kayu Jawa secara tradisional diterapkan pada berbagai atribut budaya seperti patung, boneka (wayang), dan topeng. Ukiran kayu juga menonjol sebagai ornamen dan detail rumah. Omah Kudus yang diukir dengan rumit adalah contoh bagus penguasaan ukiran kayu Jawa. Kota Jepara Jawa Tengah terkenal sebagai pusat lokakarya ukiran kayu Jawa, di mana para seniman dan tukang kayu secara khusus mengolah kayu jati Jawa.[103]
Perajin kayu Jawa membuat topeng tradisional pada era Hindia Belanda.
Alat-alat tukang kayu orang Jawa.
Alat pertanian Jawa.
Gambar alat produksi, kerajinan tangan, dan alat musik Jawa.
Alat musik Jawa, banyak di antaranya membutuhkan keahlian pandai besi dan tukang kayu.
Susi Pudjiastuti, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja (2014-2019) yang juga pengusaha pemilik dan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat.
^sekitar 152 juta umat Muslim Bengali di Bangladesh dan 36,4 juta umat Muslim Bengali di Republik India (perkiraan CIA Factbook 2014, angka pada pertumbuhan populasi yang pesat); sekitar 10 juta orang Bangladesh di Timur Tengah, 1 juta orang Bengali di Pakistan, 5 juta orang Bangladesh-Inggris.
^Gandhi, Rajmohan (2013). Punjab: A History from Aurangzeb to Mountbatten. New Delhi, India, Urbana, Illinois: Aleph Book Company. hlm. 1. ISBN978-93-83064-41-0.
^"Pemetaan Genetika Manusia Indonesia". Kompas.com (dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Februari 2016. Diakses tanggal 5 September 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abDick-Read, Robert (Juli 2006). "Indonesia and Africa: questioning the origins of some of Africa's most famous icons". The Journal for Transdisciplinary Research in Southern Africa. 2 (1): 23–45. doi:10.4102/td.v2i1.307.
^Blench, “The Ethnographic Evidence for Long-distance Contacts”, p. 432.
^I. W. Ardika & P. Bellwood, “Sembiran: The Beginnings of Indian Contact with Bali”, Antiquity 65 (1991): 221–32. See also I. W. Ardika, P. Bellwood, I. M. Sutaba & K. C. Yuliati, “Sembiran and the First Indian Contacts with Bali: An Update”, Antiquity 71(1997): 193–95.
^Ronald Duane Renard; Mahāwitthayālai Phāyap (1986). Anuson Walter Vella. Walter F. Vella Fund, Payap University. University of Hawaii at Manoa. Center for Asian and Pacific Studies. hlm. 121.
^ abcKumar, Ann (2012). 'Dominion Over Palm and Pine: Early Indonesia’s Maritime Reach', dalam Geoff Wade (ed.), Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies), 101–122.
^Shu, Yuan, ed. (2017). 中国与南海周边关系史 (History of China's Relations with the South China Sea). Beijing Book Co. Inc. ISBN9787226051870. 一、药材:胡椒、空青、荜拨、番木鳖子、芦荟、闷虫药、没药、荜澄茄、血竭、苏木、大枫子、乌爹泥、金刚子、番红土、肉豆蔻、白豆蔻、藤竭、碗石、黄蜡、阿魏。二、香料:降香、奇南香、檀香、麻滕香、速香、龙脑香、木香、乳香、蔷薇露、黄熟香、安息香、乌香、丁皮(香)。三、珍宝:黄金、宝石、犀角、珍珠、珊瑙、象牙、龟筒、 孔雀尾、翠毛、珊瑚。四、动物:马、西马、红鹦鹉、白鹦鹉、绿鹦鹉、火鸡、白 鹿、白鹤、象、白猴、犀、神鹿(摸)、鹤顶(鸟)、五色鹦鹉、奥里羔兽。五、金 属制品:西洋铁、铁枪、锡、折铁刀、铜鼓。六、布匹:布、油红布、绞布。[4]此 外,爪哇还向明朝输入黑奴、叭喇唬船、爪哇铣、硫黄、瓷釉颜料等。爪哇朝贡贸易 输人物资不仅种类多,而且数虽可观,如洪武十五年(1382年)一次进贡的胡椒就达 七万五千斤。[5]而民间贸易显更大,据葡商Francisco de Sa记载:“万丹、雅加达等港 口每年自漳州有帆船20艘驶来装载3万奎塔尔(quiutai)的胡椒。"1奎塔尔约合59 公斤则当年从爪哇输入中国胡椒达177万公斤。
^Manguin, Pierre-Yves (1993). 'The Vanishing Jong: Insular Southeast Asian Fleets in Trade and War (Fifteenth to Seventeenth Centuries)', dalam Anthony Reid (ed.), Southeast Asia in the Early Modern Era (Ithaca: Cornell University Press), hlm. 197-213.
^ abcJones, John Winter (1863). The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508. Hakluyt Society.
^ abcLiebner, Horst H. (2005), "Perahu-Perahu Tradisional Nusantara: Suatu Tinjauan Perkapalan dan Pelayaran", dalam Edi, Sedyawati, Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim, Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan; Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia, hlm. 53–124
^Suarez, Thomas (2012). Early Mapping of Southeast Asia: The Epic Story of Seafarers, Adventurers, and Cartographers Who First Mapped the Regions Between China and India. Tuttle Publishing.
^Rouffaer, G.P. (1915). De eerste schipvaart der Nederlanders naar Oost-Indië onder Cornelis de Houtman Vol. I. Den Haag: 'S-Gravenhage M. Nijhoff.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Unger, Richard W. (2013). "Chapter Five: The Technology and Teaching of Shipbuilding 1300-1800". Technology, Skills and the Pre-Modern Economy in the East and the West. BRILL. ISBN9789004251571.
^Lee, Kam Hing (1986): 'The Shipping Lists of Dutch Melaka: A Source for the Study of Coastal Trade and Shipping in the Malay Peninsula During the 17th and 18th Centuries', in Mohd. Y. Hashim (ed.), Ships and Sunken Treasure (Kuala Lumpur: Persatuan Muzium Malaysia), 53-76.
^Lombard, Denys (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Alih bahasa Indonesia dari Lombard, Denys (1990). Le carrefour javanais. Essai d'histoire globale (The Javanese Crossroads: Towards a Global History) vol. 2. Paris: Éditions de l'École des Hautes Études en Sciences Sociales.
^Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". The China Review. IV: p. 178.
^Manguin, Pierre-Yves (1976). "L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises". Arts Asiatiques. 32: 233–268.
^Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. In G. Wade & L. Tana (Eds.), Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past (pp. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.
^Crawfurd, John (1856). A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries. Bradbury and Evans.
^ abNeedham, Joseph (1986). Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic. Cambridge: Cambridge University Press.
^Jákl, Jiří (2014). Literary Representations of War and Warfare in Old Javanese Kakawin Poetry (Tesis). The University of Queensland.
^Oktorino, Nino (2020). Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN978-623-00-1741-4.
^Miksic, John N.; Goh, Geok Yian (2017). Ancient Southeast Asia. London: Routledge.
Caldarola, Carlo (1982), Religion and Societies: Asia and the Middle East (dalam bahasa Inggris), Walter de Gruyter
Gin, Ooi Keat (2004), Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to Timor. R-Z. Volume three (dalam bahasa Inggris), ABC-CLIO
Hooker, M.B. (1988), Islam in South East Asia (dalam bahasa Inggris), Brill
Bacaan lanjutan
Clifford Geertz.1960. The religion of Java. Glencoe: The Free press of Glencoe
Kuncaraningrat Raden Mas; Southeast Asian Studies Program (Institute of Southeast Asian Studies) (1985), Javanese culture, Oxford University Press, ISBN978-0-19-582542-8
Triastanti, Ani. Perdagangan Internasional pada Masa Jawa Kuno; Tinjauan Terhadap Data Tertulis Abad X-XII. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2007.
Inari (稲荷code: ja is deprecated ) adalah salah satu Kami dalam kepercayaan Jepang. Nama kehormatan bagi Inari adalah Inari no kami, Oinari-sama, Oinari-san, atau Inari Daimyōjin (稲荷大明神code: ja is deprecated ). Dalam bahasa Jepang, Ine (稲code: ja is deprecated ) berarti tanaman padi. Kuil yang memuliakan Inari disebut kuil Inari (稲荷神社code: ja is deprecated , Inari jinja). Pusat dari berbagai kuil Inari yang terdapat di seluruh Jepang adalah Kuil Fushimi Inari di distri...
لوهانسك علم شعار الاسم الرسمي (بالروسية: Луганский завод)(بالروسية: Ворошиловград)(بالروسية: Луганск)(بالروسية: Луганск)(بالروسية: Ворошиловград)(بالروسية: Луганск)(بالأوكرانية: Луганськ)(بالبيلاروسية: Луганск)(بالبيلاروسية: Варашылаўград)(بالبيلا...
Prasasti peringatan pendirian Rheinische Missionsgesellschaft di Mettmann. Rheinische Missionsgesellschaft (disingkat RMG; Indonesia: Serikat Misionaris Rheincode: id is deprecated ) adalah salah satu organisasi misionaris terbesar di Jerman. Nama Rheinische mengacu kepada sungai Rhein. Organisasi ini pada mulanya dibentuk dari misi-misi yang lebih kecil, yang didirikan sejak tahun 1799, tetapi secara resmi merupakan penyatuan tiga persatuan misi penginjilan di Elberfeld, Barmen dan Köln pad...
Wanda AustinLahir1954 (umur 69–70)The Bronx, New York City, Amerika SerikatHasil kerjaDisiplin ilmuTeknik kedirgantaraanKeanggotaan pada institusiAkademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Amerika SerikatUnited States National Academy of EngineeringAmerican Institute of Aeronautics and AstronauticsNASA Advisory CouncilU.S. Human Space Flight Plans CommitteeDefense Science Board Wanda M. Austin (lahir 1954; umur 65–66 tahun) adalah mantan presiden dan CEO di The Aerospace Corporation, ia ...
Sejarah ilmiah beralih ke halaman ini. Untuk kajian perkembangan ilmu, lihat Sejarah ilmu pengetahuan. Thucydides (c. 460-c. 400 BC) disebut juga bapak sejarah ilmiah Metode sejarah adalah langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah.[1] Tujuan dari metode sejarah adalah mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan suatu sintesis tertulis atas hasil yang dicapai. Metode sejarah merupakan suatu sistem prosedur yang benar unt...
Aunelle Cours de l’annelle. Caractéristiques Longueur 27,3 km [1] Bassin collecteur Escaut Régime pluvial océanique Cours Source dans la forêt domaniale de Mormal, près du sentier du Blanc Cheval · Localisation Locquignol · Altitude 156 m · Coordonnées 50° 15′ 24″ N, 3° 45′ 37″ E Confluence Hogneau · Localisation Crespin · Altitude 23 m · Coordonnées 50° 25′ 00″ N, 3° 40′ 14″ E Géog...
Questa voce sugli argomenti allenatori di pallacanestro statunitensi e cestisti statunitensi è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti dei progetti di riferimento 1, 2. Don Haskins Nazionalità Stati Uniti Pallacanestro Ruolo Allenatore Termine carriera 1999 Hall of fame Naismith Hall of Fame (1997) Carriera Giovanili 1949-1953 Okl. A&M Aggies Carriera da allenatore 1961-1999 UTEP Miners719-3531972 S...
Final Space Shuttle mission to the Mir space station STS-91Discovery lands at Kennedy, concluding the last mission in the Shuttle–Mir programNamesSpace Transportation System-91Mission typeShuttle-MirOperatorNASACOSPAR ID1998-034A SATCAT no.25356Mission duration9 days, 19 hours, 54 minutes, 2 seconds Spacecraft propertiesSpacecraftSpace Shuttle DiscoveryLanding mass117,861 kilograms (259,839 lb)Payload mass16,537 kilograms (36,458 lb) CrewCrew size6 up7 downMemb...
United Nations peacekeeping mission in Syria United Nations Supervision Mission in SyriaAbbreviationUNSMISFormation21 April 2012HeadRobert Mood until dateBabacar GayeParent organizationUnited Nations Security Council The United Nations Supervision Mission in Syria (UNSMIS) was a United Nations peacekeeping mission in Syria, set up in 2012 as a result of United Nations Security Council Resolution 2043 in response to the Syrian Civil War.[1] It was commanded by Norwegian Major General R...
Proposed NASA Mars communications satellite Not to be confused with the Earth Return Orbiter, an ESA Mars orbiter. Next Mars OrbiterThis proposed telecommunications orbiter features ion thrusters and improved solar arrays.NamesNeMO, Mars 2022 orbiter[1]Mission typeTelecommunications and reconnaissanceOperatorNASAMission durationPlanned: 6.5 years[1] Spacecraft propertiesLaunch mass1,900 kg (4,200 lb)[1]Dry mass1,300 kg (2,900 lb)[1]Payload m...
Campfire in the Redwoods by Edwin Deakin (1876), Laguna Art Museum. In North America, a campfire story is a form of oral storytelling performed around an open fire at night, typically in the wilderness, largely connected with the telling of stories having supernatural motifs or elements of urban legend. Whereas the activity is not incomparable to, nor mutually exclusive from indigenous practices, they should not be confused with each other in a contemporary context. History The modern campfir...
1997 World Rhythmic Gymnastics ChampionshipsLocation Berlin, GermanyStart date23 October 1997End date26 October 1997← Budapest 1996Seville 1998 → XXI World Rhythmic Gymnastics Championships were held in Berlin, the capital of Germany, October 23–26, 1997 Medal winners Event Gold Silver Bronze All-around Finals Teamdetails RussiaYana BatyrshinaNatalia LipkovskayaAmina Zaripova BelarusEvgenia PavlinaYulia RaskinaValeria Vatkina UkraineOlena Vitrychenko...
Martian crater Not to be confused with Galle (Martian crater). Crater on MarsGaleMount Sharp rises from the middle of the crater - the green dot marks the Curiosity rover landing site in Aeolis Palus (click the image to expand, the dot is barely visible at this scale.) North is down in this image.PlanetMarsCoordinates5°24′S 137°48′E / 5.4°S 137.8°E / -5.4; 137.8QuadrangleAeolisDiameter154 km (96 mi)[1]EponymWalter Frederick Gale Gale is a cra...
ناجي القشطيني معلومات شخصية الميلاد سنة 1899 كربلاء الوفاة سنة 1972 (72–73 سنة) بغداد سبب الوفاة نوبة قلبية مواطنة الدولة العثمانية المملكة العراقية الجمهورية العراقية الجمهورية العراقية الديانة الإسلام[1] أقرباء عباس حلمي القصاب (خال) الحياة ا...
Disused railway station in England CastlethorpeRemains of the station (1991)General informationLocationCastlethorpe, Milton KeynesEnglandCoordinates52°05′33″N 0°50′20″W / 52.0925°N 0.8388°W / 52.0925; -0.8388Grid referenceSP796444Platforms4Other informationStatusDisusedHistoryOriginal companyLondon and North Western RailwayPre-groupingLondon and North Western RailwayPost-groupingLondon Midland and Scottish Railway London Midland Region of British RailwaysKe...
State in Brazil For other uses, see Minas Gerais (disambiguation). This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Minas Gerais – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (April 2021) (Learn how and when to remove this message) State in BrazilMinas GeraisState FlagCoat of armsMotto(s): Libertas quæ ...
Chants used in the liturgies of the Western Christian Church For other uses, see Plainsong (disambiguation). Plainsong or plainchant (calque from the French plain-chant; Latin: cantus planus) is a body of chants used in the liturgies of the Western Church. When referring to the term plainsong, it is those sacred pieces that are composed in Latin text.[1] Plainsong was the exclusive form of Christian church music until the ninth century, and the introduction of polyphony.[2] Th...