Suku Guci adalah satu dari tujuh marga atau klan dari kaum Katumanggungan, anak dari Puti Indo Jalito dengan Maharajadiraja pemegang tampuk pulau Percha, pendiri alam Minangkabau, Sri Maharajo Dirajo di Pariangan—enam lainnya adalah Koto, Piliang, Dalimo, Sikumbang, Sipisang, dan Malayu.
Secara etimologi, kata "guci" didasarkan pada suku kata gu[1] dan ci,[2] yang masing-masing mewakili kegelapan dan "untuk bergerak dalam lingkaran." Suku kata "ci" terhubung ke akar ca yang berarti "pencapaian dari gerakan yang melingkar." Di antara kata benda paling awal yang berasal dari akar ini adalah cakra "roda" atau "lingkaran" dan candra "Bulan."[2]
Suku Guci menyebar hampir merata di alam Minangkabau baik di Luhak nan Tigo, yaitu di Tanah Datar, Padang Panjang, Agam, Bukittinggi, Lima Puluh Kota, dan Payakumbuh, maupun di rantau, seperti di Sijunjung, Sawahlunto, Dharmasraya, Solok, Kota Solok, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, dan Pesisir Selatan, serta di berbagai rantau lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.
Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana, bana badiri sandirinyo, bana manuruik alua jo patuik, manuruik patuik jo mungkin.
— Petitih struktur pemerintahan adat Minangkabau
Berikut ini beberapa gelar Penghulu suku Guci:
Di beberapa nagari, suku Guci bersekutu dengan suku lain dan membentuk beberapa aliansi, antara lain:
Syarak mangato adat mamakai, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
— Aforisme relasi antara adat dan syarak di alam Minangkabau
Berikut beberapa gelar Datuk Tuanku atau Imam suku Guci beserta malinnya:
Berikut beberapa tokoh yang berasal dari suku Guci:
|url-status=
Artikel bertopik kelompok etnik ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Lokasi Pengunjung: 3.233.221.90