Seiyū sering menyanyikan sendiri lagu dari anime yang dibintanginya. Sebagian di antaranya merilis album sebagai penyanyi J-pop, menjadi penyiar radio, atau aktor drama di panggung. Seiyū wanita yang juga menjadi penyanyi, model bikini, atau penyiar radio disebut idol seiyū.
Pendidikan
Di Jepang, lulusan Sekolah Menengah Atas yang ingin menjadi seiyū dapat mengikuti kuliah di jurusan drama yang diadakan akademi, universitas, atau sekolah kejuruan (senmon gakkō). Di lembaga pendidikan formal yang terakreditasi, lama pendidikan paling sedikit satu tahun lebih (minimal 800 jam pelajaran). Satu angkatan seiyū di akademi atau sekolah kejuruan diharuskan minimal terdiri 40 siswa.[1]
Kurikulum di sekolah kejuruan lebih bersifat umum, mulai dari dasar-dasar akting hingga praktiknya. Tidak hanya di sekolah kejuruan khusus pengisi suara, calon seiyū juga bisa kuliah di jurusan seiyū milik sekolah kejuruan umum yang juga mendidik narator, penyiar, staf media elektronik, dan staf produksi anime.[2]
Di kursus swasta pengisi suara, kurikulum tidak seintensif pendidikan di akademi atau sekolah kejuruan. Biaya pendidikan juga lebih murah.[1] Berbeda dengan akademi atau sekolah kejuruan, kursus swasta umumnya tidak perlu ujian masuk.
Selain belajar di akademi dan sekolah kejuruan, calon seiyū bisa langsung melamar ke pusat pelatihan milik kelompok teater. Di pusat pelatihan (yōiku-jo) milik grup teater atau agen seiyū, calon siswa harus mengikuti ujian masuk yang sering sangat kompetitif. Siswa umumnya terdiri dari lulusan akademi atau sekolah kejuruan. Oleh karena itu, kurikulum lebih berupa pendidikan tingkat lanjut untuk bekerja sebagai seiyū profesional.[2] Selain jalur pendidikan formal, calon seiyū dapat mencoba cara-cara lain, termasuk bergabung dengan grup teater yang menerima calon anggota.
Pekerjaan
Sewaktu mengisi suara anime, seiyū harus bisa memerankan karakter dari berbagai lapisan umur, laki-laki atau perempuan, bayi, anak-anak, orang lanjut usia, hingga suara hewan dan mesin. Suara karakter pria (terutama bila tokohnya masih muda) sering diisi oleh seiyū wanita. Sebaliknya, suara peran wanita hampir tidak pernah diisi pria.
Proses pengisian suara anime disebut afureko (after recording). Dialog direkam sambil melihat percakapan karakter di layar. Namun sekarang, seiyū sering harus merekam suara di depan layar kosong atau gambar sketsa dari anime yang sedang diproduksi. Proses ini disebut puresuko (pre-scoring).
Proses sulih suara film impor disebut atereko (ateru recording, "ateru" berarti "menempelkan"). Seiyū menyesuaikan dialog mengikuti gerak bibir aktor di layar. Rekaman untuk film cerita bermasa putar 2 jam biasanya membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 8 jam.[3] Berbeda dengan anime atau film, rekaman suara karakter permainan video direkam berurutan sesuai jalannya permainan. Seorang seiyū bahkan harus mengisi suara seorang sendiri tanpa kehadiran lawan berdialog.
Dalam pertunjukan boneka atau drama yang dimainkan aktor berkostum (kigurumi), dialog diucapkan seiyū dari belakang layar. Suara untuk kigurumi dan aktor bersetelan (suit actor) biasanya sudah direkam sebelumnya. Bila tiba giliran berbicara, aktor yang berada di dalam kostum menekan tombol untuk memutar rekaman suara yang dibuat sebelumnya.
Penghasilan seiyū ditentukan berdasarkan tingkat senioritas. Sewaktu mengisi suara anime, honor dihitung dalam satuan 30 menit. Anime dengan masa putar 30 menit biasanya memakan waktu rekaman sekitar 3 hingga 4 jam.[3] Sewaktu mengisi narasi, honor dihitung dalam satuan 10 menit. Sementara itu, satuan waktu untuk iklan televisi lebih pendek lagi, antara 15 detik dan 30 detik.[4]
Sejarah
Era sandiwara radio
Sejarah dunia isi suara di Jepang bermula pada tahun 1925 dengan mengudaranya stasiun radio Biro Penyiaran Tokyo (nantinya disebut NHK). Masih pada tahun yang sama, 12 siswa diterima untuk dilatih bermain sandiwara di radio. Setelah lulus, mereka menjadi "seiyū" generasi pertama. Surat kabar menyebut mereka sebagai radio yakusha (aktor radio). Selanjutnya pada tahun 1941, NHK membuka kursus pemain sandiwara radio yang diberi nama Pusat Pelatihan Aktor Teater Biro Penyiaran Pusat Tokyo (Tokyo Chūō Hōsō Kyoku Senzoku Gekidan Haiyū Yōseijo). Tahun berikutnya (1942), lulusan angkatan pertama membentuk Teater Biro Penyiaran Pusat Tokyo (Tokyo Hōsō Gekidan) dan mulai siaran. Mereka bisa disebut generasi kedua seiyū.[5] Sekitar masa itu, istilah "seiyū" sudah mulai banyak digunakan media massa.[6]
Pencipta istilah "seiyū" adalah Tokusaburō Kobayashi sewaktu menjadi wartawan hiburan Yomiuri Shimbun atau mungkin produser acara hiburan NHK, Tatsuo Ōoka.[7] Pada waktu itu, istilah "seiyū" dipakai untuk pemain sandiwara radio anggota Teater Biro Penyiaran Tokyo dan teater milik radio lain. Setelah tibanya era televisi, istilah "seiyū" dipakai untuk aktor yang melakukan sulih suara atau mengisi suara anime.
Pada akhir tahun 1951, radio swasta bernama Radio Tokyo (sekarang Tokyo Broadcasting System) mulai mengudara. Sebuah grup teater juga didirikan untuk memproduksi sandiwara radio. Teater ini diberi nama Teater Radio Tokyo (Radio Tokyo Hōsō Gekidan) yang kemudian berganti nama Teater Radio TBS (TBS Hōsō Gekidan). Anak-anak masa itu sangat menyukai sandiwara radio Akadō Suzunosuke yang dimainkan Teater Radio TBS pada tahun 1957.
Di zaman belum ada televisi, pemain sandiwara radio ikut jadi bintang. Walaupun penggemar tidak kenal dengan wajahnya, Akira Nagoya yang sering memainkan peran pria tampan, dalam sebulannya bisa menerima hingga puluhan pucuk surat dari penggemar.[8] Pada masa keemasan sandiwara radio, surat kabar memuat daftar acara radio berikut profil bintang-bintang sandiwara radio. Tidak hanya makin banyak surat penggemar yang sampai di alamat pemain sandiwara radio, minat masyarakat untuk menjadi pemain sandiwara radio juga meningkat. Pada tahun 1953, Teater NHK Tokyo membuka lowongan siswa angkatan ke-5. Sejumlah 6.000 pelamar memperebutkan lowongan untuk sekitar 10 siswa. Mantan bintang sandiwara radio Hisashi Katsuta berpendapat bahwa masa kejayaan sandiwara radio adalah masa keemasan pertama dunia isi suara di Jepang.[7]
Animasi dalam bentuk film bersuara yang pertama di Jepang adalah Chikara to Onna no yononaka, sebuah film pendek produksi tahun 1933. Pengisi suaranya adalah para bintang film, seperti aktor komedi Roppa Furukawa. Film cerita animasi produksi Cina, Princess Iron Fan (鐵扇公主)[1] diputar di Jepang pada tahun 1942. Sulih suara dilakukan oleh artis katsudō benshi asal era film bisu, seperti Musei Tokugawa dan Yamano Ichirō. Seusai Perang Dunia II, Toei Animation mulai memproduksi film anime secara teratur. Aktor film, pelawak, dan pemain sandiwara radio ikut menjadi sibuk. Walaupun demikian, sulih suara film Barat ke dalam bahasa Jepang baru dimulai sejak adanya siaran televisi.
Tahun 1960-an: masa keemasan pertama
Awalnya istilah "seiyū" dipakai di Jepang untuk menyebut aktor sandiwara radio. Setelah televisi mulai dikenal, aktor teater secara berkelompok mencari kerja paruh waktu di stasiun televisi yang membutuhkan pengisi suara acara impor. Pada waktu itu, aktor drama yang berpengalaman masih merasakan dirinya sebagai aktor. Sebagian di antaranya risih disebut aktor suara (seiyū). Aktor veteran Ohtsuka Chikao bahkan menunjukkan sikap sangat menentang pembedaan antara pengisi suara dan aktor.[9][10] Begitu pula halnya dengan Naya Gorō, Makio Inoue,[11]Nachi Nozawa, dan Akira Kamiya.[12] Di lain pihak, Kazue Takahashi dan artis pengisi suara yang memulai karier dari sandiwara radio tidak merasa keberatan.[13] Sementara itu, Genzō Wakayama yang tidak pernah jadi aktor panggung merasa dirinya adalah pengisi suara yang profesional. Oleh karena itu, ia tidak senang dengan artis drama panggung yang bekerja paruh waktu sebagai pengisi suara.[14]
Di awal era televisi, lima studio besar (Shochiku, Toho, Daiei, Shintōhō, Toei) menandatangani kesepakatan untuk memboikot pasokan film bagi stasiun televisi. Akibatnya, stasiun televisi kekurangan materi tayang dan perlu mengimpornya dari Barat. Masa televisi Jepang dipenuhi materi impor merupakan masa keemasan pertama bagi pengisi suara di Jepang. Sebelum ditayangkan, sebagian besar program impor disulih suara ke dalam bahasa Jepang.[15][16][17] Pada masa NHK masih menayangkan film impor yang diberi teks bahasa Jepang, televisi swasta sudah menayangkan film impor hasil sulih suara. Paruh pertama tahun 1960-an adalah masa keemasan film seri dan film cerita impor di televisi Jepang. Film yang digemari adalah film Alain Delon yang suaranya diisi Nachi Nozawa.[17]
Aktor film tidak diminta jadi pengisi suara karena masalah honor dan adanya kesepakatan lima studio besar. Oleh karena itu, pengisi suara diambil dari kalangan aktor televisi, aktor panggung, dan aktor grup teater milik stasiun radio. Sementara itu, pengisi suara film anime impor kadang-kadang diambil dari kalangan seniman rakugo dan pelawak asal Asakusa. Pada masa itu, istilah "seiyū" belum dikenal oleh umum.[12] Sebutan waktu itu untuk pengisi suara adalah fukikae tarento (吹き替えタレントcode: ja is deprecated , artis sulih suara) atau ateshi (アテ師code: ja is deprecated ) karena bekerja "menempelkan" (ateru) suara dengan gerak-gerik bibir aktor di layar.[18][19] Di tengah masa keemasan sulih suara didirikan agen pengisi suara Tokyo Actor's Consumer's Cooperative Society (disingkat Haikyō). Agen-agen seiyū lain yang bermunculan di kemudian hari adalah pecahan dari Haikyō.
Anime impor pertama yang disulih suara di Jepang adalah Superman yang ditayangkan mulai 9 Oktober1955. Film seri impor pertama yang disulih suara adalah Cowboy G-Men pada tahun 1956. Kedua film disulih suara dan ditayangkan oleh televisi KRT (sekarang TBS). Namun seiyū selalu melakukan sulih suara secara langsung dan tidak direkam lebih dulu. Anime impor pertama yang sulih suaranya direkam lebih dulu sebelum ditayangkan adalah Jim and Judy In Teleland. Anime dengan judul bahasa Jepang Terebi Bōya no Bōken ini sekaligus menjadi afureko pertama di Jepang, disiarkan pertama kali oleh Nippon Television, 8 April1956.
Tahun 1970-an: masa keemasan kedua
Dunia isi suara di Jepang mengalami masa keemasan kedua bersamaan dengan masa keemasan anime yang terjadi sejak akhir tahun 1970-an. Sejumlah seiyū yang memainkan peran karakter pria tampan dalam anime ikut menjadi populer. Akira Kamiya, Furuya Tōru, dan Toshio Furukawa membentuk band bernama Slapstick dan sering mengadakan konser.[20] Selain itu masih banyak lagi seiyū yang aktif sebagai penyanyi rekaman dan merilis berbagai album, misalnya: Keiko Han, Keiko Toda, Akira Kamiya, Yu Mizushima, dan band Slapstick.[21] Dimulai dari Animetopia yang mulai mengudara tahun 1979, stasiun radio ramai-ramai membuat acara yang dibawakan penyiar dari kalangan seiyū. Radio drama begitu populer hingga dibuat sandiwara radio Yoru no Drama House yang mengudara dari tahun 1976 hingga 1983. Kontes seiyū amatir juga mulai sering diadakan.[22] Sekitar masa itu pula bermunculan berbagai majalah anime. Redaktur sekaligus pendiri Animage, Hideo Ogata menjalankan kebijakan editorial yang mengidolakan seiyū.[23]
Majalah-majalah lain mengikuti jejak Animage yang memuat artikel tentang bintang-bintang seiyū secara teratur. Penggemar anime mulai menempatkan seiyū sebagai salah satu profesi idaman. Agen seiyū yang sudah mapan pecah menjadi beberapa agen seiyū yang lebih kecil. Agen seiyū jumlahnya menjadi semakin banyak, dan masing-masing mendirikan pusat pelatihan sendiri. Sebagai hasilnya mulai bermunculan seiyū yang sejak awal memang bercita-cita menjadi pengisi suara anime. Pekerjaan mengisi suara anime akhirnya tidak lagi merupakan pekerjaan paruh waktu pemain sandiwara radio atau aktor panggung. Sepanjang masa keemasan yang berlangsung hingga paruh pertama tahun 1980-an, istilah "seiyū" mulai dikenal luas di Jepang. Orang awam tidak lagi salah tangkap. Seperti sering diceritakan kalangan pengisi suara di Jepang, kalau menyebut diri bekerja sebagai "seiyū", dulunya sering disangka bekerja di toko serba ada Seiyu.
Akhir tahun 1980-an merupakan puncak kepopuleran unit seiyū yang diberi nama NG5. Anggotanya terdiri dari 5 orang yang mengisi suara anime Ronin Warriors, termasuk Nozomu Sasaki dan Takeshi Kusao. Kepopuleran NG5 berlangsung saat masa keemasan kedua bagi dunia isi suara di Jepang mulai surut. Walaupun demikian, mereka begitu populer hingga sempat dibuatkan film dokumenter oleh televisi MBS.
Tahun 1990-an: masa keemasan ketiga
Televisi sebagai media yang bersifat publik melatarbelakangi terjadinya dua masa keemasan sebelumnya. Sementara itu masa keemasan ketiga terjadi setelah adanya media yang bersifat lebih pribadi, seperti: Internet, OVA, permainan konsol, pameran anime, dan acara radio bagi penggemar anime (aniraji, singkatan dari "anime radio"). Kesempatan ini dimanfaatkan dunia penerbitan dengan menerbitkan Seiyū Grand Prix dan Voice Animage. Keduanya terbit pertama kali pada tahun 1994, dan merupakan majalah pertama khusus dunia seiyū di Jepang. Acara khusus tentang dunia isi suara juga mulai ditayangkan di televisi. KTV menayangkan Voice Actor 30, dan jaringan TV Tokyo menayangkan Seiyū Kurabu.
Seiyū yang menjadi penyiar radio juga meraih banyak penggemar. CD yang dirilis juga ikut laris, dan penonton memadati konser di gedung berukuran besar. Acara radio menjadi bisnis yang menguntungkan setelah perusahaan rekaman mau menjadi sponsor bagi acara radio yang dibawakan oleh seiyū. Di antara seiyū yang sukses sebagai pembawa acara di radio terdapat Megumi Hayashibara, Hekiru Shiina, dan Mariko Kōda. Kesuksesan tidak hanya milik seiyū papan atas. Seiyū usia muda juga diorbitkan sebagai penyanyi oleh kantor manajemen artis dan perusahaan rekaman. Berbeda dari dua masa keemasan sebelumnya, orang tidak lagi mengenali seiyū hanya dari suaranya, melainkan juga dari wajahnya.
Setelah CD-ROM makin populer, pengembang jadi makin leluasa membuat permainan konsol yang memerlukan media simpan berkapasitas besar. Karakter dalam permainan konsol menjadi bisa berbicara, dan pekerjaan bagi pengisi suara bertambah. Seiyū sering menjadi bintang tamu dalam acara peluncuran permainan video. Di radio juga mulai diudarakan acara yang membahas permainan video. Pembawa acaranya adalah seiyū yang mengisi suara permainan video. Dengan adanya CD-ROM, karakter dalam permainan video di komputer pribadi juga mulai bisa berbicara. Seiyū spesialis permainan video dewasa mulai bermunculan berikut agen-agen yang mengurusi mereka.
Makin lumrahnya akses Internet membuat penggemar anime dapat mengakses profil seiyū yang menjadi idolanya. Acara yang dibawakan seiyū di radio internet juga semakin bertambah. Memasuki tahun 2000-an mulai bermunculan seiyū yang menjadi net idol. Selain memiliki sendiri siaran radio internet, mereka juga melakukan swaproduksi anime dan sandiwara radio.
Selama pertengahan hingga akhir tahun 2000an, bakat seiyū mulai merambah ke industri idola Jepang.[24] Contoh yang menonjol adalah dengan kehadiran Aya Hirano, Koharu Kusumi, dan Nana Mizuki. Istilah "2.5D", yang sering digunakan pada pertengahan tahun 2010-an, digunakan untuk menggambarkan seiyū yang akan memerankan karakter fiksi mereka dalam kehidupan nyata, seperti televisi atau drama panggung.[25][24] The term "2.5D", which picked up frequent usage in the mid-2010s, was used to describe voice actors who would portray their characters in real life, such as television or stage plays.[26] Selama pertengahan hingga akhir tahun 2010-an, proyek multimedia dengan konsep di mana seiyū muncul sebagai karakter fiksi mereka di kehidupan nyata semakin populer, ditunjukkan dengan kemunculan waralaba The Idolmaster dan Love Live![27] Majalah Seiyū Grand Prix mencatat bahwa lebih dari 1.500 seiyū berstatus aktif pada tahun 2021, dibandingkan dengan 370 pengisi suara (145 laki-laki dan 225 perempuan) pada tahun 2001.[28]
^Roman album gamba no bōken (ロマンアルバム ガンバの冒険). Tokuma Shoten. 1979.
^Abe, Kunio (1979). Koe no star no subete: TV yōga no ninkimono (声のスターのすべて : TV洋画の人気者). Tokyo: Kindaieigasha. hlm. 119.
^"Zadankai Lupin sansei, yume no fūkei (座談会 ルパン三世、夢の風景)". Seiyu Grand Prix. Shufunotomo (8). 1996.Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^ abTakada, Jō (1994). Seiyū ni naruniwa (声優になるには). Tokyo: Perikansha. hlm. 13, 22.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^"Seiyu magical tsūshin vol. 14 bangaihen i-ta-da-ki-ma-su-! zadankai Noriko Ohara-san, Kazue Takahashi-san, Masako Nozawa-san (声優マジカル通信 VOL.14番外編い・た・だ・き・ま・す・!座談会 小原乃梨子さん、高橋和枝さん、野沢雅子さん)". Gekkan Out. Minori Shobō (7). 1986.Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^Tori Miki Eiga hihō Vol. 3 Tori, Miki no eiga fukikae ō (映画秘宝 Vol.3 とり・みきの映画吹替王). Yosensha, 2004. p. 274
^Ano hi, yume no hako o aketa! terebi ōgon jidai no tateyakusha 12-nin no kokuhaku (あの日、夢の箱を開けた! : テレビ黄金時代の立役者12人の告白). Tokyo: Shogakukan. 2003. hlm. 190. ISBN4-0934-3701-7.
^Ueno, Osamu (1986). Mister radio ga tōru (ミスター・ラジオが通る). Tokyo: Jitsugyo no Nihon Sha,. hlm. 152. ISBN4-4081-0046-3..
^The Anime: 108. 1983.Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan); Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan); Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^Fujii, Seidō (2007). Radio na hibi: 80's radio days (ラジオな日々 : 80's radio days). Tokyo: Shogakukan. hlm. 24.
^Ogata, Hideo (2004). Ano hata o ute! "Animage" keppūroku (あの旗を撃て! 「アニメージュ」血風録). Tokyo: Oakla. hlm. 60, 120. ISBN4-7755-0480-0.