Saturnus adalah planet keenam dari Matahari dan merupakan planet terbesar kedua di Tata Surya setelah Jupiter. Saturnus juga merupakan sebuah raksasa gas yang memiliki perak rata-rata sekitar 9 kali radius rata-rata Bumi.[15][16] Massa jenis rata-rata Saturnus hanya 1/8 massa jenis rata-rata Bumi, tetapi dengan volume yang lebih besar dari Bumi, massa Saturnus tercatat 95 kali massa Bumi.[17][18][19] Saturnus dinamai menurut dewa kesejahteraan dan agribudaya dalam mitologi Yunani; simbol astronominya (♄) melambangkan sabit yang digunakan oleh dewa tersebut.
Interior Saturnus kemungkinan besar terdiri dari inti yang mengandung besi, nikel, dan batuan (senyawa silikon dan oksigen). Inti Saturnus dikelilingi oleh lapisan dalam yang terdiri dari hidrogen metalik, lapisan menengah yang terdiri dari hidrogen cair dan helium cair, dan lapisan luar yang mengandung gas. Saturnus memiliki rona kuning pucat karena kristal-kristal amonia yang memenuhi atmosfer bagian atasnya. Arus listrik yang terdapat di dalam lapisan hidrogen metaliknya diperkirakan merupakan penghasil medan magnet Saturnus, yang diketahui lebih lemah dari medan magnet Bumi, tetapi memiliki momen magnetik 580 kali lebih besar dari milik Bumi karena ukuran Saturnus yang lebih besar. Kekuatan medan magnet Saturnus hanya sekitar 1/20 dari kekuatan medan magnet Jupiter.[20] Meskipun penampilan atmosfer bagian luarnya tampak biasa, terdapat ketampakan berumur panjang yang memenuhi lapisan atmosfer ini. Kecepatan angin di Saturnus dapat mencapai 1.800 km/h (1.100 mph; 500 m/s), lebih tinggi dari kecepatan angin di Jupiter, tetapi tidak setinggi kecepatan angin di Neptunus.[21]
Saturnus terkenal dengan sistem cincinnya yang unik, yang sebagian besar terdiri dari partikel-partikel es dengan sedikit puing-puing batu dan debu. Setidaknya diketahui ada 82 satelit alami yang mengorbit Saturnus,[22] 53 di antaranya telah menerima nama resmi; jumlah ini tidak termasuk ratusan satelit alami minor pada sistem cincinnya. Titan, satelit alami terbesar Saturnus dan satelit alami terbesar kedua di Tata Surya, memiliki diameter yang lebih besar dari Merkurius, tetapi massa Titan lebih kecil dari massa Merkurius. Titan juga merupakan satu-satunya satelit alami di Tata Surya yang memiliki atmosfer tebal.[23]
Ciri-ciri fisik
Saturnus disebut raksasa gas karena hidrogen dan helium merupakan penyusun utama planet ini. Meskipun tidak memiliki permukaan yang padat, Saturnus diperkirakan memiliki inti yang padat.[24] Bentuk Saturnus menyerupai sferoid pepat, bola yang bentuknya tertekan pipih di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub sehingga terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa. Bentuk seperti ini muncul akibat rotasi Saturnus, yang menyebabkan radius khatulistiwa 60.268 km hampir 10% lebih besar dari radius 54.364 km
dari kutub ke kutub. Planet raksasa lainnya, Jupiter, Uranus, dan Neptunus juga memiliki bentuk semacam ini, tetapi tidak terlalu pepat seperti Saturnus. Perpaduan antara laju rotasi dengan tonjolan di sekitar bidang khatulistiwa Saturnus menyebabkan gravitasi permukaan 8,96 m/s2 di khatulistiwa 74% lebih tinggi dari gravitasi permukaan di kutub dan lebih rendah dari gravitasi permukaan Bumi. Akan tetapi, kecepatan lepas Saturnus hampir mencapai 36 km/s, jauh lebih tinggi daripada kecepatan lepas Bumi.[25]
Saturnus adalah satu-satunya planet di Tata Surya yang massa jenisnya lebih rendah dari massa jenis air (sekitar 30% lebih rendah).[26] Walaupun memiliki inti planet yang jauh lebih padat dari air, planet ini hanya memiliki massa jenis relatif0,69 g/cm3 karena atmosfernya yang mengandung gas. Massa Jupiter 318 kali massa Bumi,[27] sedangkan massa Saturnus 95 kali massa Bumi.[2] Kedua planet ini mencakup 92% total massa seluruh planet di Tata Surya.[28]
Struktur dalam
Meskipun sebagian besar materi penyusunnya berupa hidrogen dan helium, massa Saturnus tidak berada dalam fasegas karena hidrogen akan menjadi larutan non-ideal ketika massa jenisnya berada di atas 0,01 g/cm3; hal seperti ini dapat tercapai pada radius yang terdiri atas 99,9% massa Saturnus. Karena temperatur, tekanan, dan kepadatan Saturnus akan terus menerus meningkat sampai kepada intinya, hidrogen akan berubah menjadi logam pada lapisan-lapisan yang lebih dalam.[28]
Saturnus memiliki struktur dalam yang serupa dengan Jupiter, yang tersusun atas inti berbatu kecil yang dikelilingi oleh hidrogen dan helium serta kandungan volatil dalam jumlah kecil.[29] Inti Saturnus memiliki komposisi yang serupa dengan komposisi inti Bumi, tetapi komposisi inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar. Pengujian potensial gravitasi Saturnus dengan menggunakan model fisik interiornya telah memungkinkan terciptanya pembatasan massa inti Saturnus. Pada tahun 2004, para ilmuwan memperkirakan bahwa massa inti Saturnus kira-kira 9-22 kali massa Bumi,[30][31] sesuai dengan diameternya yang memiliki besar sekitar 25.000 km.[32] Inti planet ini dikelilingi lapisan hidrogen metalik cair yang tebal, diikuti oleh lapisan cair molekul hidrogen jenuh helium yang secara bertahap berubah menjadi gas seiring dengan meningkatnya ketinggian. Lapisan terluarnya mempunyai ketebalan 1.000 km dan terdiri dari gas.[33][34][35]
Saturnus memiliki interior yang panas, suhunya bisa mencapai 11.700 °C pada inti planet, dan planet ini dapat memancarkan energi ke ruang angkasa 2,5 kali lebih banyak daripada energi yang didapatkannya dari Matahari. Energi termal Jupiter yang dihasilkan oleh mekanisme Kelvin–Helmholtz dari kompresi gravitasi yang lambat tidak cukup untuk menjelaskan produksi panas Saturnus karena massa Saturnus lebih kecil dari massa Jupiter. Diperkirakan bahwa terdapat mekanisme alternatif atau tambahan lainnya yang memungkinkan Saturnus menghasilkan panas melalui "hujan" tetesan helium yang terjadi jauh di dalam interior Saturnus. Ketika tetesan helium tersebut turun melalui hidrogen dengan massa jenis yang lebih rendah, proses ini akan melepaskan panas melalui gesekan sehingga lapisan luar planet akan kehabisan helium.[36][37] Hujan berlian diduga turun di Saturnus, seperti halnya di Jupiter,[38] dan raksasa es Uranus dan Neptunus.[39]
Atmosfer
Atmosfer luar Saturnus mengandung 96,3% molekul hidrogen dan 3,25% helium,[40] tetapi kandungan helium Saturnus masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan helium yang melimpah di Matahari.[29] Jumlah unsur-unsur yang lebih berat dari helium (metalisitas) tidak diketahui secara pasti, tetapi jumlahnya diduga setara dengan kelimpahan unsur-unsur primordial dari pembentukan Tata Surya. Total massa unsur-unsur tersebut diperkirakan 19-31 kali massa Bumi, dan sebagian besar massanya terkonsentrasi di daerah inti Saturnus.[41]
Atmosfer Saturnus menunjukkan keberadaan pola pita yang mirip dengan Jupiter, tetapi pita Saturnus jauh lebih redup dan jauh lebih luas di dekat bidang khatulistiwanya. Adapun istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola pita ini sama seperti istilah yang digunakan di Jupiter. Wahana antariksa Voyager berhasil mengamati pola awan halus Saturnus yang belum pernah teramati sebelumnya ketika wahana tersebut terbang melewati Saturnus pada tahun 1980-an. Sejak saat itu kemajuan teleskop telah memungkinkan pengamatan dapat dilakukan secara rutin dari Bumi.[46]
Komposisi awan Saturnus bervariasi sesuai dengan kedalaman dan tekanannya. Pada lapisan awan atas, suhu berada pada kisaran 100-160 K dan tekanan berkisar antara 0,5 bar sampai 2 bar, dan awan terdiri dari kandungan es amonia. Awan es air mulai ditemukan pada lapisan yang memiliki tekanan berkisar antara 2,5 bar sampai 9,5 bar dan suhu pada kisaran 185-270 K. Pada lapisan berikutnya terdapat campuran amonium hidrosulfida yang berada pada kisaran tekanan 3-6 bar dengan kisaran suhu 190-235 K. Pada lapisan awan terbawah terdapat daerah tetesan air yang mengandung amonia yang terlarut dalam air, dengan tekanan berkisar antara 10-20 bar dan suhu antara 270-330 K.[47]
Atmosfer Saturnus terkadang dipenuhi oleh badai-badai berbentuk oval atau ketampakan lain yang umum terjadi di Jupiter. Pada tahun 1990, Teleskop Luar Angkasa Hubble sempat mengabadikan sebuah awan putih raksasa di dekat wilayah khatulistiwa yang tidak tampak ketika wahana Voyager mengunjungi planet ini. Pada tahun 1994, diamati pula badai lainnya yang berukuran lebih kecil. Badai seperti yang terjadi pada tahun 1990 dikenal dengan nama Bintik Putih Raksasa, fenomena jangka pendek unik yang hanya muncul sekali setiap satu tahun Saturnus (atau kira-kira setiap 30 tahun waktu Bumi) ketika terjadi titik balik matahari musim panas di belahan bagian utaranya.[48] Bintik Putih Raksasa ini sempat diamati sebelumnya pada tahun 1876, 1903, 1933, dan 1960; badai pada tahun 1933 merupakan badai yang paling terkenal. Jika siklus konstan ini terus berlanjut, badai raksasa lain diperkirakan akan muncul kembali pada sekitar tahun 2020.[49]
Saturnus menghasilkan angin terkencang kedua di antara semua planet di Tata Surya setelah Neptunus. Data yang dihimpun dari Voyager menunjukkan bahwa kecepatan puncak angin timur dapat mencapai 500 m/s (1.800 km/j).[50] Dalam citra-citra yang diabadikan oleh wahana antariksa Cassini selama tahun 2007, belahan utara Saturnus menunjukkan rona biru terang yang mirip dengan Uranus. Warna seperti ini kemungkinan disebabkan oleh hamburan Rayleigh.[51]Termografi menunjukkan bahwa kutub selatan Saturnus mempunyai pusaran kutub yang hangat dan fenomena seperti ini belum pernah ditemukan sebelumnya di Tata Surya. Walaupun suhu di Saturnus biasanya dapat mencapai −185 °C, suhu di pusaran kutubnya sering kali dapat mencapai —122 °C sehingga wilayah pusaran kutub ini diduga sebagai wilayah terhangat di Saturnus.[52]
Pola awan heksagonal permanen di sekitar atmosfer pusaran kutub utara (atau di sekitar 78°LU) pertama kali diabadikan oleh wahana Voyager.[53][54][55] Panjang setiap sisi heksagon kira-kira 13.800 km (8.600 mi), yang bahkan lebih panjang dari diameter Bumi.[56] Periode rotasi pola awan tersebut adalah 10j 39m 24d (sama dengan periode emisi radio Saturnus) dan diasumsikan sama dengan periode rotasi interior Saturnus.[57] Pola awan heksagonal ini tidak bergeser dari garis bujur seperti awan lainnya di atmosfer tampak.[58] Asal usul pola awan ini masih belum dapat dipastikan. Kebanyakan ilmuwan memperkirakan bahwa pola awan ini merupakan pola gelombang stasioner di atmosfer. Penelitian juga telah dilakukan dengan membuat replika bentuk poligon melalui rotasi diferensial cairan.[59][60]
Pusaran kutub selatan
Citra Hubble di wilayah kutub selatan Saturnus menunjukkan keberadaan arus jet, tetapi tidak ditemukan keberadaan pusaran kutub yang kuat atau gelombang stasioner heksagonal seperti di wilayah kutub utara.[61]
Pada November 2006, NASA melaporkan bahwa wahana Cassini telah menemukan bahwa badai "mirip hurikan" yang terkunci di wilayah kutub selatan, menunjukkan keberadaan dinding mata yang jelas.[62][63] Penemuan ini mendapat perhatian karena tidak ada planet lain di Tata Surya selain Bumi yang memiliki dinding mata; contohnya, citra-citra dari wahana Galileo tidak menunjukkan keberadaan dinding mata di Bintik Merah Raksasa Jupiter.[64]
Badai di kutub selatan Saturnus diperkirakan telah berlangsung selama miliaran tahun.[65] Ukuran pusaran badai tersebut bahkan setara dengan ukuran Bumi dan kecepatan anginnya mencapai 550 km/j.[65]
Ketampakan lain
Wahana Cassini juga menemukan serangkaian ketampakan awan di Saturnus yang dijuluki "String of Pearls" ("Untaian Mutiara") di garis lintang utara. Ketampakan ini sesungguhnya merupakan wilayah terbuka pada lapisan awan bagian dalam Saturnus.[66]
Saturnus memiliki medan magnetdipol yang sederhana dan simetris. Kekuatan medan magnetnya di wilayah khatulistiwa mencapai 0,2 gauss (20 µT), kira-kira 1/20 dari kekuatan medan magnet di sekitar Jupiter dan sedikit lemah dari medan magnet Bumi. Akibatnya, magnetosfer Saturnus jauh lebih kecil dari magnetosfer Jupiter;[68] ukuran magnetosfer Saturnus juga ditentukan oleh tekanan angin surya. Ketika Voyager 2 memasuki magnetosfer Saturnus, tekanan angin suryanya tinggi dan magnetosfernya hanya meluas sejauh 1,1 juta km (712.000 mi) atau 19 kali radius Saturnus.[69] Meskipun begitu, magnetosfernya terus meluas dalam beberapa jam dan tetap demikian selama sekitar tiga hari.[70] Besar kemungkinan bahwa serupa dengan Jupiter, medan magnet Saturnus dihasilkan oleh aliran dalam lapisan hidrogen metalik cair yang disebut dinamo hidrogen metalik.[68] Magnetosfer ini ternyata efisien untuk melindungi Saturnus dari partikel angin surya dari Matahari. Salah satu satelit alami Saturnus, Titan mengorbit planet ini di bagian luar magnetosfernya sehingga menyebabkan munculnya plasma dari partikel-partikel yang terionisasi di atmosfer bagian luar Titan.[20] Magnetosfer Saturnus juga menghasilkan aurora seperti magnetosfer Bumi.[71]
Rotasi dan orbit
Saturnus mengorbit Matahari pada jarak rata-rata lebih dari 1,4 juta kilometer (9 sa). Dengan kecepatan orbit rata-rata 9,68 km/s,[2] Saturnus memerlukan waktu selama 10.759 hari Bumi (sekitar 29 ½ tahun)[72] untuk menyelesaikan satu kali revolusinya mengelilingi Matahari.[2] Akibatnya, Saturnus membentuk resonansi orbit 5:2 dengan Jupiter.[73] Orbit Saturnus berinklinasi 2,48° relatif terhadap bidang orbit Bumi.[2] Jarak Saturnus saat perihelion dan aphelion, masing-masing adalah 9,195 sa dan 9.957 sa.[2][74]
Astronom telah menggunakan tiga sistem yang berbeda untuk menentukan kala rotasi Saturnus, meskipun saat ini Sistem III telah banyak tergantikan oleh Sistem II.[75]Sistem I sendiri memiliki kala rotasi 10j 14m 00d (844.3°/hari) dan mencakup zona khatulistiwa, sabuk khatulistiwa selatan, dan sabuk khatulistiwa utara. Selain itu, wilayah kutubnya diperkirakan memiliki kala rotasi yang serupa dengan Sistem I. Seluruh garis lintang Saturnus, kecuali wilayah kutub utara dan kutub selatan termasuk ke dalam Sistem II dan kala rotasinya adalah 10j 38m 25.4d (810.76°/hari).[75]Sistem III merujuk kepada kala rotasi interior Saturnus. Berdasarkan emisi radio Saturnus yang dideteksi oleh Voyager 1 dan Voyager 2,[76]Sistem III memiliki kala rotasi 10j 39m 22.4d (810,8°/hari).[75]
Lama kala rotasi interior planet ini masih sulit untuk dipecahkan. Saat mendekati Saturnus pada tahun 2004, wahana Cassini menemukan bahwa kala rotasi radio Saturnus telah meningkat cukup pesat, menjadi kira-kira 10j 45m 45d±jm 36d.[77][78] Perkiraan kala rotasi Saturnus (sebagai patokan kala rotasi Saturnus secara keseluruhan) berdasarkan kompilasi berbagai pengukuran dari wahana Cassini, Voyager, dan Pioneer adalah 10j 32m 35d.[79] Penelitian yang dilakukan terhadap Cincin C menghasilkan kala rotasi 10j 33m 38d+ j 1m 52d− j 1m 19d.[9][10]
Pada Maret 2007, ditemukan bahwa variasi emisi radio dari planet ini tidak cocok dengan kala rotasi Saturnus. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh aktivitas geiser pada satelit alami Enceladus. Uap air yang dilepaskan ke orbit Saturnus oleh aktivitas geiser ini akan bermuatan dan menciptakan hambatan pada medan magnet Saturnus, yang memperlambat rotasinya sedikit relatif terhadap rotasi planet ini.[80][81][82]
Saturnus diketahui tidak memiliki satu pun asteroid troya yang mengitarinya. Terdapat planet minor yang mengitari Matahari di titik Lagrangian yang stabil, dinamai L4 and L5, terletak pada sudut 60° terhadap Saturnus di sepanjang orbitnya. Asteroid troya juga telah ditemukan mengitari planet Mars, Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Mekanisme resonansi orbit, termasuk resonansi sekuler dipercayai merupakan penyebab Saturnus tidak memiliki asteroid troya.[83]
Saturnus diketahui memiliki 82 satelit alami,[22] 53 di antaranya diberikan penamaan resmi.[84][85] Selain itu, terdapat bukti keberadaan puluhan hingga ratusan satelit minor dengan diameter berkisar antara 40-500 meter di cincin-cincin Saturnus.[86]Titan, satelit alami terbesarnya, mencakup 90% dari total massa seluruh objek yang mengitari Saturnus, termasuk sistem cincinnya.[87] Satelit alami terbesar kedua Saturnus, Rhea, juga memiliki atmosfer dan sistem cincin yang tipis.[88][89][90][91]
Satelit-satelit lainnya sebagian besar memiliki ukuran yang kecil: 34 di antaranya mempunyai diameter kurang dari 10 km, sedangkan 14 satelit lainnya memiliki diameter yang berkisar antara 10 dan 50 km.[92] Hampir semua nama satelit Saturnus diambil dari nama dewa-dewa Titan dalam mitologi Yunani. Satelit terbesar Saturnus, Titan, juga merupakan satu-satunya satelit alami di Tata Surya yang memiliki atmosfer tebal.[93][94] Pada atmosfer Titan juga terdapat bahan kimia organik yang kompleks. Titan juga merupakan satu-satunya satelit alami yang diketahui memiliki danau hidrokarbon.[95][96]
Satelit alami Saturnus, Enceladus juga memiliki komposisi kimiawi yang mirip dengan komet,[99] sehingga sering kali dianggap sebagai habitat potensial bagi kehidupan mikroba.[100][101][102][103] Kemungkinan ini dibuktikan dengan keberadaan partikel-partikel kaya garam dengan komposisi mirip lautan, sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar es yang dikeluarkan Enceladus berasal dari penguapan air garam cair.[104][105][106] Pada tahun 2015, saat Cassini terbang melewati bulu-bulu Enceladus, wahana ini menemukan bahwa bulu-bulu tersebut terdiri dari bahan-bahan yang bisa menopang bentuk kehidupan yang hidup dengan metanogenesis.[107]
Pada April 2014, ilmuwan NASA melaporkan kemungkinan pembentukan satelit alami baru pada Cincin A yang diabadikan oleh Cassini pada tanggal 15 April 2013.[108]
Cincin Saturnus (diabadikan oleh Cassini pada tahun 2007) merupakan cincin planet dengan massa terbesar sekaligus yang paling mencolok di Tata Surya.[34]
Citra ultraviolet cincin luar Saturnus—cincin A dan B—dengan warna semu; cincin kecil kusam di Divisi Cassini dan Celah Encke ditunjukkan dalam warna merah.
Saturnus dikenal karena memiliki sistem cincin planet yang membuatnya terlihat unik.[34] Sistem cincin ini membentang sepanjang 6.630 km hingga 120.700 km (4.120 hingga 75.000 mi) di atas khatulistiwa dengan rata-rata ketebalan kira-kira 20 meter (60 kaki). Cincin-cincin ini didominasi oleh kandungan es air dan sedikit senyawa tholin serta lapisan yang dihujani dengan sekitar 7% karbon tak berwujud.[109] Partikel-partikel yang membentuk cincin ini memiliki ukuran yang bervariasi dari sekecil debu hingga 10 m.[110] Meskipun raksasa gas lainnya juga memiliki sistem cincinnya sendiri, sistem cincin Saturnus merupakan yang paling besar dan paling mudah terlihat.
Terdapat dua hipotesis mengenai asal usul sistem cincin ini. Satu hipotesis menyatakan bahwa sistem cincin ini merupakan sisa-sisa satelit alami Saturnus yang hancur. Hipotesis kedua menyatakan bahwa sistem cincin ini merupakan sisa-sisa dari materi nebula yang membentuk Saturnus. Beberapa partikel es di cincin E berasal dari geiser Enceladus.[111][112][113][114] Kelimpahan air di sistem cincin ini tersebar secara radial, dengan cincin terluar A yang memiliki kandungan es air paling murni. Perbedaan penyebaran ini mungkin dapat disebabkan oleh serangan meteor.[115]
Jauh di luar cincin utama Saturnus dengan jarak 12 juta km dari planet terdapat cincin renggang Phoebe, yang miring pada sudut 27° terhadap cincin-cincin lainnya dan mengitari Saturnus dalam orbit retrograde (orbitnya berlawanan dengan arah rotasi planet induknya) seperti satelit Phoebe.[116]
Beberapa satelit alami Saturnus, termasuk Pandora dan Prometheus berperan sebagai satelit penggembala yang menahan sistem cincin Saturnus agar tidak menyebar keluar.[117] Gelombang kerapatan linier yang lemah di cincin Saturnus yang disebabkan oleh Pan dan Atlas dapat menghasilkan perhitungan yang lebih reliabel mengenai massa kedua satelit ini.[118]
Sejarah pengamatan dan penjelajahan
Pengamatan dan penjelajahan Saturnus terbagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengamatan zaman kuno (misalnya dengan mata telanjang) sebelum penemuan teleskop modern. Tahap kedua dimulai pada abad ke-17 dengan pengamatan melalui teleskop dari Bumi, yang semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Tahap ketiga adalah kunjungan wahana antariksa, baik yang mengorbit Saturnus atau yang hanya terbang melintasi Saturnus saja. Pada abad ke-21, pengamatan menggunakan teleskop terus dilakukan dari Bumi (termasuk observatorium yang mengorbit Bumi seperti Teleskop Luar Angkasa Hubble) dan juga dari pengorbit Saturnus Cassini sebelum pensiun pada tahun 2017.
Saturnus telah dikenal sejak masa prasejarah,[119] dan merupakan karakter utama dalam berbagai mitologi. Astronom Babilonia mengamati dan mencatat pergerakan Saturnus secara teratur sejak dahulu kala.[120] Dalam bahasa Yunani kuno, planet ini dikenal sebagai ΦαίνωνPhainon,[121] dan pada masa Kekaisaran Romawi planet ini dikenal pula sebagai "bintang Saturnus".[122] Dalam mitologi Romawi kuno, planet Phainon dianggap suci oleh dewa agribudaya bernama Saturnus, yang namanya digunakan sebagai nama modern planet ini.[123] Bangsa Romawi menganggap bahwa dewa Saturnus setara dengan dewa Yunani bernama Kronos; dalam bahasa Yunani modern, nama planet ini tetap Kronos.[124]
Seorang ilmuwan Yunani bernama Ptolemy, mendasari perhitungannya mengenai orbit Saturnus pada pengamatan yang ia lakukan ketika Saturnus mencapai oposisi.[125] Dalam astrologi Hindu, terdapat sembilan objek astrologi yang dikenal sebagai Nawagraha. Saturnus dikenal sebagai "Sani" dan menilai setiap orang berdasarkan amal baik dan amal buruk yang mereka lakukan semasa hidup.[123][125] Dalam kebudayaan Jepang dan Tionghoa kuno, Saturnus disebut "bintang bumi" (土星). Hal ini didasarkan pada filosofi Lima Unsur yang secara tradisional digunakan untuk menggolongkan unsur-unsur alami.[126][127][128]
Pengamatan oleh ilmuwan Eropa (abad ke-17 hingga ke-19)
Sistem cincin Saturnus hanya dapat diamati paling tidak melalui teleskop dengan diameter 15 mm.[131] Oleh karena itu, keberadaan sistem cincin ini tidak diketahui sampai Christiaan Huygens melihat sistem cincin ini pada tahun 1659. Di sisi lain, ketika Galileo melakukan pengamatan melalui teleskopnya pada tahun 1610,[132][133] ia mengira bahwa sistem cincin ini adalah dua satelit yang terperangkap pada sisi Saturnus.[134][135] Gagasan ini kemudian dibantah ketika Huygens menggunakan perbesaran lensa teleskop yang lebih tinggi untuk mengamatinya dan pada saat itu sistem cincin Saturnus benar-benar terlihat untuk pertama kalinya. Huygens juga menemukan satelit alami Titan; Giovanni Domenico Cassini kemudian menemukan empat satelit alami lainnya: Iapetus, Rhea, Tethys dan Dione. Pada tahun 1675, Cassini menemukan celah yang saat ini dikenal dengan nama Divisi Cassini.[136]
Tidak ada penemuan penting lainnya sampai tahun 1789 ketika William Herschel berhasil menemukan dua satelit lainnya, Mimas dan Enceladus. Satelit berbentuk tidak beraturan, Hyperion yang memiliki resonansi dengan Titan, ditemukan oleh tim Inggris pada tahun 1848.[137]
Pada tahun 1899, William Henry Pickering menemukan Phoebe, sebuah satelit yang berbentuk sangat tidak beraturan yang tidak berotasi secara serempak dengan Saturnus seperti halnya satelit-satelit besar lainnya.[137] Phoebe adalah satelit pertama yang ditemukan dengan kondisi semacam ini dan satelit ini juga memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengorbit Saturnus dalam gerakan retrograde. Penelitian yang dilakukan terhadap Titan pada awal abad ke-20 telah berhasil mengungkapkan keberadaan sebuah atmosfer tebal pada Titan pada tahun 1944; ketampakan ini cukup unik di antara satelit lainnya di Tata Surya.[138]
Pioneer 11 terbang melewati Saturnus untuk pertama kalinya pada September 1979 pada jarak 20.000 km di atas awan Saturnus. Citra-citra yang diabadikan terdiri dari citra planet beserta citra beberapa satelitnya, meskipun resolusi yang dihasilkan sangat rendah untuk melihat permukaan Saturnus secara rinci. Wahana ini juga mempelajari sistem cincin Saturnus, dan mengungkapkan keberadaan cincin F Saturnus yang tipis dan fakta bahwa celah gelap pada sistem cincin tampak cerah jika dilihat pada sudut fase yang tinggi (ke arah Matahari), yang berarti bahwa celah tersebut mengandung materi hamburan cahaya yang halus. Selain itu, Pioneer 11 juga mengukur temperatur di Titan.[139]
Penerbangan lintas Voyager
Pada November 1980, Voyager 1 mengunjungi sistem Saturnus. Wahana ini mengirimkan citra Saturnus beserta sistem cincin dan satelitnya dalam resolusi tinggi. Ketampakan permukaan satelit-satelitnya dapat terlihat untuk pertama kalinya. Voyager 1 kemudian terbang melewati Titan dan meningkatkan pengetahuan manusia mengenai satelit ini. Selain itu, Voyager 1 juga membuktikan bahwa atmosfer Titan tidak dapat dilalui dalam panjang gelombang kasatmata, sehingga tidak ada detail mengenai permukaan Titan.[140]
Hampir setahun kemudian, pada Agustus 1981, Voyager 2 melanjutkan penelitian terhadap sistem Saturnus. Lebih banyak citra satelit-satelit Saturnus yang diambil dari jarak dekat, sekaligus ditemukan bukti perubahan pada atmosfer dan sistem cincinnya. Namun, saat terbang melewati Saturnus, kamera wahana antariksa ini tersangkut selama beberapa hari sehingga penggambilan gambar yang telah direncanakan sebelumnya hilang. Voyager 2 memanfaatkan gravitasi Saturnus untuk mengarahkan lintasannya menuju Uranus.[140]
Kedua wahana ini juga telah menemukan dan memastikan keberadaan satelit-satelit alami baru yang mengorbit di dekat atau di dalam sistem cincin Saturnus, sekaligus menemukan Celah Maxwell (celah di dalam cincin C)[141] dan Celah Keeler (celah seluas 42 km di cincin A).[142]
Prob antariksaCassini-Huygens memasuki orbit Saturnus pada tanggal 1 Juli 2004. Pada Juni 2004, wahana ini terbang di dekat Phoebe dan mengirimkan data dan citra dengan resolusi tinggi ke Bumi. Saat Cassini terbang melewati satelit terbesar Saturnus, Titan, wahana ini menangkap citra radar danau besar dengan garis pantai yang terdiri dari banyak pulau dan gunung. Wahana ini terbang melewati Titan sebanyak dua kali sebelum meluncurkan wahana Huygens pada tanggal 25 Desember 2005. Huygens mendarat pada permukaan Titan pada tanggal 14 Januari 2006.[143]
Mulai awal tahun 2005, Cassini digunakan para ilmuwan untuk mendeteksi keberadaan petir di Saturnus. Kekuatan petir ini kira-kira 1.000 kali kekuatan petir di Bumi.[144]
Pada tahun 2006, NASA melaporkan bahwa Cassini telah menemukan bukti keberadaan sumber air tidak lebih dari puluhan meter di bawah permukaan geiser yang metelus di Enceladus. Semburan ini terdiri dari partikel-partikel es yang dipancarkan ke sekitar orbit Saturnus dari lubang-lubang di wilayah kutub selatan satelit ini.[146] Sejauh ini telah ditemukan lebih dari 100 geiser di Enceladus.[145] Pada Mei 2011, para ilmuwan NASA melaporkan bahwa Enceladus "muncul sebagai tempat paling layak huni di luar Bumi bagi kehidupan seperti yang kita ketahui".[147][148]
Cassini telah mengungkapkan cincin planet yang belum pernah ditemukan sebelumnya di luar cincin utama Saturnus yang terang, dan di dalam cincin G dan E. Cincin ini diduga berasal dari meteoroid yang jatuh pada satelit Janus dan Epimetheus.[149] Pada Juli 2006, citra-citra yang dikirimkan oleh Cassini menunjukkan danau hidrokarbon di dekat kutub utara Titan, yang keberadaannya dipastikan pada Januari 2007. Pada Maret 2007, lautan hidrokarbon ditemukan di dekat wilayah kutub utara Titan yang ukuran terbesarnya hampir seukuran Laut Kaspia.[150] Pada Oktober 2006, wahana ini mendeteksi badai mirip siklon berdiameter 8.000 km dengan dinding mata pada kutub selatan Saturnus.[151]
Terhitung dari tahun 2004 sampai tanggal 2 November 2009, wahana ini telah menemukan dan mengkonfirmasi delapan satelit baru.[152] Pada April 2013, Cassini mengirimkan citra hurikan yang ditemukan pada kutub utara Saturnus yang ukurannya 20 kali hurikan di Bumi, dengan kecepatan angin lebih dari 530 km/h (330 mph).[153] Pada 15 September 2017, wahana Cassini-Huygens menjalankan misi terakhirnya di Saturnus yang diberi nama "Grand Finale", dengan terbang melewati celah-celah antara Saturnus dan sistem cincin bagian dalamnya sebelum mengakhiri misinya dengan menabrakkan diri ke atmosfer Saturnus.[154][155]
Misi-misi yang direncanakan
Penjelajahan lebih lanjut ke Saturnus masih dianggap sebagai opsi yang menjanjikan bagi NASA sebagai bagian dari program New Frontiers mereka yang sedang berjalan. NASA sebelumnya berencana mengajukan misi ke Saturnus, termasuk Saturn Atmospheric Entry Probe, dan melakukan penyelidikan mengenai kemungkinan kelayakhunian dan penemuan tanda-tanda kehidupan pada satelit Saturnus, Titan dan Enceladus, melalui wahana antariksa Dragonfly.[156][157]
Pengamatan
Saturnus adalah planet terjauh dari lima planet yang dapat dengan mudah dilihat menggunakan mata telanjang dari Bumi, empat planet lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars, dan Jupiter.[c] Saturnus tampak seperti titik cahaya terang berwarna kekuningan ketika diamati dengan mata telanjang. Saturnus memiliki magnitudo tampak rata-rata 0,46 dengan standar deviasi 0,34.[13] Magnitudo yang bervariasi ini biasanya disebabkan oleh inklinasi sistem cincin relatif terhadap Bumi dan Matahari. Saturnus akan mencapai magnitudo maksimum −0,55 ketika bidang sistem cincinnya mencapai inklinasi tertingginya, dan magnitudo minimum 1,17 ketika bidang sistem cincinnya mencapai inklinasi terendahnya.[13] Diperlukan waktu setidaknya 29,5 tahun bagi Saturnus untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ekliptika dengan latar belakang rasi bintang zodiak. Kebanyakan orang akan memerlukan bantuan optik (seperti teropong yang sangat besar atau teleskop kecil) yang dapat memperbesar objek setidaknya 30 kali dari ukuran aslinya untuk mendapatkan citra sistem cincin Saturnus dengan resolusi yang jelas.[34][131] Ketika Bumi melintasi bidang cincin Saturnus, yang terjadi dua kali setiap satu tahun Saturnus (kira-kira setiap 15 tahun Bumi), cincin tersebut akan menghilang sekejap dari pandangan karena cincin tersebut sangat tipis. Fenomena seperti ini akan kembali terjadi pada tahun 2025, tetapi Saturnus terlalu dekat dengan Matahari untuk diamati.[158]
Saturnus beserta sistem cincinnya paling baik diamati ketika planet ini berada pada atau dekat dengan oposisi, kondisi ketika sebuah planet mencapai sudut elongasi 180°, sehingga planet akan terlihat pada sisi yang berlawanan dengan Matahari di langit. Oposisi Saturnus akan terjadi setiap tahun (kira-kira setiap 378 hari) dan pada waktu ini Saturnus akan terlihat sangat terang. Karena Bumi dan Saturnus mengorbit Matahari pada orbit yang eksentrik (berbentuk elips), jarak kedua planet ini dari Matahari bervariasi seiring waktu, begitu pula jarak kedua planet ini satu sama lain, sehingga kecerahan Saturnus juga bervariasi pada setiap oposisi. Saturnus juga terlihat lebih terang ketika sistem cincinnya miring sehingga sistem cincinnya akan lebih terlihat. Misalnya, selama oposisi pada tanggal 17 Desember 2002, Saturnus terlihat sangat terang karena orientasi sistem cincinnya relatif terhadap Bumi,[159] meskipun sebenarnya planet ini lebih dekat dengan Bumi dan Matahari pada akhir tahun 2003.[159]
Dari waktu ke waktu, Saturnus terokultasi oleh Bulan (yaitu ketika Bulan menutupi Saturnus di langit). Seperti halnya semua planet di Tata Surya, okultasi Saturnus terjadi pada setiap musim. Okultasi Saturnus akan terjadi setiap bulan selama sekitar 12 bulan, dan kemudian selama sekitar lima tahun, meskipun tidak ada aktivitas semacam ini yang tercatat. Orbit Bulan berkinklinasi beberapa derajat relatif terhadap orbit Saturnus, sehingga okultasi hanya akan terjadi ketika Saturnus berada di dekat salah satu titik di langit tempat dua bidang saling berpotongan (panjang tahun Saturnus dan periode presisi nodal orbit Bulan selama 18,6 tahun Bumi memengaruhi periode okultasi ini).[160]
Catatan
^ abcdefghMerujuk pada tingkat tekanan atmosfer 1 bar
^Berdasarkan volume dalam tingkat tekanan atmosfer 1 bar
^Uranus dan kadang-kadang 4 Vesta juga dapat dilihat dengan mata telanjang pada langit yang gelap.
^ abcdefghijkWilliams, David R. (23 Desember 2016). "Saturn Fact Sheet". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Juli 2017. Diakses tanggal 12 Oktober 2017.
^ abcdSimon, J.L.; Bretagnon, P.; Chapront, J.; Chapront-Touzé, M.; Francou, G.; Laskar, J. (Februari 1994). "Numerical expressions for precession formulae and mean elements for the Moon and planets". Astronomy and Astrophysics. 282 (2): 663–683. Bibcode:1994A&A...282..663S.
^"HORIZONS Planet-center Batch call for November 2032 Perihelion". ssd.jpl.nasa.gov (Perihelion for Saturn's planet-center (699) occurs on 2032-Nov-29 at 9.0149170au during a rdot flip from negative to positive). NASA/JPL. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 September 2021. Diakses tanggal 7 September 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"By the Numbers – Saturn". NASA Solar System Exploration. NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2018. Diakses tanggal 5 Agustus 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Fortney, J.J.; Helled, R.; Nettlemann, N.; Stevenson, D.J.; Marley, M.S.; Hubbard, W.B.; Iess, L. (6 Desember 2018). "The Interior of Saturn". Dalam Baines, K.H.; Flasar, F.M.; Krupp, N.; Stallard, T. Saturn in the 21st Century. Cambridge University Press. hlm. 44–68. ISBN978-1-108-68393-7.
^Brainerd, Jerome James (24 November 2004). "Characteristics of Saturn". The Astrophysics Spectator. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2011. Diakses tanggal 5 Juli 2010.
^Munsell, Kirk (6 April 2005). "The Story of Saturn". NASA Jet Propulsion Laboratory; California Institute of Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Agustus 2008. Diakses tanggal 7 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Williams, David R. (16 November 2004). "Jupiter Fact Sheet". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2011. Diakses tanggal 2 Agustus 2007.
^"Saturn". BBC. 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Januari 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcd"Saturn". National Maritime Museum. 2015-08-20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Juni 2008. Diakses tanggal 6 July 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Structure of Saturn's Interior". Windows to the Universe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Courtin, R.; et al. (1967). "The Composition of Saturn's Atmosphere at Temperate Northern Latitudes from Voyager IRIS spectra". Bulletin of the American Astronomical Society. 15: 831. Bibcode:1983BAAS...15..831C.
^Cain, Fraser (22 Januari 2009). "Atmosphere of Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Januari 2012. Diakses tanggal 20 Juli 2011.
^ abGuerlet, S.; Fouchet, T.; Bézard, B. (November 2008). Charbonnel, C.; Combes, F.; Samadi, R., ed. "Ethane, acetylene and propane distribution in Saturn's stratosphere from Cassini/CIRS limb observations". SF2A-2008: Proceedings of the Annual Meeting of the French Society of Astronomy and Astrophysics: 405. Bibcode:2008sf2a.conf..405G.
^Orton, Glenn S. (September 2009). "Ground-Based Observational Support for Spacecraft Exploration of the Outer Planets". Earth, Moon, and Planets. 105 (2–4): 143–152. Bibcode:2009EM&P..105..143O. doi:10.1007/s11038-009-9295-x.
^Pérez-Hoyos, S.; Sánchez-Laveg, A.; French, R. G.; J. F., Rojas (2005). "Saturn's cloud structure and temporal evolution from ten years of Hubble Space Telescope images (1994–2003)". Icarus. 176 (1): 155–174. Bibcode:2005Icar..176..155P. doi:10.1016/j.icarus.2005.01.014.
^Kidger, Mark (1992). "The 1990 Great White Spot of Saturn". Dalam Moore, Patrick. 1993 Yearbook of Astronomy. 1993 Yearbook of Astronomy. London: W.W. Norton & Company. hlm. 176–215. Bibcode:1992ybas.conf.....M.
^Hamilton, Calvin J. (1997). "Voyager Saturn Science Summary". Solarviews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2011. Diakses tanggal 5 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Watanabe, Susan (27 Maret 2007). "Saturn's Strange Hexagon". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Januari 2010. Diakses tanggal 6 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Baines, Kevin H.; et al. (December 2009). "Saturn's north polar cyclone and hexagon at depth revealed by Cassini/VIMS". Planetary and Space Science. 57 (14–15): 1671–1681. Bibcode:2009P&SS...57.1671B. doi:10.1016/j.pss.2009.06.026.
^"Huge 'hurricane' rages on Saturn". BBC News. 10 November 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 August 2012. Diakses tanggal 29 September 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abMcDermott, Matthew (2000). "Saturn: Atmosphere and Magnetosphere". Thinkquest Internet Challenge. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Oktober 2011. Diakses tanggal 15 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Voyager – Saturn's Magnetosphere". NASA Jet Propulsion Laboratory. 18 Oktober 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Maret 2012. Diakses tanggal 19 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Russell, Randy (3 Juni 2003). "Saturn Magnetosphere Overview". Windows to the Universe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cain, Fraser (26 Januari 2009). "Orbit of Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Januari 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011.
^Michtchenko, T. A.; Ferraz-Mello, S. (Februari 2001). "Modeling the 5 : 2 Mean-Motion Resonance in the Jupiter-Saturn Planetary System". Icarus. 149 (2): 357–374. Bibcode:2001Icar..149..357M. doi:10.1006/icar.2000.6539.
^Jean Meeus, Astronomical Algorithms (Richmond, VA: Willmann-Bell, 1998). Average of the nine extremes on p 273. All are within 0.02 AU of the averages.
^Hou, X. Y.; et al. (Januari 2014). "Saturn Trojans: a dynamical point of view". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. 437 (2): 1420–1433. Bibcode:2014MNRAS.437.1420H. doi:10.1093/mnras/stt1974.
^"Saturn's Known Satellites". Department of Terrestrial Magnetism. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2011. Diakses tanggal 22 Juni 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Voyager – Titan". NASA Jet Propulsion Laboratory. 18 Oktober 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"The Real Lord of the Rings". Science@NASA. 12 Februari 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Agustus 2016. Diakses tanggal 8 Februari 2018.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cowen, Rob (7 November 1999). "Largest known planetary ring discovered". Science News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Agustus 2011. Diakses tanggal 9 April 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Russell, Randy (7 Juni 2004). "Saturn Moons and Rings". Windows to the Universe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011.
^ ab"Starry Night Times". Imaginova Corp. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2009. Diakses tanggal 5 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Greek Names of the Planets". 25 April 2010. Diakses tanggal 14 July 2012. The Greek name of the planet Saturn is Kronos. The Titan Cronus was the father of Zeus, while Saturn was the Roman God of agriculture.
^Hulbert, Homer Bezaleel (1909). The passing of Korea. Doubleday, Page & company. hlm. 426. Diakses tanggal 8 Januari 2010.
^Cessna, Abby (15 November 2009). "When Was Saturn Discovered?". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Februari 2012. Diakses tanggal 21 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abEastman, Jack (1998). "Saturn in Binoculars". The Denver Astronomical Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juli 2011. Diakses tanggal 3 September 2008.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cain, Fraser (3 Juli 2008). "History of Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Januari 2012. Diakses tanggal 24 Juli 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cain, Fraser (27 November 2009). "Who Discovered Saturn?". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Juli 2012. Diakses tanggal 17 September 2011.
^"The Pioneer 10 & 11 Spacecraft". Mission Descriptions. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Januari 2006. Diakses tanggal 5 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ ab"Missions to Saturn". The Planetary Society. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-28. Diakses tanggal 2007-07-24.
^Shiga, David (20 September 2007). "Faint new ring discovered around Saturn". NewScientist.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Mei 2008. Diakses tanggal 8 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rincon, Paul (14 Maret 2007). "Probe reveals seas on Saturn moon". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2011. Diakses tanggal 26 September 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rincon, Paul (10 November 2006). "Huge 'hurricane' rages on Saturn". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2011. Diakses tanggal 12 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Mission overview – introduction". Cassini Solstice Mission. NASA / JPL. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Agustus 2011. Diakses tanggal 23 November 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abSchmude Jr., Richard W. (2003). "Saturn in 2002–03". Georgia Journal of Science. 61 (4). ISSN0147-9369. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 29 Juni 2015.
For a full timeline overview, see timeline of British history. Timeline of prehistoric Britain Other centuries Prehistory | 1st century Events from the prehistory of Britain (to 1 BC). Conventions This timeline focuses on species of Homo and covers the Pleistocene from the first evidence of humans. The names used for glaciations and interglacials are those with historic usage for Britain and may not reflect the full climate detail of modern studies. Dates for the Paleolithic are given as Bef...
Ellen Joy Hammer (17 September 1921 – 28 Januari 2001) merupakan seorang sejarawan Amerika spesialis sejarah Vietnam abad ke-20. Lahir di New York City, saudara David dan Rea (Welt) Hammer,[1] dia lulus dari Kolese Barnard pada tahun 1941 dan bekerja untuk beberapa tahun sebagai staf riset di Majelis Hubungan Luar Negeri di Manhattan. Dia mendapatkan gelar dokterandes di hukum publik dan pemerintah dari Universitas Columbia, spesialis hubungan luar negeri. Referensi ^ ...
Domusnovas DomusnòasKomuneComune di DomusnovasLokasi Domusnovas di Provinsi Sardinia SelatanNegara ItaliaWilayah SardiniaProvinsiSardinia Selatan (SU)Pemerintahan • Wali kotaMassimiliano VenturaLuas • Total80,59 km2 (31,12 sq mi)Ketinggian52 m (171 ft)Populasi (2016) • Total6,213[1]Zona waktuUTC+1 (CET) • Musim panas (DST)UTC+2 (CEST)Kode pos09015Kode area telepon0781Situs webhttp://www.comune.domusnov...
1992 single by U2 OneSingle by U2from the album Achtung Baby B-sideLady with the Spinning Head (UV1)Released24 February 1992 (1992-02-24)RecordedOctober 1990 – September 1991Studio Hansa Ton Studios (Berlin) Elsinore (Dalkey) Windmill Lane Studios (Dublin) GenreRockLength4:36LabelIslandComposer(s)U2Lyricist(s)BonoProducer(s)Daniel Lanois with Brian EnoU2 singles chronology Mysterious Ways (1991) One (1992) Even Better Than the Real Thing (1992) Audio samplefilehelpMusic video...
Italian doctor and vaccination proponent (born 1962) Roberto BurioniBorn (1962-12-10) 10 December 1962 (age 61)Pesaro, ItalyAlma materUniversità Cattolica del Sacro Cuore (graduation)University of Genoa (PhD)Occupation(s)Medical Doctor, University professorHeight1.83 m (6 ft 0 in)SpouseAnnalisa Rossi (m. 2009)Children1 Roberto Burioni (born 10 December 1962) is an Italian virologist, physician, and academic. A Professor of Microbiology and Virology at the Vita-Salute...
Big Beach, LLCThe current Big Beach logo from 2015 to present.FormerlyBig Beach FilmsCompany typePrivateIndustryMotion pictureFounded2004; 20 years ago (2004)Founder Peter Saraf Marc Turtletaub HeadquartersLos Angeles, United StatesNumber of locations1Key peopleMarc TurtletaubServices Film production Television production Theatre OwnerMarc TurtletaubDivisionsTelevisionSubsidiariesBeachside FilmsWebsitewww.bigbeach.com Big Beach is an American independent production company f...
Le informazioni riportate non sono consigli medici e potrebbero non essere accurate. I contenuti hanno solo fine illustrativo e non sostituiscono il parere medico: leggi le avvertenze. Omeprazolo Nome IUPAC(RS)-6-metossi-2-((4-metossi-3,5-dimetilpiridin-2-il)metilsulfinil)-1H-benzimidazolo Caratteristiche generaliFormula bruta o molecolareC17H19N3O3S Massa molecolare (u)345.4 g/mol Numero CAS73590-58-6 Numero EINECS615-996-8 Codice ATCA02BC01 PubChem4594 DrugBankDB00338 SMILESCC1=CN=C(C(=C1O...
Part of a series onOrders of succession Monarchies Bahrain Belgium Bhutan Brunei Denmark Eswatini Japan Jordan Lesotho Liechtenstein Luxembourg Malaysia Monaco Morocco Netherlands Norway Oman Saudi Arabia Spain Sweden Thailand Tonga United Kingdom and Commonwealth realms vte The Succession to the throne of Lesotho is laid down in Chapter V of the African kingdom's constitution. The current King is Letsie III. Chapter V Article 45 of Lesotho's constitution reads: (1) The College of Chiefs may...
Para otros usos de este término, véase Chungungo. Chungungo Chungungo en zoológico Parque de las Leyendas - Sede HuachipaEstado de conservaciónEn peligro (UICN 3.1)[1]TaxonomíaReino: AnimaliaFilo: ChordataSubfilo: VertebrataClase: MammaliaSubclase: TheriaInfraclase: PlacentaliaOrden: CarnivoraSuborden: CaniformiaFamilia: MustelidaeSubfamilia: LutrinaeGénero: LontraGray, 1843Especie: L. felina(Molina, 1782)[2]Distribución En color rojo: la distribución del ch...
Mr. ChurchScreenshot tratto dal trailer del filmLingua originaleinglese Paese di produzioneStati Uniti d'America Anno2016 Durata104 min Generecommedia, drammatico RegiaBruce Beresford SoggettoSusan McMartin Casa di produzioneCinelou Films, Envision Media Arts, Shenghua Entertainment Interpreti e personaggi Eddie Murphy: Henry Church Britt Robertson: Charlie Xavier Samuel: Owen Lucy Fry: Poppy Christian Madsen: Eddie Larson Natascha McElhone: Marie Mckenna Grace: Izzy Mr. Church è un film...
Questa voce sugli argomenti allenatori di pallacanestro statunitensi e cestisti statunitensi è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Segui i suggerimenti dei progetti di riferimento 1, 2. Roger Brown Brown (a destra) con la maglia degli Indiana Pacers Nazionalità Stati Uniti Altezza 196 cm Peso 93 kg Pallacanestro Ruolo Ala piccolaAllenatore Termine carriera 1978 - giocatore1986 - allenatore Hall of fame Naismith Hall of Fame (2013...
Norwegian politician Peder Kolstad19th Prime Minister of NorwayIn office12 May 1931 – 5 March 1932MonarchHaakon VIIPreceded byJohan Ludwig MowinckelSucceeded byJens HundseidMinister of FinanceIn office12 May 1931 – 1 February 1932Prime MinisterHimselfPreceded byPer Berg LundSucceeded byJon Sundby Personal detailsBornPeder Ludvik Kolstad(1878-11-28)28 November 1878Borge, Østfold, United Kingdoms of Sweden and NorwayDied5 March 1932(1932-03-05) (aged 53)Oslo, NorwayP...
Nama ini menggunakan kebiasaan penamaan Filipina; nama tengah atau nama keluarga pihak ibunya adalah Diaz dan marga atau nama keluarga pihak ayahnya adalah Alvarez. Pantaleon D. Alvarez Anggota DPR dari dapil I Davao del NortePetahanaMulai menjabat 30 Juni 2016PendahuluAntonio Rafael del RosarioPenggantiPetahanaMasa jabatan30 Juni 1998 – 20 Januari 2001PendahuluRogelio SarmientoPenggantiArrel OlañoKetua DPR Filipina ke-24Masa jabatan25 Juli 2016 – 23 Juli 2...
Israeli historian and biblical archaeologist (1906-1995) Benjamin Mazarבנימין מזרBenjamin Mazar in 1936, at Bet ShearimBornBinyamin Zeev Maisler(1906-06-28)June 28, 1906Ciechanowiec, Russian EmpireDiedSeptember 9, 1995(1995-09-09) (aged 89)NationalityIsraeliAlma mater Berlin University Giessen University OccupationBiblical archaeologistKnown for Developed the field of historical geography of Israel President of the Hebrew University of Jerusalem Founded the Hebr...
German politician and Chancellor of the Weimar Republic (1882–1934) Kurt von SchleicherSchleicher in 1932Chancellor of GermanyIn office3 December 1932 – 30 January 1933PresidentPaul von HindenburgPreceded byFranz von PapenSucceeded byAdolf HitlerReichskommissar of PrussiaIn office3 December 1932 – 30 January 1933Preceded byFranz von PapenSucceeded byFranz von PapenMinister of DefenceIn office1 June 1932 – 30 January 1933ChancellorFranz von PapenHimselfPreced...
This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Buckingham π theorem – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (April 2022) (Learn how and when to remove this message) Theorem in dimensional analysis Edgar Buckingham circa 1886 In engineering, applied mathematics, and physics, the Buckingham π theorem ...
Shoulder-launched anti-armour and anti-brickwall weapon For the cruise missile, see MGM-1 Matador. MATADOR TypeRecoilless gunPlace of originGermanyIsraelSingaporeService historyIn service2000–presentUsed bySee OperatorsWars Gaza War Russo-Ukrainian War • Russian invasion of Ukraine 2023 Israel-Hamas warProduction historyDesignerSingapore Armed Forces,Rafael Advanced Defense Systems, Defence Science and Technology AgencyDesigned1999ManufacturerDynamit Nob...
تفسير الشعراوي الاسم تفسير الشعراوي العنوان الأصلي خواطر محمد متولي الشعراوي المؤلف محمد متولي الشعراوي الموضوع علم التفسير، وعلم الكلام، وعلوم القرآن العقيدة أهل السنة والجماعة، أشعرية، صوفية البلد مصر اللغة العربية معلومات الطباعة الناشر دار أخبا...